“Instant Messaging” Bukan Cuma untuk “Chatting”

Fatimah Kartini/Kompas.comSenior Vice President BBM BlackBerry Matthew Talbot menjadi pembicara di acara Mobile Marketing Association (MMA) Forum, Kamis (15/10/2015) di Ritz Carlton, Jakarta.

JAKARTA, KOMPAS.com – Aplikasi instant messaging awalnya dibuat untuk mempermudah komunikasi manusia. Hanya dengan mengandalkan jaringan internet dan perangkat pintar, manusia dapat saling terhubung di manapun dan kapan pun.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia, instant messaging pun punya definisi yang lebih luas.

Instant messaging buka hanya untuk chatting. Tapi juga bertransisi ke ranah marketing dan e-commerce,” kata Senior Vice President BBM BlackBerry Matthew Talbot, pada acara Mobile Marketing Association (MMA) Forum, Kamis (15/10/2015) di Ritz Carlton, Jakarta.

Di Asia, kata dia, pergeseran fungsi ini dipelopori oleh tiga instant messaging. Yakni Line di Jepang, WeChat di China, dan KakaoTalk di Korea Selatan.

Ketiganya memiliki fitur khusus yang memberi ruang pemasaran dan transaksi jual beli. Misalnya Line melalui Line@. Yakni fitur yang memungkinkan perusahaan memiliki akun Line untuk menyebarkan iklan, promo, dan informasi terbaru terkait produk yang ditawarkan kepada para pelanggan yang mengikutinya.

Adapula WeChat yang linimasanya bisa dijejali oleh iklan perusahaan agar dilirik pengguna. Hal yang sama terjadi pada KakaoTalk.

Instant messaging berbasis video tersebut memungkinkan pengiklan membagikan kupon lewat platform-nya. Iklan berbentuk foto dan video pun bisa dibagi ke pengguna.

“Ketiga instant messaging tersebut berinovasi dan memunculkan pengalaman baru bagi masyarakat dan pengiklan dalam memasarkan dan membeli produk,” kata Talbot.

Sementara itu, BBM sebagai instant messaging populer tertua, secara bertahap masuk ke industri e-commerce dengan mematrikan fitur-fitur yang diklaim memenuhi kebutuhan masyarakat modern saat ini.

Mulai dari wadah marketplace melalui “BBM Shop”, wadah beriklan melalui “BBM Ads”, hingga online payment melalui “BBM Money”.

Menurut Talbot, fitur-fitur itu yang mulai menggantikan fungsi iklan spanduk atau banner konvensional, serta toko fisik. “Orang-orang tak lagi ingin keluar rumah hanya untuk membeli satu barang. Kemacetan adalah salah satu faktornya. Kini harus perusahaan yang lebih menjangkau konsumen secara personal,” kata dia.

Google Maps Kini Punya Tampilan Baru

GoogleGoogle Maps versi desktop dengan tampilan antarmuka baru.

KOMPAS.com – Google diam-diam memberikan penyegaran kepada antarmuka (interface) layanan pemetaannya, Google Maps di versi desktop.

Tampilan tersebut kini menyerupai tampilan mobile dengan sentuhan Material Design dengan memperkenalkan menu sidebar untuk hasil pencarian, alih-alih dropdown menuseperti sebelumnya yang memiliki kotak informasi (information cards) terpisah.

Antarmuka tersebut kini juga memungkinkan pengguna menyortir hasil pencarian lokasi berdasar rating bintang.

Pengamatan KompasTekno, pencarian lokasi menjadi lebih mudah dengan penambahan sidebar tersebut. Google menyediakan daftar beragam alternatif tujuan yang berderet dari atas ke bawah.

Sebelumnya, informasi tersebut ditampilkan saling tertindih di tampilan information cardsyang berbeda-beda.

Fitur lain yang ditambahkan Google adalah kemampuan memberi filter untuk hasil pencarian lokasi yang bersifat bisnis (kantor atau industri) dengan sistem rating bintang. Baik individu, perusahaan dan organisasi juga bisa menyertakan foto dengan layout yang lebih jelas.

Terdapat juga tombol sharing, pencarian lokasi terdekat, dan akses langsung ke Street View.

Dikutip KompasTekno dari Trusted Review, Selasa (13/10/2015), fitur tampilan antarmuka baru ini sudah bisa diakses dari berbagai negara.

Google sendiri belum membuat pernyataan resminya tentang upgrade interface tersebut di blog resminya.

Bug Bikin Facebook Mirip Path

KOMPAS.com – Facebook punya fitur baru yang mirip Path. Kini, jumlah orang yang melihat suatu unggahan bisa diketahui.

Baik unggahan berupa gambar, video, maupun artikel. Diunggah melalui profil biasa atau Pages juga tak masalah.

Tapi, fitur tersebut hanya bisa dinikmati beberapa orang dan akan segerta dicabut. Sebab, bukan kehendak Facebook memunculkan fitur tersebut, melainkan ulah bug.

Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh Facebook, sebagaimana dilaporkan Mashable dan dihimpun KompasTekno, Jumat (16/10/2015).

Kehadiran bug pada Facebook pertama kali ramai di Twitter. Beberapa pengguna yang bisa menjajal kemampuan tersebut membagi pengalamannya ke mikroblog berlogo burung.

“@facebook, ini menakutkan. Saya bisa mengetahui penghitungan real-time jumlah orang yang melihat unggahan saya. Kenapa?” tulis akun @annazabeth.

“Kemampuan mengetahui jumlah netizen yang melihat unggahan di Facebook membuat saya makin cemas,” kata akun @binaricorn.

Bug tersebut hanya tersemat pada Facebook versi mobile. Untuk versi PC, bug tak hinggap sama sekali.

Bagi yang mengalami hal yang sama, puas-puaskan saja menjajal fitur bug teranyar itu. Sebab, Facebook tak berencana meresmikan fitur tersebut sebagai kemampuan baru platform-nya.

Diketahui, selama ini hanya akun Pages yang bisa mengetahui jumlah orang yang melihat konten yang diunggah. Itupun hanya untuk unggahan Pages itu sendiri. Bukan unggahan pengguna lain.

Login Yahoo Mail Sudah Tak Perlu Password

KOMPAS.com – Upaya Yahoo membuang password dari semua layanan internetnya semakin nyata. Setelah memperkenalkan layanan password “on demand” 7 bulan lalu, kini raksasa internet tersebut memperkenalkan sebuah fitur bernama Yahoo Account Key untuk membantu pengguna yang sering lupa pasasword.

Fitur itu bakal sangat membantu bagi mereka yang sering login di Yahoo Mail versi web. Pengguna sudah tidak perlu lagi mengingat password. Nantinya, pengguna hanya perlu memberikan persetujuan melalui layar smartphone untuk masuk ke layanan e-mail tersebut.

SebagaimanaKompas Tekno rangkum dari Engadget, Jumat (16/10/2015), pengguna memerlukan sebuah smartphone berbasis Android atau iOS dan aplikasi Yahoo Mail untuk memanfaatkan fitur tersebut.

Mengapa? Karena pada dasarnya, Anda akan menghubungkan alamat e-mail dengan nomor telepon dan aplikasi yang ada di smartphone.

Yang perlu dilakukan adalah menghidupkan fitur Yahoo Account Key di bagian setting.Setelah itu, Anda tidak akan diminta untuk memasukkan password lagi di layanan Mail versi web.

Pada prinsipnya, cara kerja layanan Yahoo Account Key seperti ini. Saat ingin login ke akun Yahoo Mail di web, pengguna harus memasukkan alamat e-mail. Setelah menghidupkan fitur “Account Key”, kotak untuk memasukkan password akan menghilang.

Sebagai gantinya, sistem akan mengirimkan sebuah notifikasi ke smartphone yang sudah didaftarkan pengguna. Kemudian, pengguna tinggal menekan tombol “yes”, maka akun Yahoo Mail versi web pengguna akan secara otomatis login.

Terdengar sederhana? Tentu saja. Meskipun begitu, ada beberapa kelemahan dari sistemlogin tanpa password ini. Kelemahan pertama, pengguna harus menggunakansmartphone dan juga aplikasi Yahoo Mail untuk verifikasi.

Jika pengguna kehilangan smartphone, bakal muncul sedikit kesulitan karena pengguna harus menggunakan e-mail kedua untuk proses login tersebut.

Fitur Yahoo Account Key sendiri sudah bisa digunakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mulai saat ini. Untungnya, bagi Anda yang lebih memilih menggunakanpassword untuk login, fitur tersebut bersifat opsional. Artinya, tidak perlu mengaktifkannya jika tidak merasa perlu.

