Mengembangkan Kebudayaan Menuju Kampus Konservasi

Universitas Negeri Semarang adalah salah satu Universitas yang mengedepankan pentingnya konservasi. Dalam peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 27 tahun 2012 tentang Tata Kelola Kampus Berbasis Konservasi di Universitas Negeri Semarang pada pasal 2 disebutkan bahwa tata kelola berbasis konservasi bertujuan untuk mewujudkan suasana kampus yang mendukung perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan lingkungan hidup secara bijaksana melalui pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dan partisipasi penuh dari warga Unnes.
Dalam pasal 3 disebutkan bahwa Tata Kelola Kampus berbasis konservasi diwujudkan melalui 7 pilar utama universitas konservasi, yakni 1) konservasi keanekaragaman hayati ; 2) arsitektur hijau dan sistem transportasi internal ; 3) pengelolaan limbah ; 4) kebijakan nirkertas ; 5) energi bersih ; 6) konservasi etika, seni dan budaya ; 7) kaderisasi konservasi.
Salah satu pilar yang perlu dikembangkan dan sangat penting ialah mengembangkan kebudayaan yang sekarang sudah mulai tergerus dengan kebudayaan asing yang sudah mempengaruhi pola pikir remaja. Remaja zaman sekarang cenderung melupakan kebudayaan lokal yang seharusnya dikembangkan, padahal para remaja lah yang seharusnya menjadi generasi penerus yang harus mengembangkan kebudayaan lokal pada pendahulu. Banyak kebudayaan yang sudah mulai terlupakan, seperti hilangnya kebiasaan seorang anak mencium tangan kedua orang tuanya ketika hendak bepergian serta mahasiswa yang mencium tangan dosen ketika di kampus, remaja yang lebih menyukai menggunakan pakaian model luar negeri daripada mengenakan pakaian asli Indonesia yang lebih sopan dan tertutup dan juga remaja sekarang lebih menyukai makanan luar negeri daripada makanan asli Indonesia
Bila dikaji, kebudayaan mencium tangan kedua orang tua dan dosen jika dikaitkan dengan nilai agama maka akan terdapat titik temu, karena dalam ajaran agama Islam diperintahkan untuk senantiasa menghormati kedua orang tua, memiliki akhlak yang baik dalam segala tingkah lakunya, sehingga seseorang mempunyai akhlakul karimah (akhlak yang mulia) seperti yang diajarkan oleh Rasulullah sebagai suri tauladan dan penyempurna akhlak manusia. Contoh lainnya yaitu dengan di jadikannya shalat berjamaah sebagai suatu hal yang dihukumi sunnah juga mempunyai manfaat, diantaranya dapat meningkatkan rasa persaudaraan, dan rasa persamaan antar umat manusia sehingga diharapkan akan timbul rasa saling tolong-menolong, saling menghormati dan menghargai, serta saling memaafkan sehingga akan timbul kehidupan yang damai. Hal itu sangat tepat jika diterapkan dilingkungan kampus karena kampus merupakan tempat kedua untuk mencari ilmu dan berinteraksi dengan sesama. Jika lingkungan kampus dapat dikondisikan dengan nyaman maka suasana belajar pun akan kondusif dan nyaman.
Remaja sekarang juga lebih suka mengenakan pakaian yang mengikuti tren luar negeri dan meninggalkan pakaian yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang cenderung sopan dan lebih tertutup. Hal ini pun dapat dikaitkan dengan ajaran Islam. Didalam Islam dikenal adanya istilah aurat yang merupakan batasan-batasan yang haram dilihat oleh orang yang bukan mahramnya. Aurat untuk laki-laki adalah sebatas perut hingga lutut. Sedangkan untuk perempuan auratnya adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Jika ditinjau dari hal ini, maka banyak remaja yang mengenakan pakaian dengan menunjukkan auratnya yang seharusnya tidak diperlihatkan kepada orang-orang. Dan bangsa Indonesia sebenarnya juga memperhatikan bagaimana seharusnya berpakaian, yaitu dari unsur kerapian, kesopanan, keindahan dan lain sebagainya yang menunjukkan adat ketimuran. Dan sebagai mahasiswa di universitas yang mengumandangkan sebagai kampus konservasi seharusnya dalam berpakaian harus sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang senantiasa mengedepankan unsur kerapian dan kesopanan. Selain itu, Universitas Negeri Semarang juga terkenal dengan kampus pendidikan, sehingga sebagai tenaga pendidik yang baik pun harus memperhatikan bagaimana cara berpakaiannya. Seorang pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya karena kelak merekalah yang akan menjadi penerus negara ini.
Selanjutnya ialah remaja sekarang lebih menyukai makanan produk luar negeri karena menurutnya dengan memakan makanan tersebut terdapat prestise tersendiri dan dianggap mengikuti tren serta dianggap gaul oleh sesamanya. Padahal makanan dari luar negeri belum tentu dijamin kehalalannya karena biasanya makanan kreasi kaum barat yang kebanyakan adalah kaum non muslim tidak mengetahui mana bahan makanan yang halal dan mana yang haram sehingga dikhawatirkan dalam makanan tersebut terkandung usur-unsur haram, misalnya dalam proses pemasakan menggunakan minyak dari hewan babi, menggunakan daging anjing yang rasanya hampir menyerupai rasa ayam yang dapat mengecoh para pembeli. Begitupun dari alat-alat yang digunakan untuk memasak mungkin juga digunakan untuk memasak makanan yang haram. Padahal sudah jelas bahwa mengkonsumsi keduanya adalah haram bagi setiap muslim. Sebagai bangsa Indonesia apalagi sebagai seorang mahasiswa kita seharusnya mencintai makanan produk dalam negeri dan harus mengenalkan makanan Indonesia kepada masyarakat umum untuk juga mengkonsumsi makanan asli Indonesia.
Di Unnes sendiri sering diadakan kuliah umum untuk mata kuliah konservasi secara bersama yang agendanya ada senam konservasi, tari konservasi, serta makanan konservasi yang diharapkan dengan diadakannya kegiatan tersebut dapat menumbuhkan sikap cinta pada budaya lokal dan bangga menjadi warga Indonesia yang mempunyai banyak kebudayaan lokal yang wajib dikembangkan.
Diantara perilaku yang menunjukkan penerapan pilar konservasi etika, seni dan budaya ialah sebagai berikut :
1. Menonton serta mengembangkan kesenian daerah di Indonesia
2. Menggunakan pakaian yang sopan serta rapi yang menunjukkan bahwa mahasiswa Unnes adalah sebagai mahasiswa dari kampus pendidikan serta mengenakan pakaian yang menujukkan identitas sebagai warga Indonesia, misalnya dengan mengenakan pakaian batik pada hari-hari tertentu.
3. Membudayakan mencium tangan kedua orang tua sebagai wujud sopan santun serta menghormati kedua orang tua dan merupakan kebudayaan lokal yang patut dikembangkan oleh mahasiswa kampus pendidikan serta tidak lupa untuk mencium tangan dosen ketika bertemu dan ketika akan memulai atau berakhirnya kegiatan perkuliahan
4. Mencintai makanan produk dalam negeri dan membudayakan mengkonsumsi makanan dari dalam negeri agar meningkatkan derajat makanan dalam negeri
5. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, tidak mencampuradukkan antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing apalagi dengan merusak bahasa Indonesia dengan mengubahnya sesuai dengan kemauan
6. Membudayakan musyawarah dalam menghadapi suatu permasalahan yang mana musyawarah merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia
7. Membudayakan sikap-sikap yang menunjukkan adat ketimuran, seperti saling tolong-menolong, saling menghargai, tenggang rasa, kejujuran, mempunyai empati yang tinggi terhadap sesama
8. Melestarikan budaya lokal yang menunjukkan identitas warga Indonesia
9. dan lain sebagainya yang sesuai dengan etika dan budaya Indonesia
Dengan beberapa contoh diatas diharapkan mahasiswa Universitas Negeri Semarang dapat mencintai dan melestarikan budaya lokal Indonesia agar kebudayaan tersebut tidak tergerus oleh arus globalisasi yang menenggelamkan kebudayaan Indonesia. Dengan dimulai dari hal-hal kecil sehingga akan menghasilkan suatu hal yang besar yang dapat meningkatkan reputasi Unversitas Negeri Semarang sebagai kampus pendidikan dan sekarang sedang mencetuskan sebagai kampus konservasi dalam beberapa hal sehingga semua hal yang sudah mulai ditinggalkan oleh mahasiswa maupun masyarakat umum dapat terangkat dan meningkatkan citra bangsa Indonesia.

Posted by Listiya Arlita Indriana   @   7 November 2015

Like this post? Share it!

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

1 Comments

Comments
Nov 7, 2015
4:27 am
#1 Anonymous :
Leave a Comment

Name

Email

Website

Previous Post
Next Post
»