Trade off Dalam Struktur Modal Kerja

Dewasa ini perekonomian selalu mengalami perubahan dan persaingan bisnis yang semakin ketat sehingga mengharuskan para pelaku usaha lebih keras meningkatkan kinerja perusahaan agar mampu bertahan dalam industri. Perusahaan merupakan poros penting dalam membangun sistem perekonomian Indonesia. Setiap perusahaan dituntut untuk mengelola fungsi-fungsi manajemen dengan baik agar perusahaan yang tumbuh dan berkembang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja. Modal kerja yang cukup pada perusahaan akan dapat menjalankan kegiatan dengan baik sehingga perusahaan dapat terhindar dari krisis keuangan. Namun demikian perusahaan tidak menyediakan modal kerja yang berlebihan dan perusahaan juga tidak berada pada posisi kekurangan modal kerja. Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun pada akhirnya berdampak pada profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka semakin baiklah perusahaan di mata kreditur. Hal itu dikarenakan terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Dilain pihak jika ditinjau dari sudut pandang pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana menganggur yang dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan.
Selain masalah tersebut mengenai trade off antara likuiditas dan profitabilitas, perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan mdal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank atau dapat pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat. Masing-masing alternatif pada struktur modal kerja mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada pecking order theory, urutan preferensi dalam penggunaan dana yang pertama adalah perusahaan memilih menggunakan pendanaan internal yang diperoleh dari laba (keuntungan) yang ditahan atau tidak dibagikan. Hal itu lebih baik karena adanya keterjaminan dana untuk modal kerja jika dibanding hutang karena ketika perusahaan mengajukan hutang maka ada kemungkinan untuk tidak mendapatkan pihak yang bersedia meminjamkan uang kepada perusahaan. Selain itu perusahaan tidak dibebankan untuk membayar bunga pinjaman per tahunnya sehingga tidak ada pengeluaran pada aktiva lancarnya. Namun ketika proporsi modal intern lebih kecil dari Retained Earning (RE) breakeven maka perusahaan harus memperbanyak hutang nya atau menerbitkan saham baru. Nilai Retained Earning breakeven didapatkan dengan membandingkan antara RE estimasi dengan proporsi equitas. Dalam teori pecking order menjelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat keuntungan atau profitabilitas yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
Jika dengan modal sendiri perusahaan lebih terjamin dalam modal kerjanya, maka dengan menggunakan hutang dalam struktur modal sebuah perusahaan menandakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar perusahaan dengan harapan untuk meningkatkan laba dari perusahaan kedepannya. Jika perusahaan mampu mengelola dana dari hasil hutangnya dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas. Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari hutang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Dalam penggunaan hutang dalam stuktur modal harus menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan. Dengan menggunakan hutang, maka turut mencantumkan pajak yangmana nilai perusahaan dengan hutang lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa hutang, kenaikan tersebut dikarenakan adanya biaya bunga hutang yang mengurangi pembayaran pajak sehingga dapat melakukan penghematan pajak.
Contoh kasus
Untuk lebih memahami manfaat hutang pada struktur modal perusahaan dalam kaitannya dengan penghematan pajak, diberikan contoh yang mudah dipahami. Misalkan, perusahaan memiliki Earning Before Interest and Tax (EBIT) sebesar Rp. 1.000.0000,00 dengan bunga pinjaman (interest) sebesar 10% dan pajak (tax) sebesar 10%. Hasil perhitungan besarnya pajak yang harus dibayarkan adalah sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan hutang maupun tanpa hitung, jelas terlihat bahwa besarnya pajak yang harus dibayarkan dengan struktur modal mencantumkan hutang lebih rendah daripada tanpa hutang, sehingga ketika manajemen menghendaki beban pajak yang lebih kecil maka bisa memasukkan hutang dalam struktur modalnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlunya pengelolaan modal kerja yang merupakan tanggung jawab setiap manajer atau pemimpin perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang dengan mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan serta tidak juga kekurangan.dan mampu memaksimalkan nilai perusahaan di masa mendatang.tugas artikel

Posted by Listiya Arlita Indriana   @   24 October 2017

Like this post? Share it!

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

0 Comments

No comments yet. Be the first to leave a comment !
Leave a Comment

Name

Email

Website

Previous Post
«
Next Post