Sumber: ENGADGET

Google Ingin Percepat Waktu “Loading” Situs Mobile

GoogleIlustrasi proyek Google Acceleratred Mobiles Pages

KOMPAS.com – Google mengumumkan proyek baru bernama Accelerated Mobile Pages (AMP) yang bertujuan mempercepat loading halaman situs mobile.

Raksasa mesin pencari itu merancang AMP sebagai sebuah proyek open source, yang artinya bisa dipakai siapapun tanpa menyematkan branding. Tujuan utama mereka untuk mempercepat proses membuka sebuah situs mobile yang diakses melalui browser di ponsel.

Desas-desus yang beredar mengklaim bahwa Google sudah memulai proyek ini sejak sebulan lalu. Mereka juga sudah merilis halaman khusus di situs developer GitHub, namun di sana disebutkan bahwa AMP masih dalam tahap preview.

“Kami ingin situs yang kaya akan konten seperti video, animasi, dan grafis bisa berfungsi bersama smart ads, serta bisa dibuka secara instan,” tulis Google dalam blog resminya.

“Kami juga menginginkan satu kode yang sama bisa digunakan di berbagai platformsehinga konten bisa dibuka dengan cepat dimanapun, apapun jenis ponsel, tablet atau perangkat genggam yang dipakai,” imbuhnya.

Sebagaimana dilansir KompasTekno dari Venture Beat, Kamis (8/10/2015), proyek AMP mirip dengan Instant Article buatan Facebook. Keduanya sama-sama mempercepatloading konten sebuah situs.

Namun dari sisi cara kerja, proyek AMP punya mekanisme yang berbeda. Google tidak menjadi host bagi konten milik penerbit, melainkan mengandalkan cache khusus.

Halaman web disimpan dalam cache sehingga proses menampilkan halaman tersebut bisa lebih cepat. Mekanisme ini juga mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mengambil konten dari sumber dan menghadirkannya ke pengguna.

Saat ini, Google sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah penerbit atau perusahaan internet lain untuk mengembangkan proyek AMP. Mereka adalah Twitter, Pinterest, BuzzFeed, Hearst, The New York Times, The Economist, Time, Gannett, serta BBC.

Sumber: Venture Beat

Tombol “Dislike” Batal, Facebook Bikin “Reactions”

FacebookTombol Reactions sebagai pelengkap tombol Like untuk mengekspresikan banyak reaksi.

KOMPAS.com — Beberapa saat lalu, Facebook mengumumkan bahwa mereka berencana untuk membuat tombol empati sebagai pelengkap dari tombol Like di linimasa Facebook.

CEO Facebook, Mark Zuckerberg, pada Jumat (9/10/2015) memperkenalkan tombol empati tersebut, yang diberi nama “Reactions”.

“Hari ini, kami memperkenalkan Reactions, tombol yang lebih ekspresif dari tombol Like,” tulis Zuckerberg di halaman Facebook resminya, Kamis (8/10/2015) pagi waktu Palo Alto, California, AS.

Reactions adalah sederetan tombol serupa emoticon yang bisa mengekspresikan enam perasaan, seperti Love (suka/cinta), Haha (lucu), Yay (perasaan senang), Wow (terkejut), Sad (sedih), dan Angry (marah) selain tombol Like itu sendiri.

Pertama melihatnya, KompasTekno merasa tombol-tombol tersebut mirip dengan fitur yang tersedia di jejaring sosial Path.

Untuk menggunakannya, pengguna bisa menekan dan menahan tombol Like dalam beberapa lama untuk memunculkan sederetan ikon Reactions tadi. Mereka kemudian bisa memilih salah satu ekspresi yang diinginkan.

Facebook tengah menguji coba tombol Reactions ini, tetapi tak semuanya bisa mencoba. Tombol Reactions baru diluncurkan bagi pengguna Facebook yang tinggal di Irlandia dan Spanyol.

“Tombol Reactions memberikan cara baru mengekspresikan cinta/suka, kekaguman, humor, dan kesedihan. Memang, ini bukan tombol dislike, tetapi bisa mempermudah Anda mengekspresikan rasa sedih dan simpati,” kata Zuckerberg.

