Silabus Sosiologi Kelas XII

Alokasi waktu: 4 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching)  pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

check this out

Ditulis pada Sosiologi SMA | Tinggalkan komentar

Silabus Sosiologi Kelas XI

Alokasi waktu: 4 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching)  pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

check this out

Ditulis pada Sosiologi SMA | Tinggalkan komentar

Silabus Sosiologi Kelas X

Alokasi waktu: 3 jam pelajaran/minggu

 

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching)  pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

check this out

Ditulis pada Sosiologi SMA | Tinggalkan komentar

Tempat Shopping Mahasiswa UNNES ? Yaa,, Pasar Tiban

Anak kuliahan shoppingnya harus di Mall,yang di beli harus barang brandit. Benarkah seperti itu? Faktanya sekarang banyak dari berbagai kalangan dari ranah bawah, sederhana hingga ke atas bisa berkuliah, bukan hanya dari kalangan yang berduit saja yang bisa kuliah, maka dari itu anak kuliahan yang katanya modis-modis, menggunakan barang-barang bermerk untuk sekedar gaya saat berkuliah sekarang hanya mitos. Banyak yang tak acuh dengan yang mereka gunakan apakah barang bermerk, mahal dan original, yang penting murah dan kelihatan cocok di pakai, slogan anak kuliahan zaman sekarang.

Seperti yang lagi ngehitts di kalangan anak-anak unnes, belanja di pasar Tiban, kalo di lihat dari kosa kata tiban berasal dari bahasa Jawa, jadi tiban artinya jatuh. Pasar tiban merupakan pasar dadakan yang berlangsung hanya satu malam, tepatnya pada hari senin mulai pukul 17.00-23.00 yang bertempat di Lapangan Banaran. Bisa di katakan seperti pasar malam, namun bedanya pasar tiban lebih menjual berbagai kebutuhan sandang.

Sebenarnya tidak  hanya hits di kalangan mahasiswa unnes saja, namun juga hits di kalangan masyarakat Gunungpati sendiri. Bagaimana tidak, pasar tiban menjual berbagai kebutuhan mahasiswa seperti pakaian, sepatu dan tas yang bisa di bilang kebutuhan pokok para mahasiswa. Di jual dengan harga sangat murah dan dengan kualitas yang tidak begitu jelek, sudah pasti masyarakat Gunungpati yang notabene tidak seperti mahasiswa yang menuntut gengsi pasti akan tergiur jika melihat suguhan barang-barang murah, terutama untuk kalangan ibu-ibu. Jika mahasiswa saja tidak enggan apalagi para masyarakat seperti itu pembandingannya. Selain menjual pakaian dan sandal, di pasar tiban juga ada berbagai stand jajanan dan juga pernak-pernik seperti jam tangan, kaca mata maupun topi.

 

Berbicara pengalaman pribadi, saat itu secara tidak sengaja habis magrib mencari makan di sekitaran lapangan Banaran terdapati suasana ramai di sekitar lapangan, penasaran saya bertanya dengan Bapak penjual seblak, dan di jawab ramai karena ada pasar tiban, yang di adakan selama satu minggu sekali. Karena masih penasaran seetlah membeli seblak akhirnya saya masuk ke lapangan bersama teman saya untuk melihat sendiri isi serta merasakan suasana di pasar tiban. Melihat banyak stand pakaian, stand sandal, tas dan masih banyak lainnya. Di situ saya mengunjungi semua stand sambil melihat dan menawar-nawar barang yang sekiranya saya butuhkan. Setelah tahu kisaran harga yang ada di pasar tiban, saya mencoba membandingkan dengan harga barang yang sama persis di toko pakaian, toko sandal maupun di pasar johar yang juga terkenal sebagai tempat shopping mahasiswa kalangan menengah, di pasar tiban mematok kisaran harga paling murah, jika di pasar tiban celana pensil di jual seharga rp.50.000 di toko lain atau di pasar johar di jual dengan harga kisaran rp.130.000-150.000 dengan merk dan kualitas yang sama, jelas harga jual dua kali sampai tiga kali lipat dari harga yang ada di pasar tiban.

