Menurut Sergey Brin, pendiri Google, Loon hadir untuk memangkas kesenjangan akses telekomunikasi di berbagai negara. Dimana hal ini juga membutuhkan peran dari perusahaan (operator telekomunikasi) serta pemerintah.
“Kesepakatan ini semacam meningkatkan tes yang telah sukses dilakukan sebelumnya. Dan saya sangat gembira karena kami punya rekan baru di komunitas ini,” ujar Sergey dalam sambutannya di acara penandatanganan MoU antara ketiga operator tersebut dengan Google di Mountain View, California, Amerika Serikat, Rabu (29/10/2015 waktu setempat.
Loon sendiri sudah berkali-kali melakukan pengujian. Pertama kali dilakukan pada Juni 2013 di Selandia Baru dan berhasil menerbangkan 30 balon. Berlanjut pada Januari 2014 yang sukses menjajal teknologi LTE, dan pengujian terakhir dilakukan pada April 2015.
Selain tiga operator sebagai partner barunya, Google sebelumnya sudah menggaet Telefonica di Brasil, Vodafone di Selandia Baru serta Telstra di Australia untuk membuat Loon mengangkasa.
Dengan bermitra dengan operator Indonesia, Google pun punya harapan khusus. Yakni terkait dari dampak yang dihasilkan sekaligus dapat memuluskan jalan komersialisasi Loon.
“Kami sudah pernah melakukan tes untuk balon ini berkali-kali. Tapi kami juga ingin menjalin kerjasama dengan partner yang punya dampak besar, jadi kenapa tidak?” lanjut Brin.
Meski kerap disebut lebih cocok untuk remote dan rural area, balon internet Google diyakini Brin sejatinya juga bakal cocok-cocok saja jika ingin diimplementasikan dengan banyak negara lain.
“Kami sudah mengujinya di Brasil, Selandia Baru dan Australia. Terutama untuk negara yang punya kondisi geografis dengan area-area berjauhan, dimana untuk membangun menara BTS begitu mahal,” imuhnya.
Sementara Mike Cassidy, Vice President Project Loon Google mengungkapkan, uji teknis yang bakal dilakukan di Indonesia secara otomatis bakal lebih mendekatkan Loon ke arah komersialisasi.
“Berbagai tes akan dilakukan di sini, terkait sistem komunikasi balon to balon, komunikasi balon to ground dan banyak lainnya. Dan jika itu berjalan lancar maka kami semakin dekat dengan peluncuran secara komersial,” umbar Mike.
Jika komersialisasi telah berjalan, Google bakal lebih aktif dari sisi teknis pengadaan perangkat dengan membuat sistem kontrol dan menerbangkan site BTS LTE ke angkasa lewat balon internetnya. Sementara operator bakal berperan sebagai penentu harga, menyiapkan sistem billing, marketing dan customer support.
“Ini merupakan solusi berbiaya rendah, dibandingkan dengan satelit dan BTS. Terutama di negara yang dikelilingi lautan dan hutan. Jadi akan efisien bagi operator karena tujuan kami adalah untuk menghadirkan teknologi dengan biaya rendah,” Mike mengklaim.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Indosat Alexander Rusli menegaskan, sampai saat ini belum menentukan wilayah-wilayah mana saja di Indonesia yang akan jadi tempat pengujian Loon. Yang pasti, setiap operator — Telkomsel, Indosat dan XL Axiata — bakal punya lokasi pengujian yang tidak sama.
“Namun tahap pertama yang paling penting adalah uji teknis, dimana ini akan berpengaruh terhadap di mana tes akan dilakukan dan seberapa besar cakupannya, termasuk akan seperti apa pengalaman bagi pengguna saat ini diimplementasikan. Jadi untuk area mungkin bisa dilihat pada fase berikutnya,” kata Alex.