Saatnya UKM Hijrah ke Digital

Saatnya UKM Hijrah ke Digital
Jakarta – Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia dinilai sudah saatnya hijrah dari model bisnis tradisional ke digital untuk meningkatkan daya saingnya. Apalagi, Indonesia akan segera memasuki pasar bebas.

“Pada 2013, UKM berkontribusi sekitar 60% bagi Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Untuk lebih memperkuat daya saing,sudah saatnya pelaku UKM hijrah ke digital (Goes Digital) karena teknologi bisa membuka banyak peluang,” ungkap Direktur Enterprise dan Businesss Services Telkom Muhammad Awaluddin, Jumat (16/10/2015).

Menurutnya, untuk mendorong UKM bisa goes digital dibutuhkan beberapa hal seperti peningkatan akses broadband, mentransformasi pelaku UKM menjadi pebisnis digital, memperluas pembayaran elektronis, memperluas akses ke layanan keuangan, dan memperluas layanan e-Government.

“Hal yang paling penting adalah meningkatkan Digital Literacy di pelaku usaha tentang manfaat dari teknologi itu bisa meningkatkan kemampuan dan peluang bisnisnya. Ini tak mudah. Anda boleh survei, dari 100 pelaku UKM, maksimal hanya ada 4 yang menerapkan model bisnis digital secara penuh. Artinya, peluang untuk tumbuh masih besar karena pembangunan infrastruktur broadband juga tengah berkembang,” kata Awaluddin yang baru merilis buku Digital Entrepreneurshift.

Ditambahkannya,dari berbagai pengalaman pelaku UKM yang sukses mengembangkan bisnisnya, faktor pengetahuan (knowledge) sesungguhnya menjadi persoalan utama. Pengetahuan berbisnis dan marketing secara digital sangatlah penting bagi UKM.

“Banyak pelaku UKM dengan bermodalkan “ide” dan modal minim, namun dengan sentuhan pengetahuan, bisnisnya semakin berkembang. Kini dengan pemanfaatan Information & Communication Technology (ICT), peluang mendapatkan pengetahuan semakin mudah dan terbuka lebar,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, dalam membawa UKM hijrah ke digital mengadopsi konsep Pentahelix Academician–Business–Community– Government-Media (ABCGM) hal yang layak dilakukan. Di konsep ini Akademisi berperan sebagai konseptor seperti melakukan standarisasi model bisnis, sertifikasi, dan lainnya. Business player sebagai enabler dengan menghadirkan infrastruktur ICT, Media menjalankan peran sebagai expander, komunitas untuk akselerator, dan pemerintah sebagai regulator.

“Konsep ini bisa menghasilkan simfoni yang efisien, produktif, dan lingkungan sosial yang kompetitif melalui utilisasi ICT. Filosofi dari konsep ini adalah kita harus berjalan bersama membangun eksosistem UKM Goes Digital karena ini perjalanan yang ditempuh jauh. Tak bisa satu komponen berjalan sendiri, ini bukan perjalanan dengan rute pendek,” tukasnya.

Sementara itu, KAPRODI Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis UNPAD Ernie Tisnawati Sule menambahkan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, sudah saatnya Indonesia meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Negara ini perlu melakukan meningkatkan manajemen SDM agar mampu bersaing dalam MEA. Pelaku bisnis haruslah Human Champion. Harus unggul di segala lini. Termasuk dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang revolusioner dengan adanya kecanggihan ICT,” pungkasnya

TelkomSigma-Huawei Garap Cloud Pendidikan

TelkomSigma-Huawei Garap Cloud Pendidikan

Jakarta – Telkomsigma menggandeng Huawei demi memacu bisnis storage service Cloud Solution untuk memenuhi kebutuhan seluruh korporasi dan institusi pemerintah, khususnya di sektor pendidikan.

