Cukup banyak dari manusia dari muka bumi yang putus asa dalam menyebar kebaikan di tengah-tengah perjalanan ceramah (futur), entahlah itu sebagai konten creator, da’i, aktivis, pimpinan, atau pelaku bisnis, dan lain-lain. Dia jadi ragu untuk meneruskan amal bagusnya karena memperoleh masalah dari diri senidri atau orang yang lain lemahkan semangatnya.
Kebetulah penulis sebagai salah satunya kader Instansi Ceramah Universitas Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin (LDKS-FU) di Seksi Keilmuan. Dan saat pagi ini hari, 24 Juli 2021, diselenggarakan Permufakatan Semester Genap yang di mana ada taujih dari Sekjen LDKS UIN Jakarta 2020, Irfan Abdillah, dengan topik “Bangunkan Ghiroh Ceramah Untuk Meraih Jannah.”
Nach, dalam taujih itu beliau menjelaskan jalan keluar untuk kader ceramah, tidak kecuali semua tipe penyebar kebaikan untuk selalu membakar semangat ceramah yang berdasar pengalaman beliau sepanjang berproses di LDKS. Karena itu selanjutnya penulis bahas kembali beberapa poin keutamaan dalam artikel ini. Apa saja jalan keluarnya? Yuk baca keterangan dari rumah-muslimin.com berikut ini!
1. Benahi Niat
Seperti dalam sebuah hadist nabi jika segala hal bergantung tujuannya, karena itu perlulah kita mengingat lagi niat dan arah kita dalam mengawali amal kebaikan. Kenapa? Karena seringkali seorang lupakan arah awalannya, atau dapat juga ada arah-tujuan baru saat berproses yang menomorduakan arah awalnya.
2. Mentorship
Dari kata tutor yaitu pembina. Sebenarnya, kita memerlukan seorang pembina dalam menyebar kebaikan. Jadi tidak jarang-jarang beberapa pejabat mempunyai seorang penasiat, mahasiswa mempunyai dosen, santri mempunyai mudabbir dan ustadz, dan lain-lain. Namun kita sanggup cari tutor kita sendiri pada kondisi nonformal dan fleksibel.
Kita dapat jadikan semesta alam sebagai tutor kita, rekan seangkringan, keluarga, pacar (untuk yang punyai :v), serta kita dapat jadikan diri sendiri sebagai tutor. Karena ada tutor, pergerakan menyebar kebaikan kita jadi lebih terang, terukur, dan terevaluasi secara baik.
3. Kerja Sama Tim
Tidak disangsikan kembali jika Tim Work ialah faktor penting sebuah kesuksesan. Sudah banyak bukti bersejarah berkenaan keunggulan dari kolaborasi team yang menjadi satu diantara faktor khusus kesuksesan seperti kemenangan pasukan Thalut pada periode nabi Dawud Alaihi al-Salaam dan kemenangan perang Badar yang di mana ke-2 nya mempunyai jumlah pasukan lebih sedikit daripada yang ditantang.
Sampai saat ini, kerja-sama masih tetap menjadi satu diantara factor kesuksesan dari sebuah organisasi, perusahaan, cabinet, dan sebagainya. Karena dalam sebuah tempat bergerombol ini semuanya orang bisa sama-sama berikan motivasi dan sama-sama menolong keduanya, dan itu yang masih tetap membakar semangat kolaborasi team.
Tetapi untuk anda yang mempunyai amal kebaikan secara pribadi, tidak boleh cemas. Anda pun sanggup jadi pimpinan sekalian anggota untuk anda sendiri. Akal yang sehat dan hati yang kuat tetap harus jadi pempimpin dari semua anggota badan. Luangkan diri untuk merenung, dekatkan diri pada Tuhan, berikan motivasi diri kita, dan menghargai diri kita sebagai cara yang arif untuk bekerja bersama secara intrapersonal.
4. Keselarasan Fikriyah, Ruhiyah, dan Jasadiyah
Seperti semesta alam yang mempunyai kesetimbangan energi, pada diri juga manusia ada tiga azas pembangun yang perlu dijaga yaitu Fikriyah (pikiran), Ruhiyah (ruh), dan Jasadiyah (badan). Ke-3 azas ini sebagai fondasi kemampuan intrapersonal, terutamanya dalam mempertahankan semangat dalam menyebar kebaikan.
Azas fikriyah misalkan, dia jadi azas penting dalam jaga akal sehat. Dengan terjaganya akal sehat, sanggup jadikan seorang untuk selalu ketahui, mengetahui, dan pahami ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam menyebar kebaikan. Langkah jaga azas fikriyah adalah dengan perbanyak konsumsi pengetahuan.
Selanjutnya azas ruhiyah. Perannya sebagai penjaga kesehatan psikis buat jadikan seorang untuk selalu pada kondisi baik walau rintangan dan halangan intern atau external selalu banyak yang datang. Langkah jaga azas itu yaitu dengan dekatkan diri pada Tuhan, penilaian, menghargai, dan berikan motivasi diri kita.
Paling akhir yaitu azas jasadiyah sebagai pendorong pasif dalam menyebar kebaikan. Dengan terjaganya anggota badan dalam atau luar ini jadikan seorang sanggup lakukan tindakan dari yang dibuat oleh ke-2 azas awalnya. Langkah jaga azas ini yakni dengan konsumsi minuman dan makanan yang sehatkan, olahraga, menghindar segalanya yang menghancurkan anggota badan luar dan dalam.
5. Kontrol Kegiatan
Menyebar kebaikan sebagai adab terpuji, tetapi janganlah sampai kita lupakan hak dan kewajiban kita ke diri kita, keluarga, negara, dan agama. Karena cukup banyak dari beberapa penyebar kebaikan mempunyai banyak kewajiban yang perlu dia kerjakan, entahlah itu kewajiban study, organisasi, ekonomi, dan lain-lain.
Oleh karena itu, perlu digarisbahawahi untuk atur semua kegiatan rutin kita dengan arif. Samakan berdasar fokus, dan kerjakan tanpa dilandasi oleh gengsi dan desakan. Tidak lakukan atau stop sesaat tidak berarti berserah dengan kondisi, tetapi barang kali anda perlu istirahat dari sebuah kegiatan untuk beraktivitas lainnya buat menghindar kejenuhan.
Solusi Mengatasi Kehilangan Semangat dalam Menyebar Kebaikan
Cukup banyak dari manusia dari muka bumi yang putus asa dalam menyebar kebaikan di tengah-tengah perjalanan ceramah (futur), entahlah itu sebagai konten creator, da’i, aktivis, pimpinan, atau pelaku bisnis, dan lain-lain. Dia jadi ragu untuk meneruskan amal bagusnya karena memperoleh masalah dari diri senidri atau orang yang lain lemahkan semangatnya.
Kebetulah penulis sebagai salah satunya kader Instansi Ceramah Universitas Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin (LDKS-FU) di Seksi Keilmuan. Dan saat pagi ini hari, 24 Juli 2021, diselenggarakan Permufakatan Semester Genap yang di mana ada taujih dari Sekjen LDKS UIN Jakarta 2020, Irfan Abdillah, dengan topik “Bangunkan Ghiroh Ceramah Untuk Meraih Jannah.”
Nach, dalam taujih itu beliau menjelaskan jalan keluar untuk kader ceramah, tidak kecuali semua tipe penyebar kebaikan untuk selalu membakar semangat ceramah yang berdasar pengalaman beliau sepanjang berproses di LDKS. Karena itu selanjutnya penulis bahas kembali beberapa poin keutamaan dalam artikel ini. Apa saja jalan keluarnya? Yok baca keterangan berikut!
1. Benahi Niat
Seperti dalam sebuah hadist nabi jika segala hal bergantung tujuannya, karena itu perlulah kita mengingat lagi niat dan arah kita dalam mengawali amal kebaikan. Kenapa? Karena seringkali seorang lupakan arah awalannya, atau dapat juga ada arah-tujuan baru saat berproses yang menomorduakan arah awalnya.
2. Mentorship
Dari kata tutor yaitu pembina. Sebenarnya, kita memerlukan seorang pembina dalam menyebar kebaikan. Jadi tidak jarang-jarang beberapa pejabat mempunyai seorang penasiat, mahasiswa mempunyai dosen, santri mempunyai mudabbir dan ustadz, dan lain-lain. Namun kita sanggup cari tutor kita sendiri pada kondisi nonformal dan fleksibel.
