Materi Antropologi Kelas XI: Pemetaan Budaya, Masyarakat Pengguna Bahasa Dialek, Dan Tardisi Lisan Di Suatu Daerah Dan Nusantara
Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya tergolong dalam masyarakat majemuk. Indonesia adalah suatu negara yang memiliki berbagai macam suku bangsa. Dimana suku-suku bangsa tersebut mengikat satu bangsa Indonesia. Menurut salah satu taksiran, Indonesia memiliki lebih dari 500 suku bangsa. Suku-suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai macam dan tingkat kebudayaannya. Terdapat beberapa suku bangsa yang secara social, ekonomi, dan politik telah berkembang dan mengenal system kerajaan, ada pula suku-suku bangsa yang secara social, ekonomi, dan politik masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan atas aturan kekerabatan dan hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan. Keberagaman masyarakat yang ada di Indonesia melahirkan bahasa yang berbeda satu sama lain. setiap bahasa dalam masing-masing daerah memeiliki perbedaan. Oleh karena itu bahasa yang berkembang di berbagai wilayah yang ada di Indonesia digunakan sebagai pemersatu.
- Pemetaan Budaya
Di Indonesia berbagai macam budayanya dipetakan sesuai dengan daerahnya masing-masing. Misalnya logat bahasa Jawa yang ada di Indramayu. Bahasa yang ada disana adalah bahasa Jawa Tengah yang telah mendapat pengaruh bahasa Sunda atau logat bahasa Sunda dari Banten, atau logat bahasa Cirebon, dan logat bahasa Sunda Cirebon.
Selain itu, bahasa ngapak juga terdapat di daerah Jawa Tengah yaitu bahasa ngapak Tegal dan bahasa ngapak Banyumasan. Walaupun sama-sama bahasa ngapak tetapi antara Tegal dan Banyumas berbeda bahasa. Bahasa ngapak Tegal seperti: nyong (aku), kowen (kamu), ader (masa), laka-laka (tidak ada tandingannya), tuli (terus), pimen (bagaimana), pan (akan) dan sebagainya. Sedangkan bahasa ngapak Banyumasan seperti: inyong (aku), ko (kamu), teyeng (bisa), di akhir kata tanya menggunakan kata mbok (kan?), madang (makan), ngelih (lapar), kepriwe (bagaimana) dan sebagainya.
- Masyarakat Pengguna Bahasa Dialek
Secara formal bahasa dan dialek-dialek yang berkembang di masyarakat beraneka ragam.Berikut ini merupakan komunitas masyarakat pengguna bahasa dialek, antara lain:
- Ragam Bahasa di Lingkungan Kantor dan Sekolah
Dialek resmi biasanya digunakan di kantor, sekolah, perusahaan, dan pemerintahan. Bahasa dan dialek yang digunakan dalam lingkungan tersebut sudah dipilih menjadi bahasa resmi negara. Bahasa resmi negara sendiri merupakan bahasa yang telah dipilih serta diangkat menjadi bahasa yang digunakan dalam administrasi Negara, perundang-undangan, dan upacara-upacara resmi. Bahasa melayu merupakan bahasa esmi yang berkembang di Indonesia.
Penggunaan bahasa resmi diinstitusi-institusi resmi atau formal memiliki perbedaan antara satu daerah dengan daerah yang lain. pemakaian bahasa Indonesia cenderung bercampur dengan penggunaan bahasa serta logat-logat daerah. Dimana bahasa Indonesia itu digunakan dalam daerah tersebut. Misalnya, jika digunakan di lingkungan resmi di Jawa Barat maka penggunaannya akan tercampur dengan logat dialek Sunda.