“Kami harapkan dari kerjasama ini bisa menjadi landasan kuat menuju pendidikan Indonesia yang tidak lagi bergantung pada penggunaan kertas. Fungsi dan performa yang luar biasa dari solusi penyimpanan dari Huawei mampu memenuhi kebutuhan, serta memberikan dukungan dan perlindungan dalam skala besar di masa yang akan datang,” kata CEO Telkomsigma Judi Achmadi di Jakarta, Jumat (16/10/2015).

Dalam proyek ini, Telkomsigma akan menggunakan produk layanan Huawei next-generation mass storage system OceanStor UDS Storage untuk membangun bisnis online storage di sektor pendidikan Indonesia.

“Tenaga pengajar dan murid dapat mengunggah dan mengunduh serta membagi materi pelajaran ke semua peserta didik dengan solusi ini. Kita akan terus perbanyak kapasitas dalam tiga tahun ke depan,” kata JAC, panggilan akrab Judi.

Sekadar diketahui, di bisnis storage, Huawei salah satu yang diperhitungkan di dunia. Dalam laporan IDC untuk kuartal pertama 2015, perusahaan asal Tiongkok ini berada di peringkat ketujuh. Produk storage Huawei masuk dalam kuadran challenger di Gartner Magic Quadrant.

“Sebagai penyedia layanan data center dan cloud computing yang terkemuka, Telkomsigma dan Huawei akan secara aktif mempromosikan penetrasi dan pengembangan cloud computing di Indonesia,” tutup JAC.

Sebelumnya, pada kuartal pertama 2014, TelkomSigma juga menggandeng Huawei demi mengincar korporasi asal Tiongkok menggunakan data center miliknya. TelkomSigma sendiri tahun ini membidik pendapatan sekitar Rp 2,5 triliun-Rp 3 triliun.

Pasokan pendapatan selama ini berasal dari bisnis Sistem Integrasi (SI) yakni sekitar 50%, Data Center (35%), dan Cloud Computing (15%). Anak usaha Telkom ini ingin meningkatkan kontribusi bisnis Data Center menjadi 40%-45% di 2015.

Belajar dari LG: Berpikir Sederhana, Berinovasi Besar

Belajar dari LG: Berpikir Sederhana, Berinovasi Besar

Seoul – Dengan memiliki 83 ribu karyawan di seluruh dunia dan mengantongi pendapatan sebesar USD 136,7 juta pertahunnya. LG Corp tumbuh menjadi salah satu perusahaan besar di dunia. Apa rahasia di balik itu kesuksesan perusahaan yang bermarkas di Seoul, Korea Selatan itu?

DetikINET berkesempatan mengunjungi LG Twin Tower yang berada di Seoul pada 12-16 Oktober 2015. Salah satu yang dipaparkan adalah bagaimana LG memulai sebuah inovasi baru dalam produknya sebelum diluncurkan ke publik.

Inovasi besar LG yang dimulai dengan cara berpikir sederhana. Lalu mereka wujudkan dalam sebuah perangkat yang diharapkan mampu membuat hidup konsumennya lebih mudah.

“Seberapa sering Anda membuka kulkas dalam satu hari?” kata Manger H&A Asia RESSales Marketing Team, LG, Ju-mi Seo.

Bagi yang sibuk, kata Seo, mungkin dua kali di pagi hari dan 5 kali setelah pulang kantor. Jumlah ini semakin banyak jika kita sedang seharian di rumah. Tapi berdasarkan riset yang dilakukan LG, ternyata satu orang umumnya membuka kulkas sebanyak 79 kali per hari. Dari 79 kali membuka kulkas, paling banyak mencari minuman dan buah-buahan.

Dari pertanyaan sederhana ini, lantas dijawab LG lewat riset profesional. Alhasil terciptalah kulkas 6 pintu. Masing-masing dua pintu di bagian atas sebelah kiri dan kanan, serta satu pintu di bagian bawah sebelah kiri dan kanan.

Dengan model ini, konsumen bisa lebih banyak menyimpan minuman dan buah di empat pintu bagian atas. Adapun bagian bawah, untuk membuat es atau menyimpan daging. Sebab produk ini paling jarang dibuka setiap harinya oleh konsumen.