Kita dapat jadikan semesta alam sebagai tutor kita, rekan seangkringan, keluarga, pacar (untuk yang punyai :v), serta kita dapat jadikan diri sendiri sebagai tutor. Karena ada tutor, pergerakan menyebar kebaikan kita jadi lebih terang, terukur, dan terevaluasi secara baik.
3. Kerja Sama Tim
Tidak disangsikan kembali jika Tim Work ialah faktor penting sebuah kesuksesan. Sudah banyak bukti bersejarah berkenaan keunggulan dari kolaborasi team yang menjadi satu diantara faktor khusus kesuksesan seperti kemenangan pasukan Thalut pada periode nabi Dawud Alaihi al-Salaam dan kemenangan perang Badar yang di mana ke-2 nya mempunyai jumlah pasukan lebih sedikit daripada yang ditantang.
Sampai saat ini, kerja-sama masih tetap menjadi satu diantara factor kesuksesan dari sebuah organisasi, perusahaan, cabinet, dan sebagainya. Karena dalam sebuah tempat bergerombol ini semuanya orang bisa sama-sama berikan motivasi dan sama-sama menolong keduanya, dan itu yang masih tetap membakar semangat kolaborasi team.
Tetapi untuk anda yang mempunyai amal kebaikan secara pribadi, tidak boleh cemas. Anda pun sanggup jadi pimpinan sekalian anggota untuk anda sendiri. Akal yang sehat dan hati yang kuat tetap harus jadi pempimpin dari semua anggota badan. Luangkan diri untuk merenung, dekatkan diri pada Tuhan, berikan motivasi diri kita, dan menghargai diri kita sebagai cara yang arif untuk bekerja bersama secara intrapersonal.
4. Keselarasan Fikriyah, Ruhiyah, dan Jasadiyah
Seperti semesta alam yang mempunyai kesetimbangan energi, pada diri juga manusia ada tiga azas pembangun yang perlu dijaga yaitu Fikriyah (pikiran), Ruhiyah (ruh), dan Jasadiyah (badan). Ke-3 azas ini sebagai fondasi kemampuan intrapersonal, terutamanya dalam mempertahankan semangat dalam menyebar kebaikan.
Azas fikriyah misalkan, dia jadi azas penting dalam jaga akal sehat. Dengan terjaganya akal sehat, sanggup jadikan seorang untuk selalu ketahui, mengetahui, dan pahami ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam menyebar kebaikan. Langkah jaga azas fikriyah adalah dengan perbanyak konsumsi pengetahuan.
Selanjutnya azas ruhiyah. Perannya sebagai penjaga kesehatan psikis buat jadikan seorang untuk selalu pada kondisi baik walau rintangan dan halangan intern atau external selalu banyak yang datang. Langkah jaga azas itu yaitu dengan dekatkan diri pada Tuhan, penilaian, menghargai, dan berikan motivasi diri kita.
Paling akhir yaitu azas jasadiyah sebagai pendorong pasif dalam menyebar kebaikan. Dengan terjaganya anggota badan dalam atau luar ini jadikan seorang sanggup lakukan tindakan dari yang dibuat oleh ke-2 azas awalnya. Langkah jaga azas ini yakni dengan konsumsi minuman dan makanan yang sehatkan, olahraga, menghindar segalanya yang menghancurkan anggota badan luar dan dalam.
5. Kontrol Kegiatan
Menyebar kebaikan sebagai adab terpuji, tetapi janganlah sampai kita lupakan hak dan kewajiban kita ke diri kita, keluarga, negara, dan agama. Karena cukup banyak dari beberapa penyebar kebaikan mempunyai banyak kewajiban yang perlu dia kerjakan, entahlah itu kewajiban study, organisasi, ekonomi, dan lain-lain.
Oleh karena itu, perlu digarisbahawahi untuk atur semua kegiatan rutin kita dengan arif. Samakan berdasar fokus, dan kerjakan tanpa dilandasi oleh gengsi dan desakan. Tidak lakukan atau stop sesaat tidak berarti berserah dengan kondisi, tetapi barang kali anda perlu istirahat dari sebuah kegiatan untuk beraktivitas lainnya buat menghindar kejenuhan.