Sudah terbukti jika pasar tiban selalu ramai di kunjungi para mahasiswa UNNES yang di situ saya melihat tidak hanya dari mahasiswa kalangan bawah saja, namun dari mahasiswa yang berduit juga biasa berbelanja di pasar tiban .ini menjadi salah satu keuntungan dan alasan para mahasiswa UNNES untuk mengirit uang transport dan juga terhindar dari penawaran harga yang tinggi, karena faktanya tawar-menawar di pasar tiban sangat mudah untuk harga turun, walaupun penjual sudah mematok harga minim.

 

 

 

 

 

Ditulis pada Artikel Kuliah Sosant | 5 Komentar

Kampung Laut Cilacap

cerita harian penulis saat berada di kampung laut cilacap

Perjalanan menuju ke Kampung Laut tepatnya Desa Ujung Gagak di mulai dari pelabuhan Sleko atau dermaga menuju ke desa Ujung Gagak, perjalanan melewati segara anakan menggunakan kapal sedang atau masyarakat setempat menyebutnya compreng yang di tumpangi sekitar 30 orang lebih selama 3 jam. Selama perjalanan Ujung Gagak akan melewati pulau Nusakambangan dan melihat para nelayan yang sedang mencari ikan atau para pencari pasir dan menggunakan perahu kecil tau warga setempat menyebut jukung. Karena desa Ujung gagak merupakan desa yang paling ujung di kampung laut otomatis melewati ketiga desa di kampung laut yaitu klaces sebagai ibukotanya, panikel dan ujung alan, selain itu pastinya juga melewati kantor kecamataan kampung laut dan puskesmas kampung laut. Sesampainya di desa Ujung Gagak atau sore hari sesuai dengan rundown panitia menuju ke homestay masing-masing untuk berberes sejenak dan kembali ke aula yang tempatnya berada di samping kantor desa atau kelurahan untuk melakukan observasi sesuai jatah kelompok yang telah di tentukan. Kebetulan mendapat kelompok dengan tema foklore dan mitologi atau kelompok 2(dua) yang beranggotakan 8 orang dengan anggota satu orang laki-laki sebagai ketua kelompok, kemudian satu kelompok dalam observasi mitologi dan foklore di bagi menjadi dua untuk melakukan observasi dan wawancara . kemudian saya bersama ketiga anggota kelompok lain melakukan observasi dengan melihat situasi dan kondisi seputar desa terlebih dahulu kemudian di jalan bertemu dengan ketua Rw 01 di desa ujung gagak dan kemudian ikutserta ke rumah pak rw untuk wawancara mengenai mitos, tradisi dan budaya masyarakat desa ujung gagak, namun di sini pak rw hanya sedikit memberi info mengenai tema yang bersangkutan atau  bungkam. Sesuai perkiraan bahwa untuk mendapatkan info mengenai hal-hal mistis atau mitos yang masih di percayai dan ditaati oleh maysrakat itu sendiri sangat sulit karena sifatnya internal atau berangkali mereka menganggap hal tesebut todak perlu di ketahui oleh orang lain apalagi orang yang di anggap asing. Karena hanya mendapatkan sedikit info kita akhirnya melanjutkan perjalanan sembari melihat dan merasakan suasana sore di desa ujung gagak