- Di Lingkungan Pasar
Pasar adalah tempat terjadinya transaksi para pedagang dengan para pembeli. dalam transaksi jual beli, digunakan ragam bahasa yang khas dikalangan kaum pedagang, yaitu ragam bahasa pasar. Ragam bahasa tersebut digunakan untuk menentukan harga. Biasanya dalam proses tawar menawar tersebut akan muncul istilah-istilah harga barang yang tidak asing di lingkungan para pedagang pasar. Misalnya di Jakarta dan beberapa kota lain komunikasi di kalangan para pedagang selalu dilakukan dengan istilah-istilah nilai harga yang diambil dari bahasa Cina hokian, seperti jigo yang berarti dua puluh lima, cepe yang berarti seratus, dan lain-lain.
- Di Lingkungan Remaja
Para remaja dalam bergaul dengan temannya biasanya menggunakan beragam bahasa khusus. Dimana biasanya bahasa tersebut hanya digunakan oleh para remaja saja. Hal ini bertujuan agar para reaja dapat berkomunikasi antara anggota kelompok remaja dengan lebih leluasa.
- Tradisi Lisan
Sekelompok masyarakat biasanya memiliki beberapa macam cara untuk mewariskan nilai-nilai sejarah dan kebudayaannya yang berupa kebiasaan, adat istiadat, dan sejarah kepada generasi penerusnya. Pada masyarakat prasejarah pewarisan kebudayaan tersebut dilakukan melalui tradisi lisan. Salah satu dari tradisi lisan adalah Cerita Rakyat. Cerita rakyat adalah cerita pada zaman daahulu yang hidup dikalangan rakyat yang diceritakan secara turun-temurun. Meskipun sebagian besar cerita rakyat hanya berisi cerita khayalan, namun di dalam cerita rakyat tersebut terkandung pesan moral yang berisi nasihat-nasihat. Menurut William R. Bascom, cerita rakyat terdiri atas tiga golongan, yaitu mitos, legenda, dan dongeng. Misalnya adalah cerita rakyat dari nusantara, yaitu malin kundang cerita rakyat yang berasal dari Sumatra Barat. Dalam cerita rakyat ini menceritakan mengenai seorang janda bernama Mande Rubayah dan anak laki-lakinya bernama Malin Kundang. Mereka hidup miskin. Setelah Malin Kundang menginjak dewasa, ia merantau untuk bekerja agar kehidupannya lebih baik. Ibunya selalu mendoakan agar anaknya selalu sehat, selamat, dan mudah mencari rezeki. Bertahun-tahun Malin Kundang tidak pulang ke rumah menemui ibunya, ternyata ia telah menikah dengan puteri seorang bangsawan yang kaya raya.
Pada suatu hari Malin Kundang dengan isterinya naik kapal yang sangat bagus, kemudian mendarat di pantai dekat rumah ibunya. Mengetahui anaknya datang ibunya sangat senang, segera memeluk erat Malin Kundang anaknya. Namun ternyata Malin Kundang tidak mengakui bahwa itu ibu kandungnya. Apalagi isterinya, berulangkali meludah di dekat ibunya dan menghina. Malin Kundang menendang ibunya sampai jatuh dan pingsan, kemudian ia naik kapal dan berlayar lagi. Setelah ibu Malin Kundang sadar dari pingsannya, ia berdoa apabila suami isteri yang bersikap kasar tadi benar anak dan menantunya, agar mendapat balasan atas perlakuannya. Tidak lama kemudian, cuaca yang sebelumnya cerah, berubah menjadi gelap gulita, hujan turun dengan lebat, petir menggelegar, dan ombak lautan sangat besar. Kapal yang ditumpangi Malin Kundang dan isterinya oleng dan pecah, kemudian tenggelam. Malin Kundang dan isterinya meninggal seketika. Menurut cerita, pecahan kapal dan Malin Kundang berubah menjadi batu.
Daftar pustaka
Danandjaja, James. Folklor Indonesia Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PustakaUtama Grafiti.
Sutardi, Tedi. 2007. Atropologi: Mengungkap Keragaman Budaya (untuk kelas XI SMA/MA). Bandung: PT. Setia Purna Inves
(Diunduh pada tanggal 16 Desember 2015 pukul 22:24)
(Diunduh pada tanggal 15 Desember 2015 pukul 21:50)
Tinggalkan Balasan