Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Oleh kerana itu, setiap daerah di Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan budaya, bahasa, dialek, tradisi lisan. Walaupun mempunyai persamaan dan perbedaan tetapi tidak menghalangi masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain. Sealain itu, dengan adanya perbedaan tersebut, antarmasyakat diharapkan saling menghargai dan menghormati, sehingga kerukunan antarmasyarakat merupakan suatu hal yang menjadi impian dari masyarakat Indonesia. Dan dengan adanya persamaan dan perbedaan, justru membuat masyarakat menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari budaya, bahasa, dialek, tradisi lisan yang dimiliki masyarakat lainnya.
Menurut Koentjaraningrat, Budaya merupakan sebuah sistem gagasan & rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar. Sedangkan bahasa adalah penyambung komunikasi antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Hampir tiap-tiap daerah memiliki bahasa daerah sendiri-sendiri dan biasanya disertai dengan logat atau dialek yang berbeda-beda. Hal itu menunjukkan ciri khas atau keunikan yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Dialek adalah karagaman cara pengucapan atau gaya penggunaan bahasa. Setiap orang mempunyai cara pengucapan yang berbeda walaupun dari daerah yang sama. Walaupun artinya sama, tapi kemungkinan besar ada yang pengucapannya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dialek setiap daerah berbeda-beda dengan daerah lainnya.
Tradisi lisan adalah cerita lisan tentang suatu tempat atau tokoh yang dibuat teks kisahan dalam berbagai bentuk, seperti syair, prosa, lirik, syair bebas, dan nyanyian. Setiap daerah mempunyai cerita rakyat serta lagu daerah yang berbeda-beda. Walaupun ada daerah yang mempunyai bahasa dan dialek yang sama tetapi tradisi lisan daerah tersebut berbeda.
Persamaan antara bahasa, dialek, tradisi lisan terletak pada berasal dari daerah masing-masing. Ketiganya sama-sama berasal dari daerah tempat tinggal masing-masing. Bahasa, dialek, dan tradisi lisan digunakan untuk menyambung komunikasi dengan masyarakat lain. Selain itu juga sama-sama mendapatkan pengaruh dari budaya lain. Biasanya terdapat kata yang sama dalam bahasa antara daerah satu dengan daerah lainnya tetapi mempunyai makna yang berbeda. Persamaan kata inilah yang terkadang membuat seseorang salah persepsi. Bahasa, dialek, dan tradisi lisan tidak dapat lepas dari kehidupan manusia sehari-harinya. Oleh karena itu, ketiganya sama-sama penting di semua daerah.
Berbicara mengenai persamaan dam perbedaan bahasa dan dialek di suatu daerah dapat diambil contoh seperti bahasa Jawa. Bahasa Jawa sesuai dengan keadaan geofisik Pulau Jawa, maka kita dapat membedakan beberapa subdaerah linguistik yang masing-masing mengembangkan dialek-dialek bahasa Jawa yang perbedaannya antara yang satu dengan lain terlihat jelas sekali.
Di bagian barat Jawa terdapat daerah aliran Sungai Serayu yang berasal dari kompleks Pegunungan Dieng, Sindoro, Sumbing, yang mengalir ke arah barat daya sebelum akhirnya bermuara di Samudra Hindia di sebelah selatan Pulau Jawa. Orang-orang Jawa yang tinggal di daerah aliran sungai ini mengucapkan suatu dialek Banyumas yang khas, di mana vokal bawah belakang dalam bahasa Jawa umum diucapkan sebagai vokal bawah tengah yang sering kali diakhiri dengan pita suara tutup pada akhir kata.
Di daerah aliran Sungai Opak, Praga, dan hulu Sungai Bengawan Solo, di tengah-tengah komplek Gunung Merapi-Merbabu-Lawu, dipergunakan dialek Jawa Tengah Solo-Jogja. Daerah ini juga merupakan daerah pusat kebudayaan Jawa – Keraton yang dianggap sebagai daerah sumber dari nilai-nilai dan norma-norma Jawa. Dengan demikian, dialek Solo – Jogja juga dianggap sebagai “bahasa Jawa yang beradab”. Dalam dialek ini penggunaan bahasa Jawa dengan sistem kesembilan gaya bertingkat itu benar-benar sudah berkembang mencapai kerumitan yang luar biasa.
Di sebelah utara daerah ini terdapat dialek Jawa pesisir yang dipergunakan di kota-kota daerah pantai utara. Dialek ini tidak jauh berbeda dari dialek Solo-Jogja. Bagian barat daerah subkebudayaan pesisir sangat dipengaruhikebudayaan dan bahasa Sunda yang tampak pada dialek Cirebon, Indramayu, Tegal, dan daerah-daerah sekitarnya.
Sebelah timur daerah subkebudayaan Jawa Tengah adalah Sungai Brantas yang juga melingkupi daerah-daerah sekitar Madiun dan Kediri di bagian baratnya, dan Kota Malang, Lumajang, dan Jember di bagian timurnya. Logat yang diucapkan di daerah itu sangat dipengaruhi oleh dialek Solo-Jogja dan bahkan mirip sekali, kecuali yang dipakai di delta Sungai Brantas, khususnya Kota Surabaya yang memiliki dialek yang sangat khas pula.
Bahasa Jawa yang dipakai di daerah pantai Jawa Timur sangat banyak terpengaruh bahasa Madura, yaitu suatu bahasa yang sama sekali berbeda dengan bahasa Jawa. Adapun bahasa yang dipergunakan di ujung timur Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi dan Blambangan banyak dipengaruhi oleh bahasa Bali.
Di ujung sebelah barat Pulau Jawa, yaitu di sebelah barat daerah kebudayaan Sunda, terdapat daerah Banten yang menggunakan suatu logat bahasa Jawa yang khas. Daerahnya mencakup daerah sebelah barat Kota Jakarta hingga Kota Merak, dan ke arah selatan berbatasan dengan Kota Bangka Belitung dan Pandeglang. Penduduk di daerah ini berbicara dua bahasa (bilingual), yaitu bahasa Jawa, Banten dan Bahasa Sunda, tetapi di Kota Serang, yang merupakan ibu kota daerah itu, terutama memakai bahasa Sunda.
Perbedaan bahasa, dialek, tradisi lisan terletak pada kondisi geografis. Setiap daerah mempunyai kondisi geografis yang berbeda yang menyebabkan munculnya bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang berbeda. Misalnya, pada daerah pegunungan masyarakat cenderung mempunyai sifat yang lembut sesuai kondisi lingkungannya. Dengan kondisi tersebut, menyebabkan seseorang mempunyai gaya bahasa dan dialek lebih halus dalam berbicara. Sedangkan pada daerah pesisir masyarakat cenderung mempunyai sifat yang keras sesuai dengan kondisi lingkungannya. Sehingga menyebabkan seseorang mempunyai gaya bahasa dan dialek lebih keras dalam berbicara. Tradisi lisan setiap daerah pun mempunyai perbedaan karena cerita rakyat atau legenda berasal dari daerah masing-masing yang memperlihatkan kekhasannya. Harapannya walaupun setiap daerah mempunyai bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang berbeda tetapi tidak menurunkan tingkat solidaritas antar sesama masyarakat.
Sumber:
Indriyawati, Emmy. 2009. Antropologi untuk Kelas XI SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PustakaUtama Grafiti
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka