- Pengertian Ketimpangan Sosial
Menurut Andrinof A. Chaniago ketimpangan adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial
Menurut Budi Winarno, ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat.
Roichatul Aswidah, ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak residual dari proses pertumbuhan ekonomi.
Dapat disimpulkan bahwa ketimpangan sosial merupakan suatu ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat dalam status dan kedudukan.
- Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
- Kondisi Demografis
- Demografi : ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Kondisi demografis antara masyarakat satu dengan yang lain memiliki perbedaan.
- Perbedaan antara masyarakat satu dengan yang lain tersebut berkaitan dengan:
a.Jumlah penduduk
b.Komposisi Penduduk
c.Persebaran penduduk
- Kondisi Pendidikan
- Pendidikan merupakan kebutuhan untuk semua orang
- Pendidikan: merupakan sosial elevator, yaitu saluran mobilitas sosial vertikal yang efektif.
– Pendidikan merupakan kunci pembangunan, terutama pembangunan sumber daya manusia
- Kondisi Kesehatan
Ketimpangan sosial dapat disebabkan oleh fasilitas kesehatan yang tidak merata di setiap daerah, jangkauan kesehatan kurang luas, pelayanan kesehatan yang kurang memadai, dsb. Hal ini menyebabkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan di masyarakat yang satu berbeda dengan masyarakat yang lain, sehingga bisa mengakibatkan ketimpangan.
- Kondisi Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama munculnya ketimpangan sosial. Ketimpangan ini timbul karena pembangunan ekonomi yang tidak merata Ketidakmerataan pembangunan ini disebabkan karena perbedaan antara wilayah yang satu dengan yang lainnya. Munculnya ketimpangan yang dilihat dari faktor ekonomi terjadi karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi. Daerah yang memiliki sumber daya dan faktor produksi, terutama yang memiliki barang modal (capital stock) akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.
- Ketimpangan Sosial Akibat dari Perubahan Sosial di Tengah-tengah Globalisasi
Dalam kehidupan ekonomi global, berlaku hukum the survival of the fittest sehingga siapa yang memiliki modal yang besar akan semakin kuat dan yang lemah akan tersingkir. Pemerintah hanya sebagai regulator dalam pengaturan ekonomi yang mekanismenya akan ditentukan oleh pasar. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang (dalam pandangan ekonomi kapitalis, subsidi adalah inefisiensi), koperasi semakin sulit berkembang, penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya sudah semakin ditinggalkan. Dalam ideologi kapitalisme yang menjadi warna dasar ekonomi global produktivitas yang tinggi dan efisiensi merupakan merupakan hal yang sangat dikejar dan diutamakan. Sebagai sebuah sistem yang berlaku dan berjalan tanpa batas teritorial negara yang implementasinya dapat berupa ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Permasalahan di sebuah negara, misalnya pengangguran, bukanlah sekedar merupakan dampak dari minimnya keterampilan seorang individu, melainkan dampak sistemik dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan akibat globalisasi, seperti
- perubahan teknologi (mesin-mesin baru). Perubahan teknologi atau digunakannya mesin-mesin baru dalam proses produksi, mengakibatkan hanya orang-orang yang memikiki pengetahuan atau keterampilan yang memadai yang dapat terlibat dalam proses produksi. Yang tidak berpengetahuan dan berketerampilan akan terpinggirkan dan jadilah pengangguran sehingga kehilangan sumber ekonomi.
- Perubahan cara kerja (efisiensi). Perubahan cara kerja dapat dilakukan dengan perampingan birokrasi atau struktur organisasi perusahaan. Akibatnya ada orang-orang yang harus keluar dari struktur organisasi. Orang-orang ini akan kehilangan pekerjaan sebagai nafkah atau sumber kehidupan ekonominya.
- Pekerjaan dilakukan di tempat/negara lain (globalisasi). Apabila sebuah perusahaan merasakan ancaman atau ketidaknyamanan, maka dapat jadi pengusaha akan memindahkan perusahaannya di negara lain. Akibatnya beratus atau bahkan beribu pekerja kehilangan pekerjaan.
- Perubahan politik (kebijakan pemerintah), misalnya dihilangkannnya proteksi dan subsidi. Sesuai dengan perjanjian WTO, negara-negara tidak boleh melakukan proteksi terhadap produksi dalam negerinya, misalnya dengan melakukan larangan import produk tertentu yang mengancam produksi dalam negeri. Demikian juga tentang subsidi. Dalam pandangan liberalism yang merupakan nafasnya globalisasi, subsidi dipandang sebagai salah satu sebab inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi.
- Perubahan budaya (dibutuhkan produk yang berbeda). Perkembangan Teknologi Informasi yang sangat cepat memudahkan orang-orang dari negara atau bangsa manapun dapat mengakses informasi dengan mudah dan bebas. Kemudahan akses informasi menjadikan orang-orang mengetahui produk lain yang mungkin saja lebih menarik, lebih bermutu, dan sebagainya, sehingga produk itulah yang dikonsumsi. Perusahaan yang tidak dapat menyesuaikan hasil produksinya dengan berubahnya kebutuhan masyarakat akan mengalami kebangkrutan. Akibatnya adalah pengangguran dan kemiskinan di sebagian masyarakat.
Mudahnya nilai-nilai barat yang masuk melalui media komunikasi dan informasi publik yang berupa antena parabola, televisi, media cetak, dan internet mendorong terjadinya homogenisasi kebudayaan. Simbol-simbol kebudayaan cenderung seragam ditentukan oleh kebudayaan dominan, yaitu Barat. Mengapa Barat? Karena pendukung budaya inilah yang menguasai teknologi komunikasi dan informasi. Maka dalam hal ini globalisasi juga menimbulkan ketimpangan kebudayaan.
Daftar Pustaka: