penjual-bunga-tabur-bandungan

  1. PENGANTAR

Sistem jual beli mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat terhadap barang dan jasa. Dalam jual beli terdapat hubungan interaksi yang dilakukan dua orang atau lebih. Interaksi jual beli terdapat kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang akan melakukan jual beli, dimana untuk mencapai kesepakatan tersebut harus ada respon dari masing-masing individu yang melibatkan adanya biaya (cost) dan imbalan (reeward). Jika imbalan belum dianggap cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi dalam individu atau kelompok tersebut akan diakhiri atau individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apapun yang mereka cari.

Pasar Bandungan terletak di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, tepatnya di bawah kaki Gunung Ungaran. Seperti di pasar tradisional pada umumnya, bahwa di pasar Bandungan terdapat transaksi antara penjual dan pembeli. Rata-rata komoditas yang ada di sana ialah hasil pertanian lokal mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, bunga, hasil peternakan, dan sebagainya. Berbagai macam sayur-sayuran di jual di pasar ini, dari sayur-sayuran yang biasa kita temukan seperti bayam, terong, dan kentang sampai sayur-sayuran yang jarang sekali kita temukan, misalnya saja kol ungu. Selain itu berbagai jenis bunga banyak di jual di pasar Bandungan seperti bunga krisan, bunga sedap malam, anyelir, mawar, dan berbagai warna bunga potong khas lereng pegunungan yang dijual belikan sejak dini hari. Selain bunga potong, di pasar Bandunga juga terdapat deretan kios yang berjejer menjual tanaman hias, misalnya saja neka macam bunga anggrek, terutama phalenopsis dan dendrobium dipajang di sana. Hasil pertanian baik buah-buahan, sayuran maupun bunga dijual dalam kondisi yang masih segar karena langsung diambil dari kebun sendiri.

            Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai transaksi jual beli di pasar Bandungan, yang lebih memfokuskan pada jual beli bunga mawar yang digunakan untuk menabur di makam-makam. jual beli bunga mawar ini menggunakan senik sebagai alat pengukur.

Tujuan dari penulisan ini ialah untuk mengetahui bagaimana interaksi jual beli buanga mawar yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Bandungan. Selain itu pandangan masyarakat lain mengenai penggunaan senik yang dijadikan sebagai alat ukur dalam melakukan transaksi, bukan dengan menggunakan ukuran standar timbangan. Penggunaan senik dalam pengukuran tersebut merupakan salah satu kebiasaan yang unik dan berbeda dengan kebiasaan pada umumnya. Dimana masyarakat di sekitar Bandungan sudah menggunakan senik sebagai alat ukur atau alat ukur timbangan dari dulu. Walaupun standarnya seorang pedagang menggunakan timbangan, akan tetapi masyarakat di sekitar Bandungan lebih lebih mempertahankan penggunakan senik sebagai alat ukur.

  1. LANDASAN TEORI

Resiprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau antar kelompok. Batasan tersebut tidak mengungkapkan karakteristik dari pelaku pertukaran. Dalam proses resiprositas perlu adanya syarat-syarat terjadinya resiprositas. Syarat yang pertama hubungan yang simetris antar kelompok atau antar individu. Sedangkan syarat yang kedua adalah adanya hubungan personel di antara mereka. Hubungan ini terutama terjadi di dalam komunitas kecil yang sama. Pentingnya syarat adanya hubungan personal bagi aktivitas resiprositas adalah berkaitan dengan motif-motif orang yang melakukan resiprositas” (Sairin 2002:47). Menurut Sahlins (dalam Sairin 2002:48) ada tiga macam resiprositas yaitu resiprositas umum (generalized reciprocity), resiprositas sebanding (balanced reciprocity) dan resiprositas negatif (negative reciprocity).

“Redistribusi merupakan suatu perpindahan barang atau jasa. Perpindahan ini dapat berupa perpindahan hak dan dapat pula berupa perpindahan yang bersifat keruangan. Perpindahan yang pertama dibedakan oleh Polanyi menjadi perpindahan yang bersifat transaksional (transactional movements) dan perpindahan yang bersifat disposional (disposional movement). Perpindahan transaksional terjadi dalam kelompok, sedangkan perpindahan disposional adalah antar kelompok dengan kelompok lain. Perpindahan disposional tersebut bersifat tidak sebanding, yaitu salah satu pihak memperoleh keuntungan yang lebih dari pada yang lain (Halperin dan Dow, 1978:88). Walaupun demikian, tidak berarti bahwa ciri redistribusi selalu bersifat demikian, redistribusi dalam konteks kepentingan ekonomi, mungkin menguntungkan pihak penguasa, sedangkan redistribusi dalam konteks kesejahteraan sosial mungkin menguntungkan pihak masyarakat pada umumnya atau masyarakat lapisan bawah” (Sairin dkk, 2002:68-69).

  1. PEMBAHASAN

Interaksi jual beli merupakan kegiatan yang sudah menjadi bagian dalam hidup masyarakat. Jual beli dapat berupa barang maupun jasa. Sedangkan jenis dari jual beli ialah jual beli langsung dan tidak langsung. Jual beli langsung dapat berlangsung di pasar maupun suatu tempat yang membutuhkan tatap muka (face to face) antara penjual dan pembeli. Sedangkan jual beli tidak langsung dapat berupa online, seperti Lazada, Toko Bagus, OLX, Bli-bli, Berniaga, Traveloka, dan sebagainya.

Seecara konkrit interaksi jual beli langsung dapat dilihat di pasar Bandungan. Pasar Bandungan merupakan salah satu ikon wisata yang ada di Ungaran. Banyak wisatawan baik dari lokal maupun manca negara yang datang ke pasar Bandungan karena di pasar Bandungan terkenal dengan buah kelengkengnya yang enak, segar, dan besar. Selain itu tahu serasi dan susu kedelai khas Bandungan yang biasanya diramaikan oleh masyarakat keturunan Cina yang sengaja datang ke Bandungan pada hari sabtu atau minggu hanya sekedar untuk menikmati tahu searsi dan susu kedelai, serta pasar Bandungan merupakan salah satu pusat penjualan bunga mawar tabur.

            Di pasar Bandungan terjadi transaksi selama 24 jam. Para pedagang sayuran, buah-buahan, dan makanan khas Bandungan biasanya melakukan transaksi mulai dari pagi sampai malam hari. Tetapi biasanya pada sore hari para pedagang yang akan melakukan transaksi jual beli bunga atau sayuran yang nantinya akan dijual pada keesokan harinya sudah mulai berdatangan. Sekitar pukul 02.00 WIB dini hari para petani bunga mawar tabur datang ke pasar Bandungan menggunakan senik yang berisi bunga mawar tabur yang digendong dibelakang punggung. Masyarakat yang datang biasanya berasal dari Desa Ngipik, Watu Gandu, Tarukan, Kenteng dan daerah lainnya yang masih di sekitar Bandungan. Sebagian besar masyarakat datang ke pasar menggunakan sepeda motor, namun banyak juga yang berjalan kaki.

            Masyarakat di sekitar Bandungan menjual bunga mawar taburnya berasal dari hasil kebunnya sendiri. Biasanya mereka menanamnya di sawah atau di pekarangan rumahnya. Apabila masyarakat akan menjual bunga mawarnya itu pada dini hari biasanya mereka memetik bunga mawarnya pada sore harinya. Apabila masyarakat ingin menjual bunganya pada waktu terbitnya matahari sekitar pukul 05.30 WIB, bunga mawarakan di petik ketika habis subuh, kemudian langsung dibawa ke pasar Bandungan. Hal ini bertujuan agar bunga yang mereka petik masih segar, sehingga bunga yang mereka jual akan mendapat harga yang sedikit mahal dibandingkan dengan bunga mawar yang biasa.

Alat transaksi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Bandungan dalam menjual bunga mawar taburnya ialah menggunakan senik. Senik merupakan tempat yang terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk seperti keranjang. Terdapat tiga ukuran senik, yaitu ukuran kecil yang berdiameter sekitar 50 cm, sedang dan besar. Patokan dari berat tidaknya bunga mawar yang akan mereka jual yaitu dari besarnya senik yang mereka pakai. Bunga mawar tersebut biasanya dijual ke pengepul yang nantinya akan dijual ke Semarang, Kendal, Salatiga, dan sebagainya.

Senik merupakan alat tukar turun temurun dari nenek moyang yang sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat sekitar Bandungan. Mereka masih tetap mempertahankan senik dibandingkan dengan alat timbangan sebagai alat standarnya. Hal ini akan memunculkan sifat yang tidak seimbang, dimana ukuran hanya berdasarkan perkiraan dan besar kecilnya senik saja. Kemungkinan yang terjadi harga antara penjual bunga mawar yang satu dengan yang lain akan sedikit berbeda karena banyak bunga yang ditaruh kedalam senik tidak sama, disamping dengan kualitas bunga yang baik juga akan menimbulkan harga yang berbeda.

Waktu penjualan juga mempengaruhi tingkat harga bunga mawar. Harga di pasar Bandungan tidak stabil, sewaktu-waktu harga dapat berubah, entah akan naik atau turun. Biasanya dalam satu periode harga akan mengalami naik turun sampai tiga kali. Kadangkala pada dini hari harga satu senik kecil bisa saja murah, misalnya saja Rp 10.000,- , tetapi pada pagi harinya harga dapat naik menjadi Rp 30.000,- per seniknya. Tingkat harga yang tidak stabil akan sangat terlihat ketika pada bulan suro dan menjelang lebaran. Pada bulan-bulan banyak ditemukan konsumen dadakan, karena banyak orang yang membeli bunga mawar untuk berbagai kegiatan, misalnya nyekar dimakam dan untuk acara ritual di desa-desa. Pada saat lebaran harga bunga mawar dapat melambung tinggi. Dalam ukuran satu senik sedang harga dapat mencapai Rp 250.000,- , hal ini disebabkan karena minimnya ketersediaan bunga mawar tabur. Pada saat menjelang lebaran banyak masyarakat yang membeli bunga mawar tabur untuk dibawa ke makam-makam saudara mereka. Karena banyaknya permintaan, menyebabkan ketersediaan bunga mawar menjadi sedikit. Akibat kelangkaan bunga mawar tersebut juga menimbulkan harga bunga mawar menjadi sangat mahal.

Alat ukur senik yang tidak sesuai standar menyebabkan adanya salah satu pihak yang memperoleh keuntungan lebih dibandingkan dengan pihak yang lain. Hal ini dapat dilihat dari pengepul yang membeli bunga mawar dengan ukuran berdasarkan ukuran senik. Dengan demikian pengepul dapat membeli dengan harga yang hanya mengira-ngira bunga yang ada di dalam senik tersebut. Sedangkan setelah di pengepul, pengepul dapat menjual bunga yang mereka beli tersebut sesuai dengan harga atau permintaan di pasar lain yang menjadi transaksi jual beli para pengepul.

Jika dilihat dalam konteks kepentingan ekonomi redistribusi terdapat salah satu pihak yang diuntungkan yaitu pihak penguasa. Hal ini dapat di lihat dari para pengepul yang dapat menjual bunga mawar dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga ketika pengepul membeli bunga dari para petani bunga mawar. Sedangkan pihak yang dirugikan ialah para petani bunga mawar yang tidak dapat mematok harga yang sesuai dengan harga yang seharusnya mereka dapat. Namun, disisi lain para petani bunga mawar dapat memperoleh keuntungan yang lebih ketika bunga mawar yang mereka jual dibeli dengan harga diatas rata-rata dari hari biasanya, misalnya saja harga ketika menjelang lebaran yang selalu tinggi. Hal tersebut dapat memberikan keuntungan dalam mensejahterakan sosial masyarakat melalui keuntungan yang didapat oleh masyarakat. Sehingga lebaran merupakan waktu yang di nanti-nanti oleh sebagaian besar para petani bunga mawar, karena para petani akan memperoleh keuntungan yang cukup besar besar. Hal ini merupakan salah satu faktor penunjang dalam segi perekonomian masyarakat dalam bentuk laba, karena pada saat menjelang lebaran masyarakat membutuhkan banyak uang untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan yang diperlukan saat lebaran.

KESIMPULAN

Jual beli merupakan salah satu salah satu transaksi yang dapat dilakukan oleh individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Jual beli dapat berupa barang dan jasa. Pasar tradisional Bandungan merupakan salah satu pasar yang menggunakan sistem jual beli. Transaksi jual beli di pasar tradisional Bandungan ialah jual beli bunga mawar tabur, tanaman hias, buah-buahan, maupun sayuran. Diantara transaksi jual beli yang dilakukan di pasar Bandungan, transaksi jual beli bunga mawar merupkan salah satu transaksi yang paling unik dan berbeda dengan transaksi lain, karena dalam transaksi ini alat ukur yang digunakan untuk menimbang bunga mawar tidak menggunakan alat ukur yang standar untuk menimbang barang. Alat ukur yang dimaksud dalam transaksi ini ialah senik. Senik merupakan sejenis keranjang yang terbuat dari anyaman bambu. Dengan menggunakan alat ukur senik akan diketahui jumlah harga jual dari bunga mawar tabur tersebut. Biasanya para petani bunga mawar tabur menggunakan senik berukuran kecil, sedang dan besar untuk menjual bunga mawarnya. Bunga mawar tabur dijual langsung dari petani bunga mawar ke pengepul di pasar Bandungan. Harga bunga yang tidak stabil sebagai akibat dari banyaknya permintaan konsumen yang tidak diimbangi dengan jumlah bunga yang ada. Hal ini dapat dilihat pada saat menjelang lebaran dan pada saat bulan suro. Pada saat itu banyak masyarakat yang membutuhkan bunga mawar untuk berbagai maca ritual seperti nyekar dimakam. Pada saat itu juga para petani bunga mawar akan mendapatkan keuntungan atau laba yang lebih banyak dibandingkan dengan hari hari biasanya. Keuntungan yang diperoleh para petani biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya terutama pada saat menjelang lebaran. Dari kegiatan tersebut dapat dilihat bahwa apabila dari segi ekonomi, terdapat kelas penguasa dalam transaksi jual beli bunga mawar di pasar Bandungan yaitu para pengepul dan kelas bawah seperti para petani bunga mawar tabur.

DAFTAR PUSTAKA

Sairin Sjafri, Pujo Semedi dan Bambang Budayana. 2002. Pengantar antropologi ekonomi. Yogyakarta: pustaka pelajar offset.