Di Balik Jendela

Di balik jendela, aku perlahan mencoba membunuh kita di hadapan rintik hujan mengetuk lembaran kaca.
Rasa-rasanya, aku telah banyak menyakitimu.
Menghunus sayap agar kau tak pergi jauh dariku.
Namun, kau tetap rendah hati memaafkanku.
Kau diam di depan semua bara cemburu membakar hati dan pikiranku.

Kau seperti rintik hujan yg aku lihat di balik jendela saat ini.
Sepanas apapun baraku mendidihkanmu, kau tetaplah air yg bisa dengan mudah melenyapkan baraku.

Maka terimakasih.
Kau pernah menjadi laki-laki di mana aku rela berbagi bahagia.
Seharusnya kita sempurna.
Seharusnya kita adalah pasangan yg bisa mengalahkan segala masalah bersama.

Tetapi mungkin, suatu saat aku akan lenyap dari dalam hatimu.
Dihapus waktu dan digantikan dengan yg baru.
Mungkin kau akan menemukan sosok yg tak secemburu aku.
Mungkin akan datang suatu hari di mana kau tak mencintaiku lagi.
Atau mungkin, kau sudah seperti itu?

Di balik jendela, aku perlahan mencoba membunuh kita.
Berusaha meyakini diri, bahwa hari di mana kita akan kembali bersama itu tidak ada.

by : mbeeer.tumblr.com

Day-10 : Meski Bukan Tentang Aku.

Dear kamu;
yg aku tau sedang ingin lepas dariku.

.

Hari-hariku pernah terisi dengan rasa penasaran sebelumnya. Perihal keingintahuanku akan bagaimana rasanya menjadi kamu yg dicintai dengan sebegitu besarnya oleh aku. Diagung-agungkan oleh jari-jemariku yg melahirkan puisi tentangmu.

Aah.. Mungkin rasanya indah ya, mengetahui bahwa ada seseorang diluar sana yg mencintaiku dengan sangat luar biasa. Memuji keseharianku dengan kata-kata. Dan mencintai kekurangan yg aku sendiri sangat membencinya.

Tapi kini aku tau bahwa hatimu tak mampu lagi bersamaku. Tak usah kamu paksakan, aku sudah mengetahui semuanya. Walaupun mulutmu tak berucap, aku tau bahwa kamu sedang terluka.

Ya. Aku ikhlas melepasmu. Melepas kamu yg pernah menjadi sayap-sayap kecilku. Yang pernah menunjukkan padaku bahwa dunia ini tak sesempit yg aku tau.

Kamu tidak perlu meminta maaf. Karena sejatinya kita berdua tau, dihadapan cinta, kesalahan tak pernah terasa salah. Aku tau bahwa kamu tak sanggup lagi untuk tinggal lebih lama bersamaku, aku tau bahkan ketika kata-kata itu belum keluar dari mulutmu.

Aku menyadari, kamu akan lebih banyak menahan sakit hati jika terus berdiam disini. Hatimu akan terasa lebih perih ketimbang hatiku sendiri.

.

Tapi biar bagaimanapun, hatiku tak pernah sepenuhnya mampu menghentikan rasa cintaku. Kamu tetap yg utama, kamu tetap cinta yg terluar biasa. Seakan didunia ini aku hanya mengenal kamu;

Maafkan aku yg tidak menelefonmu malam itu. Maafkan aku yg terlalu ingin kamu yg memulai duluan. Maafkan aku yg selalu berharap kau cari padahal kau sejatinya memang selalu mencari. Maafkan aku.

Tak apa, kamu tak usah khawatir. yg kamu perlukan sekarang adalah seseorang yg mampu membuat hidupmu jauh lebih bahagia. yg mampu memekarkan senyummu selayaknya dia adalah pohonnya. Aku takut kau akan terus tersakiti jika masih bertahan disini, kamu akan menderita melebihi apa yg aku rasa.

.

===

.

Sebelum kututup dan kuakhiri isi dari surat ini. Izinkan hatiku berbicara sebentar perihal rasa yg sebenarnya..

Tuan..
Kamu tetap yg utama dihatiku,  hatiku seakan hanya merasakan kamu. Maafkanlah aku yg hanya mampu mencintaimu dan tak menunjukannya kepadamu.

Tuan..
Rasa yg aku derita ini kian lama kian merusak logika. Seakan kini yg mampu aku lihat hanyalah cinta. Maafkanlah aku yg sulit untuk berkata bahwa aku cinta kamu.

Karena kau tetap cinta utamaku. Karena hatiku hanya mencintai kamu.
Hatiku untukmu, hanya untukmu dan terus hanya untukmu..
dan itu tak akan pernah hilang dari hatiku.

Sejauh apapun kamu pergi. Nafasmu selalu terasa disini.

 

by : mbeeer.tumblr.com

Sehebat apakah aku mencintai?

Sebesar apa aku mencintai dia?
Mungkin jika aku sudah berhasil menemukan sebesar apakah rasa yg selama ini aku rasa. Mungkin saat ini aku sudah berhenti menulis perihal dia sebagai latar belakangnya.

.