Selanjutnya setelah berjalan tidak terlalu jauh dari kediaman pak rw kami melihat segerombolan orang lebih tepatnya keluarga sedang berkumpul dn bercengkerama di depn rumah dan menyapa dengan hangat sehingga kami memutuskan untuk menggali informasi seputar mitologi dan folklore. Mendapatkan informan yang tepat karena mau menguak informasi seputar mitologi dan folklore karena informan adalah masyarakat biasa yaitu  nelayan.  Dari hasil percakapan atau diskusi dengan segerombolan keluarga tersebut dapat di simpulkan bahwa masyarakat sana percaya bahwa pendatang baru atau orang asing contohnya seperti kita di larabg istirahat atau tidur siang sebelum bermalam di sana dan di larang bersandar di tiang penyangga rumah karena akan pinsan dan hanya bisa di sembuhkan oleh dukun atau orang pintar di sana bahkan bisa meninggal, selanjutnya mengenai tradisi sedekah bumi atau sedekah laut yang ada di desa ujung gagak yang kebetulan observasi atau penelitian di desa ujung gagak bertepatan pada saat sedekah laut. Mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut harus bertepatn pada hari jum’at kliwon dan harus pada bulan suro tidak bisa di ganti dengan penanggalan lain yang bertepatan pada tanggal 7 oktober 2016. Untuk sesajen sendiri yang di larungkan ke laut dan yang di sebar di perempatan jalan(sedekah bumi) berbeda, seajen yang di darat hanya minuman dan makanan kecil yang di jadikan satu di tampah(lokal) dan satu buah kelapa hijau. Sementara untuk sesajen yang di larungkan adalah makan dan minuman kecil serta pakaian sepengadek(local) yitu dari ujung atas sampai ujung bawah untuk ibu ratu(local) atau kanjeng ratu roro kidul yang di beli baru tidak seperti di jogjakarta yaitu pakaian bekas raja atu ratu keratin dan emas-emasan seperti anting, gelang cincin dan semacamnya. Kemudian ada kepala kambing atau kepala kerbau, melihat praktis atau kesanggupan masyarakat. Kesemua sajen yang telah di sebutkan di jadikan satu di wadah yang di buat seperti gubuk kecil dan di beri penyangga untuk membongkok dan di beri daun kelapa sera bunga dan di talikan dalam salah satu penyangga ayam hidup. Sehabis kegiatan pelarungan di lautan bebas atau pelawangan akan di adakan pertunjukkan wayang kulit pada sore sampai malam hari, mengenai perempuan hamil di larang mengikuti maupun melihat prosesi pelarungan dan peunjukan wayang karena percaya anak yang di kandung akan hilang dan lebih baik berada di dalam rumah. Mengenai agama masyarakat adalah islam kejawen walaupun ada agama lainyya seperti Kristen. Informan mengatakan bahwa budaya atau system agama hampir seperti Yogyakarta berarti dapat di simpulkan bahwa kepercayaan masyarakat desa ujung gagak masih kental terhadap leluhur atau hal yang tidak kasat mata. Di sana juga ada pesta ghaib yang di lakukan oleh para dukun dan hal tersebut bersifat rahasia atau sebagai balasan terhadap roh gaib atas bantuan.

Sesudah melakukan wawancara dengan kedua informan kami memutuskan untuk mencukupi observasi dan kembali ke aula karena waktu sudah menunjukkan hamper magrib dan masih ada observasi lanjutan pada hari jumat. Setelah semua kumpul dan briefing bersama panotia keudian kembali ke homestay untuk ishoma karena setelah itu akan ada temu atau sarasehan dengan tokoh adat dan tokoh desa ujung gagak

Selanjutnya pada pukul 20.00 berkumpul di aula dan persiapan untuk sarasehan dengan tokoh adat desa ujung gagak. Kebetulan di aula sendiri ramai karena sedang melakukan persiapan pelarungan di lautan pada hari esiknya dan selesai melakukan penyebaran sesajen ddi perempatan jalan. Di buka dengan kepala desa yang meynabut hormat kedtangan dan tujuaan kkl serta sedikit menyinggung menegai asal usus desa ujung gagak serta kondisi geografis dan membahas mengenai pembangunan di desa ujung gagak terutama yang berhubungan dengan akses dan jalan di desa. Setelah sambutan dari kepala desa ada sambutan dari tokoh adat yang kebetulan juga pernah menjabat sebagai kepala desa ujung gagak dan di sisni tokh adat lenih banyak menjelaskan mengenai sejarah dan asal usul desa ujung gagak. Setelah sambutan kepala desa dan tokoh adat kemudian sesi Tanya jawab oleh mahasiswa dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat. Setelah acara sarasehan atau ramah tamah dengah tokoh-tokoh di desa ujung gagak kemudian briefing panitia dn kembali ke homestay untuk istirahat dan mempersiapkan kegiatan pada esok hari.

pada hari selanjutnya di mulai dengana mandi dan sarapan kemudian pada jam 08.00 kembali ke aula untuk presentasi dengan dosen pembing terkait dengan kekurangan data lapangan atau hasil observasi pada hari kamis, bersama dengan kelompok 1 atau kelompok ekologi mempresentasikan kepada dosen pembimbing yaitu pak trisnu. Pak trisnu memberi masukan untuk mencari informasi lebih detail mengenai informasi yang sudah di dapatkan atau triangulasi data. Setelah satu jam bimbingan teoat pada jam Sembilan lebih akan di laksanakan kegiatan inti atau proses sedekah laut yang di tunggu-tunggu yaitu pelarungan yang di awali dengan doa kepada yang maha kuasa dan kepada penjaga alam, mengenai sesajen yang di larungkan sama seperti penjlasan informan dan yang di larungkan pada kalin ini adalah kepala kembing. Saat mengawal sesajen ke dermaga untuk di larungkan kami di jalan sembari mendekati tokoh adat untuk mendapatkan triangulasi data seputar sedekah laut dan mitologi lainnya pada masyarakat desa ujung gagak. Kami hanya mengawal sesajen sampai dermaga karena keterbatsan kapal dan situasi yang tidak memungkinkan jika semuanya ikut melarung jadi hanya ada beberapa orang dari kelomook etnografi dan kelompok mitologi. Sesajen kemudian di tumpangkan ke perahu compreng untuk di larungkan ke segara bebas atau pelawangan dan di bersamai oleh basarnas dan di kawal oleh para masyarakat yang ingin ikut melarung namun hanya menggunakan kapal kecil atau jukung. Setelah mengawal sesajen sampai dermaga kemudian kembali menuju ke homestay umtuk membereskan perlengkapan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke purwokerto dan meninggalkan desa ujung gagak kampung laut.

sekian cerita harian penulis dari kampung laut cilacap

 

Ditulis pada Artikel Kuliah Sosant | Tinggalkan komentar

Sopo Nandur Bakal Ngunduh

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat heterogenitas luar biasa kompleks, demikian pula struktur sosial yang di milikinya (smi :x) dengan begitu dapat kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia adalah msyarakat majemuk karena keberagaman yang di miliki. Berarti dengan keberagaman tersebut menunjukkan bahwa satu sama lainnya mempunyai budaya yang berbeda dari segi apapun termasuk nilai dan norma yang ada dan di anut. Namun dari keberagaman tersebut pemerintah mencoba mencanangkan multikulturalisme sebagai acuan alam kemajemukan masyarakat Indonesia, selain sebagai pendidikan karakter, multikulturalisme pada dasarnya juga di harapkan mendatangkan rasa dan sifat nasionalisme pada masing-masing individu, dengan adanya rasa nasionalisme otomatis telah menumbuhkan rasa cinta dan peduli antara satu dengan lainnya, rasa memiliki serta menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.

Di jaman yang global dan modern seperti saat ini faktanya banyak masyarakat Indonesia yang lupa akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia, banyak dari mereka yang mengikuti dan merasa bangga dengan westernisasi. Dengan begitu bagaimana multikulturalisme yang di canangkan bisa mendidik karakter masyarakat Indonesia bisa berjalan, bahkan rasa kepedulian yang merupakan bagian dari multikulturalisme tersebut sendiri akan hilang, contoh kecil saja banyak anak muda  sekarang tidak menghormati orang tua, dari situ dapat di maknai mengenai rasa peduli dan rasa iba.

Dari pemaparan di atas harus menumbuhkan sikap  di jaman yang seglobal dan semodern ini kita di harapkan tidak tergiur dan menikmti westernisasi sehingga tetap memperhatikan nilai-nilai dan norma yang ada. khususnya saya sebagai mahasiswa sosiologi yang objek kajiannya adalah masyarakat, selalu memperhatikan nilai dan norma tersebut di dalam proses hidup dan proses pembelajaranya. Dan sebagai warga ilmu sosial yang memiliki jargon peduli dan ceria agar tetap merealisasikan rasa peduli dengan konteks yang luas terhadap orang lain dan rasa ceria karena terealisasinya bentuk masyarakat multikulturalisme, selain itu juga harus percaya terhadap nilai tolong menolong, khususnya adalah balasan dari apa yang telah kita perbuat.

Di sisi lain dalam Islam sendiri juga di tekankan mengenai rasa hormat,  dan rasa saling tolong menolong sehingga tetap tercapai rasa silaturrahmi. Saya teringat salah satu hadis bahwa stiap kebaikan yang di lakukan walaupunsebesar biji zarah (sangat kecil) akan di balas, begitu pula sebaliknya. Jadi di sini di percaya atau  tidak dan ntah di sengja atau tidak semua kebaikan yang telah kita pebuat pasti akan mendapatkan balasan seperti kebaikan yang telah kita lakukan bahkan lebih, rasanya sudh menjad hukum alam. Semacam tersebut sebagai motifasi untuk melakukan kebaikan bukan mengharapkan kebaikan atau balas budi dari kebaikan yang telah kita lakukan

5 Bentuk kebaikan yang di kemas dalam bentuk narasi

  1. Serangan subuh

Ini adalah cerita semasa ujian tengah semester di unnes selesai, saat fajar setelah selesai sholat subuh saya kembali mealnjutkan tugas deadline mata kuliah umum. Dalam membuat tugas saya  selalu menyetel musik dan membuka pintu kamar agar terhirup udara segar fajar dan membangkitkan konsentrasi dalam belajar saya, karena dalam proses pembelajaran saya yang efektif saya rasa dengan mendengarkan musik, saat itu saya baru mendapatkan enam halaman dan masih kurang empat halaman karena di dalam tugas tersebut dosen memberi batas minimal sepuluh lembar halaman. Dengan motivasi yang tinggi saya berusaha menyelesaikan kewajiban saya tersebut karena jam 8 tugas sudah harus di kumpulkan di meja dosen. Namun tidak terduga ada tetangga kamar yang mengucapkan salam dan menangis meminta bantuan untuk di antarkan ke stasiun poncol karena teman yang bersedia mengantarkannya tiba-tiba tidak bisa di hubungi dan memang saat itu juga tidak ada satupun orang yang beraktifitas dan melek selain saya.

Dalam posisi yang seperti ini saya merasa iba dan di sisi lain merasa bingung karena tugas deadline yang belum terselesakan, pemikiran saya dalam posisi yang masih fajar seperti itu pasti suasana luar masih sangat sepi apalagi saat itu sedang  marak-marakya musim begal di jalan yang meuju unnes, saya kembali berfikir sefajar itu pastinya tidak ada kendaraan maupun angkot yang mangkal. Kemudian saya bertekad megantarkan teman saya ke stasisun dengan perasaan yang sagat mantap, karena dengan keyakinan dan kemantapan pasti tidak akan ada suatu hal jelek yang akan menimpa kita. Sehabis mengantarkan teman ke stasiun saya kembali ke unnes dan sampai di unnes kira-kira puluk enam lebih karena di jalan hendak kembali ke unnes macet banyak orang yang menuju ke pasar. Sesampainya di kos dengan waktu dua jam untuk menggarap tugas deadline tersebut sangatlah kwalahan, namun saat membuka grup whattsap saya mendapatkan berita bahwa tugas yang semula di kumpulkan jam 8 tersebut kemudian di undur menjadi jam 3 sore, dan perasan resah saya berubah menjadi rasa syukur, ya mungkin itu adalah balasan dari sugesti rasa kemantapan dan keyakinana hati saya.

Jika di kaji dengan konsep SMI mengenai norma dan nilai yang ada di dalam masyarakat faktor saya membantu teman pada dasarnya karena rasa saya normal sebagai mahluk sosial yang tetap memperhatikan unsur pengikat manusia dalam hidup bermasyarakat yaitu rasa solidaritas, di sana saya sebagai mahasiswa yang juga bukan asli semarag sendiri berusaha menumbuhkkan rasa solodaritas di antara teman  pastinya agar tetap tumbuh rasa pertemanan dan rasa tetangga yang harmonis, karena saya rasa saat kita bisa membatu sesama berarti kita juga telah mengalahkan rasa deskriminasi tentang seorang teman yang beda daerah dan beda jurusan untuk tetap di perlakukan sama, walaupun pada dasarnya kita tidak akrab dengan mereka dan bukan satu daerah dengan mereka, secara tidak langsung  kita sendiri juga telah menjunjung multikulturalisme

  1. aji mumpung

sepulang berbelanja dari semarang bawah bersama teman saat kembali ke unnes dan melewati  jalan Gajah Mungkur di sana saya melihat anak kecil sedang bermain bola sendiri di samping jalan, saat itu saya berfikir bagaimana dan di mana orang tuanya membiarkan begitu saja anankya yang masih kecil kira kira berumur dua tahun. Jalan yang saya lewati memang penuh dengan warung- warung kecil dan saat itu pula saya berfikir mungkin orng tua bocah tersebut adalah salah satu penjual dari warung-warung yang saya lewati tersebut. Tiba-tiba montor yang saya tumpangi ban belakangnya bocor mungkin karena tidak segaja kami melewati jalan yang berlubang dengan posisi laju sepeda yang sangat tinggi, sehingga kami menembelkan ban yang bocor tersebut di samping warung-warung kecil yang saya ceritakan.di sana saya masih melihat bocah kecil tanpa pengawasan orang tua tersebut masih asyik bermain bola di samping jalan raya. Saya tetap memperhatikan bagaimana tingkah bocah tersebut karena merasa kasihan, saat itu juga bola yang di mainkan anak tersebut terlempar ke jalan raya dan bocah tersebut mencoba mengambilnya tanpa memperhatikan kanan dan kiri, rame dan tidak posisi jalan raya saat itu karena memnag masih bocah belum sampai terfikir. Sontak saya memberhentikan sepeda motor yang lewat di depan saya dan lari mengambil bola serta mengamankna anak tersebut, jelas saja suasana menjadi ramai dan banyak orang yang marah-marah karena tingkah bocah tersebut yang bermain di jalan tanpa pengawasan orang tuanya. Kemudian setelah saya mengamankan bocah tersebut selang beberapa menit sang ibu dari orang tua tersebut keluar dan mengambil kembali anaknya dan memarahi bocah tersebut tanpa mengucapkan terima kasih atau bagaimanapun.

