Faktor Penentu Ketajaman Foto

Faktor Penentu Ketajaman Foto
Jakarta – Dalam fotografi, ketajaman menjadi salah satu faktor penting yang menentukan kualitas. Foto yang tidak tajam membuat gambar tidak begitu jelas atau buram. Ada banyak faktor yang menentukan seberapa tajam foto yang kita dapat, baik itu faktor alat (kamera, lensa) maupun faktor teknik memotret.

Stabilitas kamera

Faktor yang banyak menyebabkan foto jadi tidak tajam adalah kamera tidak stabil saat foto diambil. Misalnya saat mengambil foto, tangan kita bergerak dan bergetar. Ini juga bisa membuat foto tidak tajam. Idealnya, kamera perlu diletakkan di atas tripod. Tapi saat tidak ada tripod maka kita harus memperhatikan setelan shutter speed.

Ingatlah bahwa semakin lambat shutter speed, semakin sulit kita menjaga foto tetap tajam tanpa tripod. Misalnya kita foto pakai 1/100 detik hasilnya tajam, lalu pakai 1/50 detik agak shake (foto sedikit tidak tajam), dan saat pakai ⅛ detik fotonya langsung buram karena shutter terlalu lambat (tangan kita tidak mampu tetap stabil selama ⅛ detik).

Faktor lain yang menambah risiko goyang adalah panjangnya lensa yang dipakai. Saat kita pakai lensa tele, misal lensa 100mm atau lebih, kita perlu shutter speed yang lebih cepat lagi supaya foto tidak goyang.

Mudahnya gunakan saja rumus minimal berikut ini: shutter speed minimal yang aman adalah 1/fokal lensa.

Misalnya pakai lensa 50mm maka minimal gunakan shutter 150 detik atau lebih cepat supaya foto tajam. Saat pakai lensa 200mm pakai minimal 1/200 detik dan seterusnya. Bila di lensa (atau di kamera) ada fitur IS (penstabil getar) bisa dimafaatkan juga untuk meredam getaran sehingga kita bisa memotret 1-2 stop lebih lambat dari rumus di atas.

Shutter Shock

Di kamera DSLR dan mirrorless menggunakan shutter mekanik yang berjenis vertical-travel focal plane shutter. Cara kerja shutter ini tentu dengan bergerak naik turun untuk mengatur cahaya yang masuk. Dalam beberapa kasus, gerakan naik turunnya shutter ini juga bisa menyebabkan foto jadi tidak tajam, karena shutter shock.

Hal ini sulit diatasi karena biasanya akibat desain shutter yang dibuat produsen kamera, kita paling hanya bisa berharap produsen mampu merancang mekanisme shutter dengan lebih baik, misalnya memakai peredam sehingga tidak terlalu keras saat membuka dan menutup.

Di beberapa kamera mirrorless kita bisa mengatur apakah 1st curtain shutter mau elektronik atau mekanik. Bila ada fitur ini, rekomendasi saya mengunakan 1st curtain shutter. Elektronik juga bagus tapi hati-hati saat memotret subjek yang bergerak cepat karena bisa terjadi distorsi, yang kalau di video, namanya efek rolling shutter.

Mirror Slap (DSLR)

Khusus di kamera DSLR pasti ada cermin untuk memantulkan gambar dari lensa ke jendela bidik. Cermin ini setiap foto diambil akan diangkat sesaat lalu kembali ke posisinya semula. Gerakan cermin ini, apalagi di DSLR full frame yang sensornya relatif besar, cukup keras sehingga bisa menggetarkan kamera, walau di atas tripod.

Solusinya bila diperlukan gunakan fitur Mirror Lock-Up sehingga kamera akan angkat cermin dulu, baru foto diambil kemudian. Kamera tertentu yang tidak ada fitur ini kadang menyediakan fitur exposure delay mode, ini juga mirip karena foto akan diambil 2-3 detik setelah cermin diangkat, mencegah risiko getaran akibat naik turunnya cermin.

Sumber : Detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: