Balon Internet Google, Murah atau Mahal?

Balon Internet Google, Murah atau Mahal?Sergey Brin & Ririek Adriansyah (ash/inet)
Mountain View, California -Loon alias balon internet Google terbang dengan membawa sejumlah harapan. Yakni untuk mewujudkan akses internet di wilayah yang belum tersentuh infrastruktur telekomunikasi.

Namun jika berbicara hitung-hitangan secara bisnis, seberapa besar investasi yang harus dikeluarkan untuk bisa menerbangkan teknologi ini di langit Indonesia?

Baik perwakilan dari Google ataupun petinggi Telkomsel, Indosat dan XL Axiata yang datang ke acara kesepakatan uji teknis Loon di markas Google X, Mountain View, Amerika Serikat, belum ada yang dapat memberi penjelasan secara gamblang soal biaya yang harus dikeluarkan.

Namun Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah memberikan penjelasan, analogi Loon itu sederhananya seperti BTS tambahan, hanya saja ia mengangkasa di langit.

Alhasil, jika ditanya apakah investasi untuk Loon nantinya bakal lebih murah dibandingkan pembangunan BTS secara konvensional, Ririek tak terlalu yakin akan hal itu.

“Kalau lihat secara general, mungkin Loon sendiri lebih mahal daripada BTS konvensional di kondisi yang normal,” ujarnya.

Namun lain halnya jika berbicara untuk remote area — yang biasanya harus di-cover lewat satelit — dimana orang-orangnya tinggal di tempat yang berjauhan.

“Ada yang tinggal di sini, ada yang tinggal sekian kilometer lebih dalam. Dimana kalau kita pakai terestrial itu gak efektif. Misalnya satu BTS hanya meng-cover satu keluarga,” lanjut Ririek. Inilah yang mungkin bisa jadi peluang untuk adopsi balon internet Google.

Kemampuan jangkauan sinyal Loon sendiri bisa mencapai 40 km, sedangkan BTS konvensional cuma 3-5 km. “Bayangkan kalau satu BTS hanya meng-cover satu keluarga, tentu ini costly. Makanya bisa lebih efisien dengan Loon karena jangkauan sinyalnya bisa 40 km, BTS biasa cuma 3-5 km,” Ririek menambahkan.

Telkomsel sendiri rencananya bakal melakukan uji teknis Loon pada awal tahun 2016 dengan menggunakan frekuensi 900 MHz. Pengujian ini akan dilakukan terpisah dari jaringan eksisting yang sedang berjalan. Namun jika dianggap sukses bisa dilakukan hand over.

Adapun biaya untuk melakukan uji teknis ini dilakukan kedua belah pihak sesuai kapasitasnya masing-masing. “Biaya yang dikeluarkan ada. tapi bukan siapa bayar ke siapa. Melainkan ditanggung masing-masing dan untuk Telkomsel relatif kecil, karena kita mengerjakannya di tempat kita,” pungkas Ririek.

Selama uji teknis ini sendiri operator dan Google bakal lebih mengedepankan pengenalan akan teknologi, bukan langsung untuk urusan komersialisasi. Sebab kalau untuk urusan bisnis masih harus menunggu hasil pengujian.

Facebook ‘Paksa’ Karyawan Pakai Internet Lemot

Facebook Paksa Karyawan Pakai Internet LemotKantor pusat Facebook (gettyimages)
Jakarta -Facebook baru-baru ini meluncurkan program yang membuat karyawannya bekerja menggunakan koneksi internet yang lemot. Program tersebut bernama ‘2G Tuesday’, yang sesuai namanya akan dilaksanakan setiap hari Selasa.

Tujuan diadakannya program ini adalah agar para karyawannya bisa mengetahui bagaimana rasanya menggunakan koneksi internet yang lambat, seperti yang terjadi di banyak negara berkembang, misalnya saja India, dikutip detikINET dari Cnet, Kamis (29/10/2015).

Begini cara kerja program tersebut. Setiap hari Selasa, ketika para anak buah Mark Zuckerberg tersebut akan log in ke dalam jaringan komputer, News Feed Facebook mereka berisi pertanyaan apakah akan menggunakan koneksi internet yang lambat.

Koneksi yang lambat itu akan berjalan selama satu jam. Kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan oleh para karyawan Facebook untuk memberikan masukan kepada para engineer Facebook yang fokus pada pengembangan produk di negara berkembang.

Menurut Facebook, jumlah pengguna internet yang berasal dari negara berkembang tumbuh sangat cepat, meski mereka menggunakan koneksi ‘2G’, yang terkadang membutuhkan waktu sampai dua menit hanya untuk membuka sebuah halaman situs.

“Kami perlu mengerti bagaimana orang-orang menggunakan Facebook dengan koneksi internet yang berbeda di seluruh bagian dunia, agar kami bisa membuat pengalaman yang terbaik bagi mereka,” tulis Facebook dalam pernyataannya.

Cerita di Balik Layar ‘Kuncen Mbah Google’

Mountain View, California -“Coba tanya mbah Google”. Pengguna internet Indonesia kerap kali melontarkan kalimat tersebut ketika ingin mencari tahu jawaban akan berbagai hal. Ya, Google sudah dianggap sebagai gudang informasi tak terbatas yang tahu segalanya.

Di balik dahsyatnya mesin pencari Google, ada seorang sosok sentral yang tak bisa dilewatkan begitu saja. Dia adalah Ben Gomes, Senior Vice President Google Search. Kebetulan saat berkunjung ke markas besar Google di Mountain View, California, Amerika Serikat, sejumlah media asal Indonesia — termasuk detikINET— berkesempatan berbincang dengannya.

Ben sudah 16 tahun berkarir di raksasa internet itu. Pemegang gelar Ph.D Computer Science dari UC Berkeley ini lahir di Tanzania, tumbuh di Bangalore, India dan sudah menghabiskan bertahun-tahun untuk berkarir di Amerika Serikat.

Gelar sebagai juru kunci alias kuncen Google Search mungkin bisa dialamatkan kepadanya. Sebab ia memiliki posisi strategis dalam operasional dan pengembangan mesin pencari Google tersebut. Mulai dari masa-masa perjuangan awal sampai bertaburnya fitur-fitur yang Anda ketahui sekarang ini.

Ben bercerita, filosofi kerja yang dipegangnya selama ini tak lepas dari kondisi msa kecilnya yang selalu dahaga akan informasi. “Dulu waktu kecil, saya begitu suka dengan buku dan pengetahuan. Cuma di wilayah tempat tinggal saya saat itu cuma ada satu perpustakaan yang dijatah peminjaman bukunya. Ibu saya meminjam empat buku seminggu, saya kebagian dua buku, ibu saya dua lagi. Dan saat perpustakaan tutup, maka saya tak bisa meminjam buku dan tak mendapat informasi,” ceritanya.

Sampai suatu saat lahirlah internet yang mengubah cara orang mendapatkan informasi. Momentum ini disebut Ben telah meruntuhkan tembok besar akan mendapatkan informasi.

“Dalam menjalankan mesin pencari, pekerjaan kita selesai ketika user mendapatkan informasi yang diinginkannya. Dan itu jadi pegangan bagi saya untuk mengemas Google Search sampai saat ini. Kami tidak mau memberikan halaman web yang cuma berisi kata yang Anda cari, tetapi lebih untuk mencari tahu, apa yang sebenarnya Anda cari? Dan kami coba memberikannya kepada Anda,” ungkap Ben yang bercerita dengan penuh antusias.

Pekerjaan menjadi ‘kuncen Mbah Google’ disebut Ben tak sekadar harus jago coding dan menyusun algoritma yang ciamik. Masalah fundamental yang harus dipecahkan adalah, bagaimana bisa untuk berpikir dan bekerja seperti otak manusia dan mengaplikasikannya ke program komputer.

“Pekerjaan pertama kami bereskan di Google search adalah sinonim. Tak semudah yang dibayangkan, jika saya menulis ‘ubah brightness di monitor’ maka tak berarti ‘ganti brightness di monitor’, banyak varian kata rumit untuk diartikan. Ini yang menjadi tantangan berat,” ujar pria ramah ini.

Jadi untuk mengerti kata dalam sebuah konteks merupakan jalan terjal yang harus dilalui. Hal ini berbeda saat manusia berbicara yang bisa langsung diartikan. Namun saat hal itu diterapkan di komputer, kondisinya sungguh sulit.

Perjuangan selanjutnya Ben dan timnya adalah mengoptimalkan ekosistem Google di mesin pencarinya. Ia yakin, jika Google Search berhasil membantu user mencari suatu informasi, maka user tersebut akan semakin percaya dan bakal terus-terusan untuk mencari informasi lain.

Menghadirkan fitur Spelling Correction di Google Search juga diakui sulit oleh Ben. Pasalnya, mereka tak cuma harus mengakomodir bahasa Inggris, tetapi juga Jerman, Prancis, Italia dan lainnya.

“Pertama yang kita lakukan adalah bagaimana menerapkan algoritma pada Google Search ke semua bahasa, ini sulit. Tetapi kita harus bisa memasukkan algoritma di lintas bahasa yang dipilih. Saya bisa berbicara bahasa Inggris, tetapi tak tahu bicara bahasa Prancis, Jerman dan Italia,” ungkapnya.

Mesin Pencari yang Pintar

Meski sudah digunakan jutaan atau bahkan miliaran pengguna internet, Google Search tak mau berpuas diri. Ben sadar, teknologi tak ada yang sempurna. Termasuk mesin pencari Google yang harus terus dikembangkan untuk mengejar kesempurnaan tersebut.

Alhasil, dalam prosesnya muncul fitur Auto Complete, Images, Video, serta News Search dari layanan ini. “Namun kita ingin terbang lebih jauh lagi, menciptakan mesin pencari yang lebih pintar. Mesin pencari yang bisa menjawab hal lebih detail. Misalnya, ‘siapa Presiden Indonesia?’. Untuk bisa itu, maka kami harus mengerti banyak hal, mulai dari kata yang ditulis sampai tentang obyek yang dicari. Misalnya terkait pertanyaan tadi (siapa Presiden Indonesia?), maka kami juga harus tahu soal Indonesia, yakni negara dengan banyak pulau dan lainnya. Inilah yang kami sebut sebagai Knowledge Graph,” Ben memaparkan.

“Indonesia adalah sebuah negara, dan punya Presiden Joko Widodo, dan ibukotanya berada di Jakarta. Nah, keterkaitan informasi seperti ini yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ini yang kami sebut sebagai Knowledge Graph dan bagaimana caranya komputer harus mengerti proses informasi ini sehingga bisa memberi jawaban yang pas,” lanjutnya.

Knowledge Graph merupakan teknologi di belakang Google Search yang menjadi database dari pengetahuan terstruktur tentang dunia nyata. Sudah banyak hal yang terangkum di dalamnya, tetapi masih banyak hal lain pula yang Google Search belum ketahui. “Dengan menggunakan ini maka kami bisa menjawab banyak pertanyaan,” tegasnya.

Ben lalu melakukan demonstrasi menggunakan Google Voice Search. “Siapa Presiden Indonesia? (dan dijawab ‘Joko Widodo’ oleh Google Search). ‘Hal menarik di Indonesia?’ (Dijawab ada Candi Borobudur, pura di Ubud, Bali dan lainnya’. “Carikan saya gambar Borobudur?’,” lanjut pertanyaan Ben lagi.

“Dulu 3-5 tahun lalu hal ini masih sulit untuk dilakukan. Teknologi masih jauh dari kata sempurna, termasuk Google Search, tapi kami terus berusaha melakukan pengembangan. Itulah masa depan yang kami tengah bangun. Yaitu, kami mengerti apa yang Anda tanyakan, dan kami bisa memberikan jawaban yang dimaksudkan,” tandasnya.