LG turut melakukan inovasi pada perangkat mesin cucinya. Berawal dari pertanyaan sederhana lagi, mengapa orang menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mencuci baju. Akhirnya mereka menciptakan mesin cuci dua tingkat. Tujuannya agar pengguna dapat mencuci banyak jenis pakaian dalam satu waktu.

Demikian juga pada perangkat Air Conditioner (AC). Umumnya konsumen mempunyai kendala di remote AC yang sering rusak karena dibuat mainan anak-anak. Solusinya, LG membuat smartphone yang bisa berfungsi sebagai remote AC.

Inovasi LG tidak sampai di situ. Bagi keluarga yang sibuk dan sering keluar rumah, LG memberikan solusi masalah rumah tangga, dari memasak, mencuci baju dan AC. Layanan ini dikenal dengan HomeChat, sebuah layanan pesan yang memungkinkan pengguna smartphone ‘berteman’ dan ‘mengobrol’ dengan perangkat elektronik di rumahnya.

Menggunakan jaringan WiFi, HomeChat menghubungkan smartphone dengan mesin cuci, microwave, air conditioner dan kulkas sehingga bisa dioperasikan dari jauh bahkan ketika pemiliknya berada di luar rumah. Layanan ini memanfaatkan aplikasi LINE sebagai media ‘chatting’, dimana pemilik rumah bisa memperlakukan perangkat elektronik layaknya asisten pribadi.

HomeChat juga bisa memerintahkan mesin cuci untuk bekerja sendiri saat pengguna keluar rumah. Jika terburu-buru meninggalkan rumah sementara cucian masih menumpuk dan harus segera dicuci. Cukup masukkan pakaian, deterjan dan pewangi ke dalam mesin cuci. Saat berada di luar rumah dan ingin proses pencucian dimulai, pengguna bisa mengirimkan pesan di LINE dengan ‘mulai mencuci’ dan mesin akan bekerja secara otomatis.

Lewat pertanyaan sederhana, LG mampu melakukan inovasi pada setiap perangkat besutannya. Dan melalui inovasi ini pula yang membuat LG terus bertahan di tengah persaingan yang semakin sengit di kelasnya. Nah, sudahkah Anda berpikir sederhana untuk membuat perubahan besar hari ini hari ini?

Apple Urung Pesan Chip A10 dari Samsung

Apple Urung Pesan Chip A10 dari Samsung

Jakarta – Masalah chipgate beberapa waktu lalu tampaknya berbuntu panjang. Apple dikabarkan urung pesan chip untuk perangkat barunya dari Samsung.

Apple diketahui kerap menunjuk beberapa manufaktur untuk memasok chip agar dapat memenuhi persedian perangkatnya di pasaran. Pada iPhone 6S dan iPhone 6S Plus, Apple memesan chip A9 pada Samsung dan TSMC.

Namun sejumlah pengguna menemukan perbedaan performa antara keduanya. Di mana chip buatan TSMC dinilai lebih irit dalam konsumsi baterai ketimbang besutan Samsung.

Tak ingin masalah tersebut ini berlarut-larut kedepannya, perusahaan berbasis di Cupertino, Amerika Serikat itu dikabarkan tak jadi memesan chip A10 dari Samsung. Bersumber dari analis JP Morgan, kantor berita UDN dari China menyebutkan Apple akan memesan keseluruhan chip barunya itu dari TSMC.

Kabar tersebut bukan kali pertama terdengar. Sebelumnya pada September lalu, DigiTimes telah melaporkan hal serupa. Namun banyak pihak yang pesimis Apple akan mengandalkan satu pemasok untuk membuat chip perangkatnya.

Pasalnya, seperti dikutip dari Cultomac, Sabtu (17/10/2015), penjualan iPhone terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Agar tidak mengalami keterlambatan pasokan, kemungkinan Apple masih akan memesan chip ke Samsung mengingat perusahaan berbasis di Korea Selatan itu menjadi salah satu produsen chip terbesar di dunia.

Samsung sendiri tentu akan menyempurnakan chip besutannya. Sebab, bisnis chip memberikan pemasukan yang besar. Bila pesanan Apple lepas, maka berkurang pula pundi-pundi keuntungan mereka.

1.000 Prajurit Intel Garap Chip Modem iPhone 7

1.000 Prajurit Intel Garap Chip Modem iPhone 7

Jakarta – Kolaborasi Apple dan Qualcomm tampaknya akan berakhir. Pasalnya muncul kabar Intel tengah menyiapkan chip modem LTE untuk iPhone baru yang akan diluncurkan tahun depan.

VentureBeat melaporkan Intel tengah mengerahkan seribu karyawannya untuk menyiapkan chip modem Intel 7360 LTE untuk iPhone 7. Hal tersebut sebagai upaya agar dapat memenuhi target yang ditetapkan Apple.

Guna membantu Intel mengoptimalkan chip modemnya. Apple pun dikabarkan telah mengirimkan engineer ke kantor opersional Intel di German. Bahkan raksasa teknologi asal Cupertino, California, Amerika Serikat itu telah menunjuk satu orang dari tim untuk memastikan proses optimalisasi berjalan lancar.

Namun demikian, seperti dilansir dari 9to5Mac, Sabtu (17/10/2015), kesepakatan antara Intel dan Apple belumlah final. Apple masih melihat apakah perusahan berbasis di Santa Clara, California, Amerika Serikat itu mampu menuhi targetnya.

Bagi Intel sendiri kolaborasi ini tentunya memiliki arti penting. Sehingga mereka pasti akan berupaya sekeras mungkin agar kesepakatan ini dapat terwujud. Sebab bila Intel berhasil memenuhi keinginan Apple. Bukan tidak mungkin mereka akan ditunjuk untuk mengerjakan chip A terbaru yang mengabungkan modem di dalamnya.

Bicara mengenai Intel 7360, chip modem LTE ini akan mulai dikapalkan pada akhir tahun ini. Sejumlah manufaktur akan mengaplikasikan chip ini pada ponsel mereka di 2016. Intel 7360 diklaim memiliki kecepatan unduh 450Mbps dan mendukung hingga 29 band LTE.

Play Store vs App Store: Google Masih Kalah dari Apple

Play Store vs App Store: Google Masih Kalah dari Apple

Jakarta – Google ternyata masih kalah jago dari Apple soal cari duit dari hasil jualan aplikasi. Buktinya, meskipun jumlah download aplikasi Android di Google Play Store terus meningkat, mereka masih belum mampu menyalip pendapatan yang diraih App Store milik Apple.

Laporan dari analis mobile App Annie mencatat aktivitas unduhan pada toko aplikasi Google 90% lebih tinggi ketimbang App Store periode Juli hingga September 2015. Angka tersebut meningkat dari 85% pada triwulan sebelumnya.

Namun dari segi pendapatan, App Store masih 80% lebih tinggi ketimbang Google Play Store. Jarak antar keduanya di kuartal ketiga saat ini justru semakin melebar 10% dibandingkan kuartal kedua kemarin.

Seperti dikutip detikINET dari Techcrunch, Minggu (18/10/2015), App Annie mencatat pendapatan App Store banyak didapatkan dari pembelian games. Meski China mengalami pertumbuhan cukup tinggi, tapi pemasukan App Store paling banyak diraih dari Amerika Serikat dan Jepang.

Sementara Google Play Store makin perkasa di pasar negara berkembang seperti India, Indonesia dan Vietnam. Namun Amerika Serikat dan Brasil sebagai negara yang paling banyak mengunduh aplikasi.

Dari segi pendapatan, para pengguna di Jepang dan Amerika juga tercatat menduduki peringakat teratas dalam hal pembelian aplikasi.

Geliat Lokal di Tengah Gempuran Pemain Global

Geliat Lokal di Tengah Gempuran Pemain Global
Jakarta – Dari sekian banyak situs jual-beli online yang menyesaki pasar e-commerce di Indonesia, mayoritas didominasi pemain asing. Untungnya, masih ada sejumlah pemain lokal yang mampu bertahan.