Beragam reaksi ditunjukkan pengguna Facebook di posting-an milik Mark Zuckerberg itu. Beberapa ada yang memujinya. Namun, beberapa juga tetap menginginkan Facebook memberikan tombol dislike.

Sumber: Facebook

Ponsel Kalahkan PC Sebagai Pengakses Utama Google

GoogleFitur Google Search bisa dipanggil dengan mengucap Ok Google

KOMPAS.com – Awal tahun ini, komputer desktop masih menjadi alat yang paling banyak digunakan untuk mengakses mesin pencari Google. Tapi laporan terbaru menunjukkan hal itu berubah.

Senior Vice President of Search, Google, Amit Singhal, baru-baru ini mengumumkan bahwa jumlah ponsel yang mengakses mesin pencarinya dari seluruh penjuru dunia kini sudah lebih banyak ketimbang komputer desktop.

“Untuk pertama kalinya, kami lebih banyak menerima akses dari perangkat genggam ketimbang komputer desktop,” ujarnya dalam Code Mobile Conference di Half Moon Bay, California.

Seperti dilansir KompasTekno dari The Verge, Selasa (13/10/2015), Google mencatat total 100 juta pencarian bulanan di mesin pencari miliknya berasal dari perangkat genggam. Secara spesifik, dia Singhal mengatakan bahwa perangkat genggam tersebut punya ukuran lebih kecil dari 6 inci.

Kendati demikian, laporan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada negara-negara tertentu yang sebagian besar penduduknya menggunakan komputer desktop. Bahkan bisa melebihi pengguna ponsel.

Google sendiri hidup dan memperoleh keuntungan dari mesin pencari dan pangsa pasar terbesarnya adalah desktop. Mesin pencari merupakan tulang punggungnya untuk mendorong pemasukan dari iklan dan ekosistem Android di seluruh dunia.

Dalam urusan pencarian melalui perangkat genggam, Google bersaing dengan Apple dan Facebook. Angka pencarian melalui perangkat mobile tersebut mengindikasikan bahwa raksasa ini sedang beradaptasi dengan lansekap digital yang baru.

Sumber: The Verge

Tahun Depan Ada Emoji Selfie

ArstechnicaKandidat paket emoji untuk Unicode 9.0

KOMPAS.com – Emoji semakin mumpuni menggantikan teks untuk komunikasi maya. Sebab tiap tahun jenisnya makin kaya dengan makna yang beragam.

Tahun ini Unicode Consortium kembali mempublikasikan kandidat emoji baru untuk diluncurkan tahun 2016. Kandidat emoji itu dianggap mampu memenuhi kebutuhan komunikasi netizen.

Dilansir KompasTekno, Senin (12/10/2015) dari Arstechnica, setidaknya ada 67 kandidat yang tertera. Emoji “selfie” menjadi salah satu kandidat kuat untuk direalisasikan tahun depan.

Bersamaan dengan itu, ada pula emoji “lying face” (wajah berbohong), “shrug face”(ekspresi wajah sambil mengangkat bahu), “pregnant woman” (perempuan hamil) dan“dancing man” (lelaki berdansa).

Untuk kategori makanan dan minuman, Unicode menambah beberapa pilihan. Kandidatnya antara lain tumbler yang berisi whiskey, alpukat, dan croissant.

Walau Unicode 9.0 bakal melengkapi cara netizen berekspresi secara virtual, pembaruannya dinilai tak sebesar Unicode 8.0 yang diluncurkan tahun ini.

Diketahui, Unicode 8.0 menyematkan pilihan warna kulit untuk tiap emoji yang menggambarkan ekspresi manusia. Hal tersebut dianggap sebagai penghormatan atas keragaman manusia.

Paket emoji untuk Unicode 9.0 dijadwalkan rilis pada Juni tahun depan. Pun begitu, Unicode Consortium tak ingin berjanji.

“Proses seleksi bisa memakan waktu yang sangat lama, bahkan ketika perusahaan-perusahaan besar dilibatkan. Juni nanti kami berencana, tapi belum tentu akan sesuai jadwal,” kata perwakilan Unicode Consortium.

Untuk kandidat emoji lengkap yang mungkin bakal terpampang di ponselmu, bisa dicek disini.

Jokowi Bakal Makan Malam dengan CEO Apple, Bahas Apa?

Indra AkuntonoPresiden Joko Widodo

KOMPAS.com — Presiden RI Joko Widodo bakal bertandang ke Silicon Valley untuk pertama kalinya pada 25-29 Oktober 2015. Agenda utamanya ialah untuk membicarakan investasi teknologi dan peningkatan akses internet di Indonesia.

Secara spesifik, sang Presiden telah mengatur pertemuan khusus dengan CEO Apple Tim Cook. Dilansir KompasTekno, Jumat (16/10/2015), dari Reuters, Jokowi bakal makan malam dengan Cook untuk membahas investasi timah di Indonesia.

Diketahui, Indonesia merupakan eksportir timah terbesar di dunia dengan sumber daya paling banyak di Bangka dan Kepulauan Belitung. Apple disinyalir tertarik dengan portofolio tersebut.

“Apple ingin investasi untuk industri timah di Bangka Belitung,” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, yang bakal turut serta sebagai rombongan Jokowi. Menurut Luhut, Apple ingin memperoleh timah langsung dari produsen pertamanya.

Selain bertemu bos Apple, Jokowi juga berencana berbicara dengan bos Google, Facebook, dan Microsoft. Bersama Google, Jokowi ingin mendiskusikan distribusi akses internet ke daerah terpencil, seperti Papua.

Sementara itu, bersama Facebook dan Microsoft, Jokowi ingin bekerja sama untuk mewujudkan pendidikan teknologi yang mumpuni di universitas-universitas Indonesia.

Semua investasi yang akan dibicarakan, kata Luhut, akan dibahas secara matang. “Investasi di Indonesia sangat terbuka. Namun, investor juga harus menghormati regulasi di Indonesia,” ujar Luhut.

Perjalanan lima hari Jokowi dan rombongan ke AS tak hanya untuk bertemu para perusahaan TI. Jokowi juga bakal bertemu para petinggi Freeport-McMoran Inc untuk melobi perpanjangan kontrak perusahaan raksasa tersebut di Indonesia.

Tak lupa, Jokowi juga akan bersilaturahim dengan Presiden AS Barrack Obama untuk mendiskusikan konflik ISIS.

Sumber : kompas.com

Google Ingin Percepat Waktu “Loading” Situs Mobile

GoogleIlustrasi proyek Google Acceleratred Mobiles Pages

KOMPAS.com – Google mengumumkan proyek baru bernama Accelerated Mobile Pages (AMP) yang bertujuan mempercepat loading halaman situs mobile.

Raksasa mesin pencari itu merancang AMP sebagai sebuah proyek open source, yang artinya bisa dipakai siapapun tanpa menyematkan branding. Tujuan utama mereka untuk mempercepat proses membuka sebuah situs mobile yang diakses melalui browser di ponsel.

Desas-desus yang beredar mengklaim bahwa Google sudah memulai proyek ini sejak sebulan lalu. Mereka juga sudah merilis halaman khusus di situs developer GitHub, namun di sana disebutkan bahwa AMP masih dalam tahap preview.

“Kami ingin situs yang kaya akan konten seperti video, animasi, dan grafis bisa berfungsi bersama smart ads, serta bisa dibuka secara instan,” tulis Google dalam blog resminya.

“Kami juga menginginkan satu kode yang sama bisa digunakan di berbagai platformsehinga konten bisa dibuka dengan cepat dimanapun, apapun jenis ponsel, tablet atau perangkat genggam yang dipakai,” imbuhnya.

Sebagaimana dilansir KompasTekno dari Venture Beat, Kamis (8/10/2015), proyek AMP mirip dengan Instant Article buatan Facebook. Keduanya sama-sama mempercepatloading konten sebuah situs.

Namun dari sisi cara kerja, proyek AMP punya mekanisme yang berbeda. Google tidak menjadi host bagi konten milik penerbit, melainkan mengandalkan cache khusus.

Halaman web disimpan dalam cache sehingga proses menampilkan halaman tersebut bisa lebih cepat. Mekanisme ini juga mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mengambil konten dari sumber dan menghadirkannya ke pengguna.

Saat ini, Google sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah penerbit atau perusahaan internet lain untuk mengembangkan proyek AMP. Mereka adalah Twitter, Pinterest, BuzzFeed, Hearst, The New York Times, The Economist, Time, Gannett, serta BBC.