Menyoal Google yang Terlalu Memanjakan

Menyoal Google yang Terlalu MemanjakanBen Gomes (ash/inet)
Mountain View, California -Mesin pencari Google seakan sudah menjadi gudang ilmu tanpa batas. Apa-apa bisa tanya ke Mbah Google, mulai dari urusan serius sampai hal sepele sekalipun.

Sampai muncul pertanyaan, apakah Google selama ini terlalu memanjakan sehingga membuat kita malas? Hal ini pun sempat ditanyakan pula kepada bos besar Google Search, Ben Gomes, saat bertemu dengan media asal Indonesia di Mountain View, California, Amerika Serikat.

“Tergantung bagaimana Anda memandangnya (bikin malas atau tidak-red.), tetapi yang kami lihat adalah, pencarian di Google sebenarnya juga untuk memancing rasa ingin tahu yang lebih dalam (curiosity),” tegas pria yang menjabat sebagai Senior Vice Presiden Google Search tersebut.

Ben lalu mencontohkan, ketika pengguna ingin mencari tahu jawaban mengapa awan berwarna biru? Sejurus kemudian Google dapat memberi jawaban dengan penjelasan singkat secara sains dengan begitu lancar.

“Ketika Anda punya waktu sempit bisa cukup dengan jawaban singkat yang disediakan. Tetapi jika cukup banyak waktu, Anda bisa mengeksplorasi lebih dalam lagi. Jadi sebenarnya untuk menarik rasa keingintahuan,” lanjutnya.

Ben juga tak setuju dengan anggapan bahwa secara tak langsung Google telah mengontrol pengetahuan para penggunanya. “Saya pikir (yang lebih tepat adalah) kami memberikan informasi yang Anda butuhkan dan yang Anda tanyakan. Jika kami tak bisa memberi jawaban yang Anda maksud, maka kami gagal,” lugasnya.

Ribuan Perubahan

Harus diakui, Google menjadi salah satu situs internet yang paling powerful di dunia. Termasuk soal realibilitasnya. Meski demikian, jangan dipikir jika situs sekaliber Google tak punya masalah teknis.

Isu teknis tentu saja datang silih berganti. Bahkan Ben mengaku Google Search harus melakukan ribuan perubahan (update) setiap tahunnya. Hanya saja, mungkin para pengguna tak sadar akan hal ini.

“Kami banyak melakukan testing sebelum melakukan perubahan (update). Ribuan perubahan dalam setahun, Anda mungkin tak menyadarinya tetapi ini sifatnya juga tak mengganggu layanan,” ungkap Ben.

Puluhan ribu tes yang dilakukan Google terhadap perubahan yang terjadi pun harus melalui sejumlah eksperimen sebelumnya. Jika ada versi A dan B, maka tim Google bakal memberikannya ke panel atau responden tanpa dikasih tahu mana versi anyar dan lawas.

“Ada juga usability testing dan diberikan ke user. Untuk mencari tahu apakah ini memang benar kebutuhan pengguna?” lanjutnya.

“Saya rasa dengan beragamnya latar belakang orang-orang yang berada di tim kami, hal ini juga berpengaruh terhadap pola berpikir. Ketika membuat suatu produk, kami mencoba dari berbagai cara dan subyek, sehingga user bisa merasakannya secara langsung. Tak cuma dari sudut pandang kami. Ini yang kami coba lakukan, ‘Anda menyukainya atau tidak?’. Ini sangat penting untuk memutuskan mana yang dipilih: jadi bukan karena personal feeling orang-orang di tim Google,” tutup Ben.

Sambut Bos Telko Indonesia, Pendiri Google Bercelana Pendek

Sambut Bos Telko Indonesia, Pendiri Google Bercelana PendekSergey Brin dan para bos telko Indonesia (ash/inet)
Mountain View, California -Punya status sebagai miliuner teknologi dan pendiri raksasa internet Google, tak lantas membuat Sergey Brin dibekap protokoler tingkat tinggi.

Lihat saja gaya santainya saat menyambut kedatangan tiga CEO operator asal Indonesia: CEO Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO Indosat Alexander Rusli serta CEO XL Axiata Dian Siswarini di markas Google X, Mountain View, California, Amerika Serikat.

Ketika tamu yang datang berdandan rapih dengan setelan jas atau batik khas Indonesia, sebagai tuan rumah, Brin malah menggunakan celana pendek dan sepatu lari.

Terlihat, sebelum datang ke acara penandatanganan tiga operator lokal dan Google tentang balon internet Loon itu, Brin sepertinya memang habis berolahraga.

Tak ada penyambutan layaknya seorang pesohor di jagat teknologi saat Brin datang. Ia seperti biasa berbaur dengan yang lain sembari mencicipi cemilan dan mengobrol dengan salah satu tim Google.

Saat tengah santai tersebut, detikINET spontan menegur sang pendiri Google tersebut. “Halo, Mr Sergey. Apa kabar? tanya detikINET. “Hai… Apa kabar?” tanyanya balik.

Ia pun membalas dengan menanyakan asal jurnalis detikINET yang mendapat undangan Google ke Mountain View. “Wow... Dari Indonesia. Pasti Anda sudah menempuh perjalanan sangat panjang untuk sampai di sini,” ujar Brin, dengan ramah.

Obrolan singkat tersebut lantas tersela dengan peserta lain yang ingin berebut untuk foto bareng. Sampai kemudian MC mengumumkan untuk segera memulai acara. Sergey pun langsung berdiri di deretan tiga bos operator asal Indonesia, calon partnernya.

Sampai dengan acara dimulai, pemberian sambutan, tanya jawab, dan sesi foto bareng, Brin tentu saja tak berganti kostum. Sayangnya di sesi pertama acara, rombongan Menkominfo Rudiantara dan Mendag Thomas Lembong belum hadir. Brin kemudian beranjak masuk ke markas Google X.

Namun menurut bocoran tim Google, pria brewokan tersebut tetap menunggu Menkominfo Rudiantara dan Mendag Thomas Lembong yang dijadwalkan datang pada sesi kedua pukul 16.00 waktu Mountain View. “Tadi dia (Brin-red.) sempat ketemu menteri, karena memang ikut menunggu,” bisik tim Google.

Namun tetap saja, masih dengan setelan olahraga plus celana pendek. Meski demikian hal itu tak lantas melunturkan aura ‘selebritis’ pasangan Larry Page itu di jagat teknologi.

Google X sendiri — tempat berlangsungnya acara penandatanganan ini — sejatinya dikenal sebagai laboratorium rahasia milik Google. Di tempat inilah berbagai inovasi Google paling keren dilahirkan. Sebut saja mobil tanpa sopir sampai Google Glass. Google X juga bak menjadi arena bermain Brin.

Balon Internet Google Bisa Jangkau 100 Juta Rakyat Indonesia

Balon Internet Google Bisa Jangkau 100 Juta Rakyat IndonesiaBalon internet Google (ash/detikINET)
Jakarta – Kesepakatan antara Google dan tiga operator selular di Indonesia sudah tercapai. Mulai tahun 2016 balon internet Google alias Project Loon akan mulai mengudara di langit Indonesia, dan nantinya diharapkan bisa menjangkau sekitar 100 juta rakyat Indonesia.

“Dalam beberapa tahun ke depan kami berharap Loon bisa membantu memberikan koneksi internet cepat LTE yang bisa menjangkau lebih dari 100 juta rakyat Indonesia,” tulis Mike Cassidy, VP Project Loon dalam blog resmi Google, Kamis (29/10/2015).

Akses internet cepat ini diharapkan bisa dimanfaatkan untuk mengakses bermacam informasi yang tak terbatas, baik edukasi, budaya maupun bermacam kesempatan bisnis.