Andri Riswandi, Head of Consultant Indepth Research Consulting mencatat hanya beberapa e- commerce yang tetap bertahan di tengah makin ketatnya persaingan pasar. Setidaknya, jika hal tersebut didasarkan pada hasil peringkat situs Alexa teranyar.

Dari hasil penelusurannya, ia menyebut ada lima situs e-commerce terbaik di Indonesia yang paling sering dikunjungi konsumen, yaitu Bukalapak, Lazada, Tokopedia.com, OLX dan Elevenia. Di sisi lain, kelima situs ini juga merepresentasikan model e-commerce yang berkembang di Indonesia.

Yang fenomenal tentu saja Bukalapak dan Tokopedia dimana keduanya bisa dibandingkan secara head to head karena memiliki model bisnis yang serupa, yakni sama-sama marketplace yang mengusung konsep C2C. Secara peringkat situs e-commerce di Indonesia juga tak terpaut jauh. Bukalapak ada di posisi 13 dan Tokopedia di 15,” ujarnya, Minggu (18/10/2015).

Hadirnya Bukalapak dan Tokopedia yang fenomenal ini juga membangkitkan rasa kebanggaan terhadap e-commerce asli Indonesia, yang dinilai akan mampu bersaing dengan situs-situs jual beli online global, seperti Alibaba, eBay maupun Amazon.

Baik Bukalapak maupun Tokopedia, terbukti mampu merebut hati para konsumen Indonesia di tengah gempuran situs jual beli online global. Kekuatan mereka terletak pada kemampuan memahami dan mengerti karakter dan sifat konsumen Indonesia, baik yang menjual maupun yang membeli, ujarnya.

Sementara data yang dirilis biro riset Frost & Sullivan pada tahun 2013, Indonesia bersama China, menjadi negara dengan pertumbuhan pasar e-commerce terbesar di dunia dengan rata-rata pertumbuhan 17% setiap tahun.

Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center, menuturkan bahwa dengan semakin meningkatnya potensi ekosistem jual-beli online yang kian diminati konsumen, tentu tak heran jika kegiatan berbelanja online kini telah menjadi gaya hidup yang digandrungi oleh banyak orang.

Tren ini akan terus berlanjut dan masif, setidaknya karena tiga alasan, mulai dari penetrasi internet yang semakin tinggi di Indonesia dimana lebih dari 80 juta penduduk sudah terhubung internet.”

“Kemudian gaya hidup konsumen Indonesia yang sangat konsumtif, mendorong konsumen Indonesia terus belanja. Lalu agresifitas pemain situs belanja online yang menawarkan diskon dan kemudahan belanja juga akan semakin memperbesar pasar belanja online, tuturnya.

Hasanuddin menegaskan, kondisi ini pula yang memicu munculnya berbagai toko online baru yang membuat semakin kompetitif industri pasar online di Indonesia.

Kepercayaan menjadi kata kunci. Berbeda dengan belanja konvensional, unsur trust itu menjadi sangat penting di belanja online, karena konsumen rela bayar dulu baru barang diantar, ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Andri, bahwa hanya situs e-commerce yang mampu beradaptasi dengan keinginan customer yang akan mampu bertahan dan akan semakin dikunjungi pelanggan.

Karena itu, kata Andri, pemain situs belanja online tetap perlu mengedepankan indikator- indikator marketing konvensional, seperti brand equity, brand image, customer satisfaction and loyalty, dan lainnya.

Meski demikian, kata Hasan, yang perlu diperkuat adalah terkait infrastruktur IT, logistik, dan supply chain barang serta ekosistem bisnis mereka juga harus diperluas.

Masalah lainnya terkait dengan payment system, terutama soal persepsi keamanan transaksi menggunakan kartu kredit. Kemudian masalah delivery atau logistik yang masih kurang bagus di Indonesia. terakhir, terkait masalah regulasi transaksi online.

