Sampai muncul pertanyaan, apakah Google selama ini terlalu memanjakan sehingga membuat kita malas? Hal ini pun sempat ditanyakan pula kepada bos besar Google Search, Ben Gomes, saat bertemu dengan media asal Indonesia di Mountain View, California, Amerika Serikat.
“Tergantung bagaimana Anda memandangnya (bikin malas atau tidak-red.), tetapi yang kami lihat adalah, pencarian di Google sebenarnya juga untuk memancing rasa ingin tahu yang lebih dalam (curiosity),” tegas pria yang menjabat sebagai Senior Vice Presiden Google Search tersebut.
Ben lalu mencontohkan, ketika pengguna ingin mencari tahu jawaban mengapa awan berwarna biru? Sejurus kemudian Google dapat memberi jawaban dengan penjelasan singkat secara sains dengan begitu lancar.
“Ketika Anda punya waktu sempit bisa cukup dengan jawaban singkat yang disediakan. Tetapi jika cukup banyak waktu, Anda bisa mengeksplorasi lebih dalam lagi. Jadi sebenarnya untuk menarik rasa keingintahuan,” lanjutnya.
Ben juga tak setuju dengan anggapan bahwa secara tak langsung Google telah mengontrol pengetahuan para penggunanya. “Saya pikir (yang lebih tepat adalah) kami memberikan informasi yang Anda butuhkan dan yang Anda tanyakan. Jika kami tak bisa memberi jawaban yang Anda maksud, maka kami gagal,” lugasnya.
Ribuan Perubahan
Harus diakui, Google menjadi salah satu situs internet yang paling powerful di dunia. Termasuk soal realibilitasnya. Meski demikian, jangan dipikir jika situs sekaliber Google tak punya masalah teknis.
Isu teknis tentu saja datang silih berganti. Bahkan Ben mengaku Google Search harus melakukan ribuan perubahan (update) setiap tahunnya. Hanya saja, mungkin para pengguna tak sadar akan hal ini.
“Kami banyak melakukan testing sebelum melakukan perubahan (update). Ribuan perubahan dalam setahun, Anda mungkin tak menyadarinya tetapi ini sifatnya juga tak mengganggu layanan,” ungkap Ben.
Puluhan ribu tes yang dilakukan Google terhadap perubahan yang terjadi pun harus melalui sejumlah eksperimen sebelumnya. Jika ada versi A dan B, maka tim Google bakal memberikannya ke panel atau responden tanpa dikasih tahu mana versi anyar dan lawas.
“Ada juga usability testing dan diberikan ke user. Untuk mencari tahu apakah ini memang benar kebutuhan pengguna?” lanjutnya.
“Saya rasa dengan beragamnya latar belakang orang-orang yang berada di tim kami, hal ini juga berpengaruh terhadap pola berpikir. Ketika membuat suatu produk, kami mencoba dari berbagai cara dan subyek, sehingga user bisa merasakannya secara langsung. Tak cuma dari sudut pandang kami. Ini yang kami coba lakukan, ‘Anda menyukainya atau tidak?’. Ini sangat penting untuk memutuskan mana yang dipilih: jadi bukan karena personal feeling orang-orang di tim Google,” tutup Ben.