Menurut Google, saat ini di Indonesia hanya satu dari tiga orang yang menggunakan internet dan kebanyakan menggunakan koneksi internet yang tergolong lambat. Penyebabnya adalah banyak orang yang tinggal di tempat-tempat yang tak mempunyai infrastruktur internet.

Wajar saja, dengan negara yang berbentuk kepulauan seperti Indonesia, sangat sulit untuk menggelar jaringan kabel optik ataupun membangun BTS. Di sinilah Loon punya peran penting, di mana balon ini akan berfungsi layaknya BTS operator.

Operator yang digandeng Google untuk melakukan pengujian Loon ini adalah Indosat, Telkomsel dan XL Axiata. “Kami berharap ini (Loon) bisa membantu operator lokal untuk memperluas jangkauan jaringannya dan bisa mencapai daerah-daerah yang sebelumnya tak terjangkau,” tulis Cassidy.

“Jika semua berjalan lancar, dalam waktu dekat jutaan rakyat Indonesia akan bisa membawa ide, budaya dan bisnis mereka ke dunia maya. Di titik tersebut, hanya langit yang menjadi batas,” tutup Cassidy.

Internetan dari Balon Google Bisa Tembus 10 Mbps

Asyik, Internetan dari Balon Google Bisa Tembus 10 Mbps
Menkominfo dan Mike Casiddy (ash/inet)
Mountain View, California – Balon internet Google yang diberi nama Loon, ternyata menawarkan akses internet yang lumayan cepat. Google mengklaim bisa tembus 10 Mbps.

Mike Casiddy, Vice President Project Loon Google mengungkapkan, balon internet Loon bisa memancarkan sinyal 4G dari ketinggian 20 km di atas permukaan tanah.

Untuk merasakan layanan ini pun pengguna disebut tak butuh mengganti perangkat genggamnya. Sebab sama-sama menggunakan ponsel yang ada di pasaran.

Rencananya, uji jaringan balon internet Google di Indonesia bakal menggandeng tiga operator besar: Telkomsel, Indosat dan XL Axiata. Adapun frekuensi yang digunakan kemungkinan besar di 900 MHz.

Google sejatinya juga berharap pengujian dilakukan pada frekuensi 700 MHz. Hanya saja hal itu sulit dilakukan lantaran frekuensi tersebut masih digunakan untuk TV analog.

“Loon bisa digunakan dengan ponsel 4G yang biasa, dengan menghantarkan kecepatan internet sampai 10 Mbps,” ujar Casiddy, dalam acara penandatanganan kesepakatan dengan Telkomsel, Indosat dan XL di Markas Google X, Mountain View, California, Amerika Serikat.

Casiddy menyebut jika satu unit balon Loon dapat terbang sejauh 500 ribu km. Sejauh ini setidaknya sudah ada tiga operator yang menjalin kolaborasi dengan Google untuk menjajal teknologi balon internet tersebut.

“Telefonica di Brasil, Vodafone di Selandia Baru serta Telstra di Australia,” ungkapnya.

Balon Loon sendiri berfungsi sebagai menara telepon seluler terbang dengan jangkauan sinyal sampai 40 km. Ia mengangkasa dengan angin stratosferik di ketinggian 20 km atau dua kali pesawat komersial, masing-masing balon memancarkan koneksi internet turun ke permukaan dan bila salah satu balon ini keluar jalur maka balon baru akan menggantikannya.

“Loon cocok digunakan untuk wilayah terpencil yang sangat berat untuk pembangunan infrastruktur secara fisik, misalnya dipisahkan oleh lautan dan hutan belantara,” kata Casiddy.

“Beberapa waktu lalu, kami melakukan uji coba di Brasil dan membuka akses internet untuk pertama kalinya bagi sejumlah warga pedesaan di sana. Dan itu menyenangkan,” tandasnya.

Tim Cook Batal Makan Malam dengan Tim Jokowi

Maaf, Tim Cook Batal Makan Malam dengan Tim Jokowi

California -Semula, agenda makan malam bersama Tim Cook, CEO Apple, masihon schedule sampai menit-menit akhir. Namun sayangnya, suksesor Steve Jobs itu tak menampakkan batang hidungnya kala rombongan menterinya Presiden Jokowi tiba di markas Apple.

Kepastian batalnya agenda dinner meeting itu berasal dari Lis Sutjiati, Staff Khusus Menkominfo Rudiantara, yang ikut datang menemani bosnya saat berkunjung ke kantor pusat Apple di Infinite Loop, Cupertino, California. Padahal semula, yang mengajak makan malam adalah Tim Cook sendiri.

Meeting-nya tertutup,” singkat Bu Lis, panggilan akrabnya. “Nggak ada dinner dan nggak jadi ketemu Tim Cook,” ia menegaskan saat berbincang dengan detikINET usai pertemuan, Kamis (29/10/2015).

Dalam kunjungan itu, Menkominfo Rudiantara datang bersama Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Ketua Dewan TIK Nasional Ilham Habibie.

Meski tak ada Tim Cook dalam pertemuan malam itu, namun rombongan tetap diterima oleh Senior Vice President of Operations Jeff Williams. Mereka pun membahas rencana Apple untuk membangun pusat pengembangan aplikasi iOS di Indonesia dalam waktu dekat.

Sejak Jokowi memutuskan batal untuk berkunjung ke area West Coast di Silicon Valley, memang banyak agenda yang berubah. Termasuk batalnya kehadiran sejumlah CEO. Namun demikian, seperti ditegaskan Rudiantara, substansi pembahasan yang telah direncanakan tetap tak berubah.

Sebelumnya juga dikabarkan kalau Apple akan membicarakan kemungkinan investasi pada industri timah Indonesia, tepatnya di Bangka Belitung. Timah sendiri diakui sebagai salah satu material penting dalam pembuatan iPhone ataupun iPad.

Indonesia Batu loncatan Komersialisasi Balon Google

Indonesia Batu loncatan Komersialisasi Balon Google
Mountain View, California -Google punya harapan tinggi terhadap uji teknis yang bakal dilakukan balon internet Loon dengan tiga operator — Telkomsel, Indosat dan XL Axiata — di Indonesia. Jika sukses maka waktu komersialisasi Loon akan semakin dekat.

Menurut Sergey Brin, pendiri Google, Loon hadir untuk memangkas kesenjangan akses telekomunikasi di berbagai negara. Dimana hal ini juga membutuhkan peran dari perusahaan (operator telekomunikasi) serta pemerintah.

“Kesepakatan ini semacam meningkatkan tes yang telah sukses dilakukan sebelumnya. Dan saya sangat gembira karena kami punya rekan baru di komunitas ini,” ujar Sergey dalam sambutannya di acara penandatanganan MoU antara ketiga operator tersebut dengan Google di Mountain View, California, Amerika Serikat, Rabu (29/10/2015 waktu setempat.

Loon sendiri sudah berkali-kali melakukan pengujian. Pertama kali dilakukan pada Juni 2013 di Selandia Baru dan berhasil menerbangkan 30 balon. Berlanjut pada Januari 2014 yang sukses menjajal teknologi LTE, dan pengujian terakhir dilakukan pada April 2015.

Selain tiga operator sebagai partner barunya, Google sebelumnya sudah menggaet Telefonica di Brasil, Vodafone di Selandia Baru serta Telstra di Australia untuk membuat Loon mengangkasa.

Dengan bermitra dengan operator Indonesia, Google pun punya harapan khusus. Yakni terkait dari dampak yang dihasilkan sekaligus dapat memuluskan jalan komersialisasi Loon.

“Kami sudah pernah melakukan tes untuk balon ini berkali-kali. Tapi kami juga ingin menjalin kerjasama dengan partner yang punya dampak besar, jadi kenapa tidak?” lanjut Brin.

Meski kerap disebut lebih cocok untuk remote dan rural area, balon internet Google diyakini Brin sejatinya juga bakal cocok-cocok saja jika ingin diimplementasikan dengan banyak negara lain.

“Kami sudah mengujinya di Brasil, Selandia Baru dan Australia. Terutama untuk negara yang punya kondisi geografis dengan area-area berjauhan, dimana untuk membangun menara BTS begitu mahal,” imuhnya.

Sementara Mike Cassidy, Vice President Project Loon Google mengungkapkan, uji teknis yang bakal dilakukan di Indonesia secara otomatis bakal lebih mendekatkan Loon ke arah komersialisasi.

“Berbagai tes akan dilakukan di sini, terkait sistem komunikasi balon to balon, komunikasi balon to ground dan banyak lainnya. Dan jika itu berjalan lancar maka kami semakin dekat dengan peluncuran secara komersial,” umbar Mike.

Jika komersialisasi telah berjalan, Google bakal lebih aktif dari sisi teknis pengadaan perangkat dengan membuat sistem kontrol dan menerbangkan site BTS LTE ke angkasa lewat balon internetnya. Sementara operator bakal berperan sebagai penentu harga, menyiapkan sistem billing, marketing dan customer support.

“Ini merupakan solusi berbiaya rendah, dibandingkan dengan satelit dan BTS. Terutama di negara yang dikelilingi lautan dan hutan. Jadi akan efisien bagi operator karena tujuan kami adalah untuk menghadirkan teknologi dengan biaya rendah,” Mike mengklaim.

Dalam kesempatan yang sama, CEO Indosat Alexander Rusli menegaskan, sampai saat ini belum menentukan wilayah-wilayah mana saja di Indonesia yang akan jadi tempat pengujian Loon. Yang pasti, setiap operator — Telkomsel, Indosat dan XL Axiata — bakal punya lokasi pengujian yang tidak sama.

“Namun tahap pertama yang paling penting adalah uji teknis, dimana ini akan berpengaruh terhadap di mana tes akan dilakukan dan seberapa besar cakupannya, termasuk akan seperti apa pengalaman bagi pengguna saat ini diimplementasikan. Jadi untuk area mungkin bisa dilihat pada fase berikutnya,” kata Alex.

Penjualan Chip Dongkrak Keuntungan Samsung

Penjualan Chip Dongkrak Keuntungan Samsung
Jakarta – Kondisi finansial Samsung mulai membaik. Dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan asal Korea Selatan ini mengalami peningkatan keuntungan yang disumbang dari bisnis chip.

Penjualan chip nyatanya membantu menutupi penurunan keuntungan Samsung. Ini adalah laporan peningkatan pertama yang dilaporkan Samsung dalam kurun waktu satu tahun, setelah selama beberapa kuartal berturut-turut mengalami penurunan profit akibat penurunan penjualan di bisnis smartphone.

Namun Samsung memprediksi keuntungan di kuartal keempat akan kembali menurun. Pasalnya, peningkatan yang terjadi sekarang dikarenakan menguatnya nilai tukar mata uang Won terhadap dolar Amerika Serikat. Itu sebabnya, Samsung tetap berhati-hati dan mempertimbangkan kemungkinan nilai tukar mata uangnya yang bisa saja melemah.

Pendapatan bersih Samsung di kuartal ketiga adalah 5,3 triliun won, naik 28% dari tahun sebelumnya. Meski demikian, angka ini lebih rendah dari yang sebelumnya diperkirakan para analis dalam sebuah survei oleh firma riset data keuangan FactSet.

Dikutip detikINET dari New York Post, Kamis (29/10/2015), keuntungan Samsung dari bisnis semikonduktor terbantu oleh banyaknya pesanan dari Apple dan fluktuasi nilai mata uang.

Sayangnya, divisi smartphone sepertinya masih belum sepenuhnya pulih. Lini bisnis ini menjadi yang paling rendah menghasilkan keuntungan selama tiga kuartal berturut-turut, setelah Samsung memangkas harga sejumlah seri high end smartphone Galaxy.