Pemerintah mesti menyiapkan UU yang mumpuni selain UU ITE yang ada saat ini sehingga ada kepastian hukum bagi para pemain e-commerce yang membuat mereka nyaman dan mampu mengembangkan bisnisnya dengan baik, pungkas Hasanuddin.

Tantangan Mengelola Data di Era Mobile Cloud

Tantangan Mengelola Data di Era Mobile Cloud
Jakarta – Konsumerisasi TI secara bersamaan membawa dua kekuatan yang sangat kuat: mobilitas dan cloud. Para pengguna saat ini menginginkan cara yang mudah dan aman untuk berbagi informasi dengan kolega, mitra bisnis dan pelanggan.

Jika TI memenuhi harapan para penggunanya dan penggunanya mendapatkan peningkatan produktivitas yang dijanjikan oleh mobilitas, mereka pasti beralih dari praktik penyimpanan tradisional dan mengadopsi lebih banyak pendekatan yang berpusat ke pengguna atau user-centric approach.

Hal ini berarti memungkinkan para pengguna dengan pengalaman yang sama mengakses dan berbagi informasi yang mereka dapatkan dari perangkat mobile dan cloud konsumer yang melengkapinya.

“Ini bukan perkara yang mudah untuk saat ini karena hal yang umum di sebagian besar organisasi ada lebih banyak data mereka di perangkat mobile dibandingkan di pusat data,” tulis Mark Bentkower, Director of Systems Engineering ASEAN Commvault, Selasa (20/10/2015).

Ada juga tekanan untuk memperketat keamanan dan tata kelola data mobile, dan pada saat yang sama pengguna menginginkan lebih banyak akses dibuat jadi lebih mudah. Namun seperti dikatakan Bentkower, pertanyaan yang sulit tidak selalu membutuhkan jawaban yang sulit

Sayangnya, dukungan TI untuk informasi tentang perangkat mobile biasanya hanya sampai ke backup dasar untuk laptop, dengan sedikit atau tidak ada penyediaan untuk smartphone dan tablet.

Jadi bagaimana cara organisasi memberikan strategi manajemen data yang bisa menyeimbangkan harapan pengguna dengan kebutuhan tata kelola TI dalam lanskap mobilitas?

“Jawabannya adalah dengan mendefinisikan kembali manajemen/pengelolaan data dan menjadikan mobilitas data sebagi prioritas. Dan untuk melakukannya, mereka perlu bertanya (dan menjawab) sejumlah pertanyaan,” tulis Bentkower.

· Informasi apa yang ada pada perangkat mobile?
· Sepenting apakah informasi tersebut?
· Di mana informasi tersebut disimpan?
· Bagaimana informasi itu digunakan?
· Risiko apa saja yang berhubungan dengan informasi tersebut?

Hal yang luar biasa bahwa CIO dan manajer TI sering merasa perlu untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan tersebut karena tantangan yang sering mereka hadapi untuk mengatasinya.

Mereka juga berada di bawah tekanan yang signifikan dari pengguna akhir untuk menyediakan akses ke platform kolaboratif sederhana, yang jika tidak didukung oleh TI, dan malah dikelilingi oleh birokrasi dan tata kelola, bisa menyulut protes di dalam organisasi tersebut. “Tidak harusnya seperti ini,” kata Bentkower.

Dalam kenyataanya, para pelaku bisnis tidak perlu melanggar privasi stafnya untuk mendapatkan cara manajemen data yang lebih efektif. Faktanya adalah mereka bisa menyediakan kontrol yang dibutuhkan untuk meningkatkan keamanan, risiko dan produktivitas tanpa perlu membatasi karyawannya.

Keseimbangan

Hal yang mungkin bagi organisasi untuk meringankan semua tantangan ini dan menyediakan alat produktivitas yang diinginkan pengguna.

Ketersediaan luas jaringan yang cepat dan teknologi deduplikasi modern berarti bahwa pengumpulan data dari laptop pengguna bukan lagi suatu hambatan atau menjadi tantangan penyimpanan seperti yang terjadi sebelumnya.

“Dan setelah kembali ke pusat data, Anda bisa mulai mengelola informasi dengan cara yang menyeimbangkan kebutuhan dan prioritas setiap orang,” ujarnya.

Setelah informasi pengguna masuk di bawah tata kelola dan perlindungan TI, perusahaan kemudian dapat menyediakan fitur in-house sync and share yang aman, menjaga file tersinkronkan dan bisa diakses pada semua perangkat mobile, sehingga karyawan dapat memiliki apa yang mereka butuhkan, saat mereka membutuhkannya.

Berbagi file di dalam dan di luar organisasi jadi mudah bagi penggunanya apapun perangkat yang mereka gunakan dan hal itu dapat dikelola dengan akses yang dikontrol dengan baik dan aman.

Pengumpulan data secara teratur dari perangkat pengguna secara efektif bisa menjadi backup, menjaganya tetap produktif bahkan jika hal terburuk terjadi, semuanya dilengkapi dengan fitur keamanan penghapusan jarak jauh untuk perangkat yang hilang atau dicuri.

Transparansi

Kemudian ada masalah tata kelola jika data pada perangkat mobile mempengaruhi status ketaatan/compliance perusahaan. Karena tenaga kerja mobile terus berkembang dan semakin banyak informasi yang dihasilkan di luar pusat data, membawa data endpoint ke dalam data set yang bisa dicari untuk alasan-alasan tata kelola, compliance atau legal bisa menjadi penting.

Hal ini meningkatkan kekhawatiran mengenai privasi untuk beberapa orang. Organisasi perlu benar-benar transparan tentang apa yang dikumpulkan dan bagaimana itu digunakan, dengan anggaran dasar mengenai privasi yang dibuat untuk karyawan.

“Kabar baiknya adalah bahwa hal ini tidak sesulit kelihatannya dan dengan teknologi yang tepat, kegiatan perusahaan dapat diaudit untuk transparansi,” kata Bentkower.

Bagi organisasi dan pengguna mungkin nampak tidak jelas bahwa mobilitas dapat memunculkan risiko yang signifikan untuk praktik-praktik manajemen data mereka yang telah ditetapkan.

Tetapi jika para pelaku bisnis ingin memastikan mereka siap untuk berkembang dalam lanskap yang banyak berubah yang disebabkan oleh gabungan fungsi-fungsi mobilitas dan cloud, mereka perlu mencari solusi yang memungkinkan mereka untuk mengakses, melindungi dan berbagi informasi di manapun informasi tersebut berada.

“Mungkin tidak sesulit seperti Anda bayangkan tetapi hal tersebut tentunya lebih mendesak dari yang Anda bayangkan,” pungkasnya.

Windows 10 Gratis !!

Windows 10 Digratiskan Demi Gaet Developer

Bandung – Microsoft menggratiskan biaya bagi pengguna Windows 7 dan 8 yang ingin meng-upgrade OS PC-nya ke Windows 10. Langkah ini sebenarnya terlihat cukup unik, mengingat jualan software adalah salah satu cara perusahaan asal Redmond, Amerika Serikat itu untuk memperoleh pendapatan.

Namun ada satu tujuan besar dari langkah Microsoft ini, yaitu menarik perhatian para developer untuk membuat software di platform anyarnya ini. Aplikasi yang nantinya akan muncul di Windows Store, dan bisa dipakai di bermacam perangkat yang menggunakan Windows 10, baik PC, ponsel, maupun perangkat yang akan datang, seperti Surface Hub dan HoloLens.

Windows Store sebenarnya sudah ada sejak Microsoft merilis Windows 8. Sayangnya, perkembangan jumlah aplikasi di ‘toko’ itu bisa dibilang berjalan cukup lambat. Butuh waktu lama bagi Microsoft untuk menarik perhatian para developer untuk membuat aplikasi di situ.