Jika di kaji dengan konsep smi mengenai nilai sosial (smi:43) bahwa erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat, nilai sosial adalah sejumlah sikap perasaan ataupun anggapan terhadap suatu hal mengenai baik buruk, benar salah, patut tidak patut . pada dasarnya masyarakat mengakui adanya individual, yaitu nilai-nilai yang di anut baik selaras maupun bertentangan. Bahwa di sana saya melihat orang tua yang begitu cuek dengana anaknya karena kebiasaan atau budaya di lingkungan warung-warung tersebut bahwa melayani pelanggan terutama saat ramai lebih penting dari apapun,mereka lebih mementingkan prospek aji mumpung tanpa memperhatikan yang lain. Di sana mereka mungkin menganggap hal tersebut merupakan hal yang sudah biasa dan tanpa mengucapkan terima kasih saat saya mencoba membantu anaknya tersebut. Ya, sesuai dengan pandangan mengenai nilai dan kebudayaan yaitu selaras dan bertentangan.

  1. Olahraga malam dengan sepeda motor bukan sepeda ontel

kebaikan ketiga adalah pada saat kembali ke perantauan sehabis libur idhul adha, saat itu saya kembali bersama kakak tingkat yang sudah menjankau semester 9 bersama teman temannya yaitu saat itu tiga motor dengan salah satu motor kosong atau tidak berboncengan. Saat sampai di Demak selang satu jam dari kampung saya yaitu di Jepara salah satu rombongan saya kendaraan tersebut mengalami kendala dan saat itu tidak bisa normal untuk perjalanan dan tidak ada bengkel yang buka di dekat tempat kami berhenti, saat itu kami memutuskan untuk tetap melanjutkan dengan menumpangi motor yang berkendala tersebut di dorong dengan kaki dari belakang atau kami meyebutnya di pancal, dan dari teman teman merekomendasikan saya yang menumpangi motor yang berkendala tersebut karena postur saya yang kecil dengan asumsi akan lebih meingankan beban mendorong motor tersebut. Pada awalnya saya merasa takut karena saat itu posisi jalanan pantura, tempat di mana kendaraan melaju dengan keceapatan tinggi dan ramai karna saat itu posisi adalah habis magrib. Kemudian saya mengendarai motor tersebut dan sampai di demak perbatasan semarang pun tidak ada bengkel yang buka karena mungkin saat itu posisi idhul adha orang-orang libur dengan pekerjaannya. kami tetap menumpangi dan mendorong motor tesebut, Sesuai planning kita akan menitipkan motor tersebut di Semarang bawah karena tidak mungkin jika kita kita mendorong motor tersebut ke gunung pati mengingat jalannya yang tinggi seperti . Namun apa daya saat kami mencoba menghubungi teman-teman kami yang tinggal di semarang bawah ternyata mereka belum kembali ke perantauan, dan saat itu pula kami memutuskan untuk mendorong motor yang mengalami kendala tersebut untuk sampai ke unnes.

Jika di kaji menggunakan konsep smi khususnya megenai orientasi nilai budaya masyarakat indonesia (smi :70) bahwa kebudayaan-kebudayan yang amat mementingkan hubugan vertikal antara manusia dengan sesamanya. Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada tokoh-tokoh, orang senior, maupun atasanya. Orang dalam suatu kebudayaan tersebut merasa tergantung dengan sesamanya. Sesuai sesuatu yang saya lakukan di atas bahwa saya melakukan kegiatan tersebut pada dasarnya karena dorongan dari senior bahwa saya merasa mempunyai sugesti tersendii bahwa semua yang di katakan senior atau kakak tingkat tersebut ada dasarnya baik untuk prospek saya dan juga sebagai rasa balas budi karena sudah mau mengajak kembali ke perantauan bersama-sama.

  1. Pengendara ninja yang ceroboh

waktu meunjukkan pukul 21.30 saya bersama teman saat itu dari rapat persiapan pelantikan sekolah kader bangsa (progja dari bem km) saat itu saya mengisi bensin motor saya di spbu tepatnya di patemon, saya menggunakan jaket sekolah kader bangsa yang pasti ada embel embel UNNES, saat malm itu memng posisi mendung sekali dan gerimis gerimis syahdu, kami antre untuk mengisi bensin saat itu motor antrean di depan kami yaitu motor ninja mengisi bensin dengan tarif 50k. Namun saat setelah tangki terisi penuh pengemudi ninja tersebut merogoh saku untuk mengambil uang. Namun ternyata di dalm sakunya tidak terdapat uang dan sontak saat melihat saya yang memakai jaket unnes sang laki laki tersebut meminjam uang kepada saya karena saat negosiasi dengan pegawai spbu tersebut tidak meembolehkan sang pengemudi tersebut kembali mengambil uang. Kemudian saya mengeluarkan uang saya yang sebesar 50k tersebut untuk saya pinjamkan kepada pengemudi ninja tersebut dan tidak jadi membeli bensin karena saya rasa orang tersebut lebih membutuhkan karena posisi saat itu bensin saya tidak dalam keadaan limit dan masih bisa di buat untuk kembali ke kos-kosan.

Apabila di kaji dengan konsep smi khususnya bab kesetaraan dalam perbedaan (smi :36) bahwa kesetaraan melibatkan perbedaan kesempatan untuk menjadi sama yang menuntut kita mempertimbangkan ksman beserta kerbedan. Bahw di sana saya dan pengemudi ninja tersebut sama-sama mempunyai kebutuhan membeli bensin namn di sana yang berbeda adalah pria tersebut lebih membutuhkan dari pada saya dan di sana saya mencoba mencoba menyamakan perbedaan tersebut dengan meminjami uang.

  1. Main hujan-hujanan

Saat itu adalah liburan malam pergntian tahu baru, saya bersama teman teman pergi camping di salah satu pantai di Jepara saat itu ramai sekali memang karena ada momen pergantian tahun baru, saat sholat magrib di mushola bersama teman secara tidak sengaja teman saya menemukan syal supporter bola jepara dan saat itu pula teman saya mencoba mengambilnya karena tahu bahwa syal tersebut pasti milik anak jepara dan barangkali bisa mngembalikan ke pemiliknya. Sehabis sholat dan sampai tenda posisi hujan deras dan kita tidak bisa memutari tenda-tenda untuk mengembalikan syal tersebut. Tiba-tiba di BBM teman saya ada yang mengirim broadcst menegai kehilangan syal banaspati. Kemudian saya membalas pesan teman saya bahwa syal yang hilang berada di saya dan akan saya kembalikan kepada si pemilik besok hari saat hujan reda. Namun tidak di sangka teman saya pemilik syal tersebut menyuruh untuk mengembalikan saat itu juga di tunggu di pintu gerbang menuju pantai tanpa mau memperhatikan hujan atau tidak. Posisi di tenda tidak ada payung dan jas hujan . ya saya bertekad mengembalikn syal tersebut dengan hujan-hujanan sendiri karena teman saya yang menemukan syal tersebut tidak mau membersamai.

Ditulis pada Artikel Kuliah Sosant | Tinggalkan komentar

Studium General

     Pada tanggal 12 September 2017 di adakan Studium General oleh Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang dengan Tema The Use Of Schoolbook as An Educational Online Portal Utilized for Teaching, Learning, and Research The dengan pembicara seorang Antropolog dari Philipina yaitu Prof. Luis Carmelo L. Buenaventura, PhD. Prof Asosiasi Antropologi.
Studium General memang sudah menjadi kegiatan rutinan yang di adakan oleh Jurusan Sosiologi dan Antropologi dan yang di datangkan khususnya Antropolog dari luar Indonesia yang di ikuti oleh seluruh mahasiswa semester 3 dan sebagian mahasiswa semester 5.
Seperti yang telah di paparkan dia atas Pembicara merupakan seorang dosen di salah satu universitas terbuka di Philipina, beliau kerap di sapa dengan sebutan Mr Be. Studium General yang di sampaikan oleh Mr Be menggunakan dua bahasa atau bilingual yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, karena beliau sudah menetap di Indonesia spesifiknya di kota Semarang selama beberapa tahun karena istri beliau adalah orang Indonesia lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Studium General ini di modereratori oleh dosen Mata Kuliah Bahasa Inggis Jurusan Sosant, Ibu Ninuk Sholikhah Akhiroh, S.S., M.Hum.
Studium general di mulai dengan pembukaan MC secara resmi, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, laporan ketua panitia, sambutan-sambutan, acara inti yaitu penyampaian materi, diskusi atau tanya jawab, dan yang terakhir penutup dengan memberikan penghargaan kepada pembicara, lebih lengkapnya sebagai berikut :
Yang pertama di sampaikan oleh Mr Be adalah materi tentang families in introspect dalam pembandingannya di philipine dan Indonesia, dengan ontoh sebagai berikut :
Kakek dengan nenek  Lolo at Lola ( grandparents)
Bapa dengan ibu  Tatay at Nanay (parents)
Kakak laki-laki dan kakak perempuan Kuya at Ate ( siblings)
Paman dengan tante  Tito et Tita (spanyol)
Keponakan laki-laki/ perempuan  Pamangkin (nephews \ nieces )
Sepupu  Pinsan (cousins)
Pola hubungan yang digunakan di Filipina adalah bilateral. Yaitu lebih menarik kepada ayah atau laki-laki. Kemudian sistem penamaan yang digunakan adalah setiap anak harus ditambahkan nama bapak dan ibu dibelakangnya sebagai tanda bahwa dia merupakan anggota keluarga yang sama. Seperi contoh nama pembicara sendiri pada nama belakang yaitu Buenaventura yaitu nama ayah dan sebelemnya di tengah adalah nama ibu.
Selanjutnya adalah materi mengenai schoolbook yang sudah 4 tahun di terapkan. Schoolbook merupakan buku sekolah analogi dari facebook, lebih jelasnya seperti facebook namun untuk keperluan hal akademik. Hal ini tentunya mengurangi penggunaan kertas atau konservasi karena menggunakan sistem online, jika dalam lingkungan unnes di kenal dengan istilah konservasi.
Schoolbook berfungsi sebagai sistem manajemen pembelajaran ( LSM) di mana guru membuat E – class untuk berbagi materi dan kegiatan pembelajaran, namun tidak hanya e class saja namun juga di selang seling dengan face to face, misalkan dua hari e class di hari selanjtnya adalah face to face atau outdoor dan seterusnya dan juga melihat kebutuhan, atau dengan hitungan percent adalah 50\50. Jika tidak paham mengenai materi yang telah di sampaikan juga bisa mengemail langsung dosen yang bersangkutan.
Untuk pembayaran setiap semester schoolbook adalah 10 dolar Amerika. Schoolbook sendiri dapat di download di aplikasi IOS dan menggunakan neo untuk android. Segala sesuatu pasti mempunyai dampak baik dan buruk, seperti penggunaan aplikasi schoolbook pada kampus terbuka ini. Dampak positif dari penggunaan schoolbook adalah orang tua bisa memonitoring secara langsung nilai dari rapor siswa sebagai bahan evaluasi maaju atau tidaknya perkembangan si anak, melihat presensi ataau kehadiran siswa, atau mengetahui lulus atau tidaknya siswa. Meningkatkan pembelajaran dan klarifikasi konsep yang di bahas di kelas melalui komuikasi yang efektif antara siswa dan guru. Sementara hal negative penguunaan schoolbook adalah banyak siswa yang malas dan mengejar nilai pada batasan waktu, alasan signal di jadikan sebagai alat untuk menunda pekerjaan, kecenderungan menempelkan karya orang lain atau copas, p;agiatisme. Terlalu transparan bagi siswa karena orang tua bisa mengetahui nilai sebenarnya.
Terakhir dari materi yang telah di sampaikan oleh Mr Be adalah lebih baik menggunakan schoolbook dari pada tidak.

 

Foto Dokumentasi Pribadi

Ditulis pada Sosiologi SMA | Tinggalkan komentar