Untuk kamu,

Sebesar apakah aku mencintai?
Sama besarnya ketika matahari mencintai bumi. Selalu menyayangi, tapi tak berani mendekat jika ia tau ia akan menyakiti.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sama besarnya ketika orang-orang mengharapkan pelangi. Seindah apapun hujannya, pelangi selalu menjadi pilihan utama ketimbang hujan yg menjadi latar belakang hadirnya.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sama besarnya seperti cinta tukang kayu kepada meja yg ia buat dari siku hingga ukirannya. Namun tetap bertahan untuk tetap mencintai walau tau mejanya sudah dimiliki orang lain.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sama besarnya seperti senja yg hanya tampil sebentar, tanpa mengenal luka dan tanpa ingin berlama-lama ketika malam datang dan mengambil tempatnya.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sama besarnya seperti nelayan yg menebar jala dan tak menangkap apa-apa, tapi tetap tidak membenci lautnya.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sama besarnya seperti seorang pria yg menginginkan surga dimata wanita untuk dapat berpindah menjadi ditelapak kakinya untuk anak-anaknya kelak.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sama besarnya seperti seseorang yg merawat rapuh sayap-sayap patahmu, hingga pada akhirnya kulihat kau kepakan sayap gagah meninggalkanku.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sebesar panjangnya tulisan-tulisanku yg selalu menceritakan kamu.

Sebesar apakah aku mencintai?
Sebesar mereka yg membaca tulisan ini hingga paragraf dimana kata-kata sudah bukan menjadi makna yg sebenarnya.

.

ya, mungkin sebesar itulah hatiku mencintai kamu.

 

by : mbeeer.tumblr.com

Hingga sore ini aku tak tahu judulnya
Judul dalam hidup ini
Apakah aku seorang yang hebat
Ataukah seorang yang biasa saja
Atau bahkan seorang pecundang
Sungguh membuatku khawatir
Lalu bagaimana
Apa aku harus merantau
Tapi demi apa?
by: puisipendek.net

Kelelahan

Tuhan, aku kelelahan
Selalu dipertanyakan
Kembali diragukan
Untuk yang kesekian

Aku benar-benar lelah
Melabuhkan harapan
Menjangkau impian
Lalu kapan disandarkan

Untuk apa terus bertahan
Diantara riuhnya doa-doa
Yang tampaknya hanya tersia
Sungguh, aku benar-benar lelah

by : Danny Faldy

Aku adalah Kau

aku adalah hati yang selalu melekat di dirimu
aku adalah cerminan darimu selamanya
kau bawa aku kemanapun aku bisa merasakannya
kau terlahir begitu bersih dan suci
sekarang kau sudah dewasa
apa yang kau lakukan itulah dirimu
terkadang aku tau kau harus berbuat apa
terkadang aku juga tidak bisa berbuat apa-apa
apa yang kau lakukan akan berdampak bagiku
karna aku adalah kamu yang sebenarnya

by : Anonymous Letter

cangkir yang kedua

Aku pernah lupa dengan indahnya bunga yang sebenarnya
Aku terlena dengan racun di dalam madu
Jauh dari hakikat kepompong
Diri tak mengikut hati
Hati tlah dipenuhi kabut hitam dunia
Sebuah cangkir terhias ukiran nan cantik
Ia diberinya dengan percuma
Namun, tak pintar akal layaknya elang
Memilah mana daging mana rumput
Kini..
Bagai ulat yang merindukan kupu – kupu
Sesalan kembali menjadi debu
Aku telah memilih
Jalanku mungkin bukan mereka
Jalanku mungkin bukan yang sempurna
Aku pernah ada di masa itu
Masa dimana kapal karam di dalam lautan lepas
Tak lagi punya nafas untuk sekedar berpamitan
Kini.. Tuhan bersahabat
Menghukum telak kekalahan raga
Sadar benar benar sadar
Cangkir kedua kembali dibungkus
Tetap dengan keindahannya
Sungguh tak terkira bunga taman hidup kembali

by : Febrian Melinda

Sonata Kehidupan Manusia

Ketika AKU bertanya
Apakah itu kebaikan?
Ketika AKU bertanya
Apakah itu kejahatan?
Ketika aku bertanya lagi
Apakah itu kehidupan sebenarnya?

Seperti sebuah sungai yang mengalir
Empat ratus empat puluh hertz merupakan nada dasarnya
Tempo, birama, dan nada-nada lain telah menggangu ketenangannya
Dan nada dasar itu telah berubah
Oleh arus yang menggoyahkan harapannya

Namun
Sebuah sonata tercipta
Mayor,minor, dan dominan
Tidak berjalan mengikuti klef begitu saja
Sebuah pola yang indah meliputi titik garis yang menciptakan sebuah stanza yang mengagumkan

Setiap kejahatan dilengkapi kebaikan
Setiap minor dilengkapi mayor
Karena begitulah kehidupan tercipta
Menciptakan harapan setelah dua garis di akhir menandakan coda dari sebuah cerita

by : Stefanus Renaldi

Purple Eyes by Prisca Primasari

purple-eyes-by-prisca-primasari

“Pemuda itu masih hidup dan gadis itu sudah mati”

Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat dia sayangi meninggal dengan cara yang keji dan dia memilih untuk tidak merasakan apa-apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin. Namun, saat Ivarr bertemu dengan Solveig, perlahan dia bisa merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam dirinya. Solveig, yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh.

Sumber : Ree Meyna