Tentu ini ada kaitannya dengan popularitas Android dan iOS, yang lebih dulu muncul. Keduanya punya pilihan aplikasi yang jauh lebih beragam dibanding Windows Store di zaman Windows 8. Developer seperti lebih tertarik membuat aplikasi di Android dan iOS karena jumlah penggunanya yang banyak.

Dengan menggratiskan pembaruan ke Windows 10, Microsoft ingin menarik para pengguna Windows 7 dan Windows 8 untuk berpindah ke OS anyar itu. “Agar penggunanya banyak Ujar Lucky Gani, Business Group Head Windows, Microsoft Indonesia saat ditemui detikINET di acara Windows on Location di Bandung, Kamis (13/8/2015).

Dengan banyaknya jumlah pengguna, diharapkan banyak developer yang tertarik untuk meramaikan Windows Store. Baik itu membuat aplikasi anyar, ataupun mem-porting aplikasi dari platform lain seperti web based, iOS, dan Android menjadi aplikasi Windows 10.

“Upgrade dari Windows 7 dan 8 akan diberikan secara cuma-cuma selama setahun sejak Windows 10 diluncurkan pada 29 Juli lalu. Jika sudah lewat setahun, asal sudah diupgrade, pengguna tak perlu membayar lagi,” tambah pria asal Bogor ini.

Lucky juga menyebut kalau Windows 10 ini adalah kesempatan bagi para developer untuk memperluas cakupan pasar aplikasi buatannya. “Pengguna Windows 10 ini kan banyak, dari Windows 7 dan Windows 8 yang pindah, dan tentu akan menguntungkan bagi developer,” tandas Lucky.

Ditambah lagi, Windows 10 ini akan tersedia untuk banyak platform, baik PC, IoT, sampai mobile. “Jadi sekali bikin aplikasi bisa buat semua platform. Dan sampai saat ini sih antusiasme developer untuk Windows 10 ini sangat tinggi,” tutup Lucky.

Yuk, Coding Bareng di Microsoft Indonesia

Yuk, Coding Bareng di Microsoft Indonesia

Jakarta – Salah satu alasan Microsoft menggratiskan Windows 10 adalah untuk menggaet para developer agar tertarik membuat aplikasi untuk OS teranyarnya itu. Dan Microsoft pun punya sejumlah program lain demi meramaikan aplikasi di Windows Store.

Antara lain adalah dengan mengadakan bermacam event untuk para developer. Seperti Imagine Cup, Hackathon, dan Developer Summit. Namun ada lagi yang lebih menarik, yaitu acara coding bareng yang diadakan di kantor Microsoft Indonesia setiap minggunya.

“Yang gak kalah serunya itu adalah Community. Jadi di kantor Microsoft itu tiap minggunya itu ada developer yang kumpul-kumpul buat coding bareng,” Ujar Lucky Gani,Business Group Head Windows,Microsoft Indonesia saat bertemu awak media di acara Windows on Location di Bandung.

Acara tersebut, menurut Lucky, adalah ajang berbagi ilmu antar para developer. Di mana developer dengan pengetahuan lebih banyak akan membagikan ilmunya ke developer lain.

Banyak ilmu yang dibagikan dalam acara tersebut. Antara lain adalah cara memporting aplikasi, baik dari aplikasi web, sampai aplikasi platform lain seperti iOS ke aplikasi Windows, yang nantinya akan dipublikasikan melalui Windows Store.

Lucky juga menyebut kalau Windows 10 ini adalah kesempatan bagi para developer untuk memperluas cakupan pasar aplikasi buatannya. “Pengguna Windows 10 ini kan banyak, dari Windows 7 dan Windows 8 yang pindah, dan tentu akan menguntungkan bagi developer,” tandas Lucky.

Ditambah lagi, Windows 10 ini akan tersedia untuk banyak platform, baik PC, IoT, sampai mobile. “Jadi sekali bikin aplikasi bisa buat semua platform. Dan sampai saat ini sih antusiasme developer untuk Windows 10 ini sangat tinggi,” tutup Lucky.