Suatu pagi terdengar suara”Nia bangun, sarapanmu sudah ibu siapkan di meja.” Tradisi ini sudah berlangsung 15 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat, tapi kebiasaan ibu tak pernah berubah.”Ibu sayang, nggak usah repot repot bu. Aku sudah dewasa,” pintaku pada ibu pada suatu pagi.Wajah tua itu langsung berubah.
Ketika ibu mengajakku makan siang di sebuah warung padang. Buru – buru kukeluarkan uang tabunganku dan kubayar semuanya, ingin kubalas jasa ibu selama ini dengan hasil tabunganku.
Raut sedih itu tidak bisa disembunyikan.Kenapa ibu mudah sekali sedih ? Aku hanya bisa mereka – reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami ibu karena dari sebuah artikel yang kubaca. Orang yang lanjut usia bisa sangat sensitif dan cenderung bersikap kekanak – kanakan. Tetapi entahlah … niatku ingin membahagiakan malah membuat ibu sedih. Seperti biasa, ibu tidak akan pernah mengatakan apa – apa.
Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, “Bu, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan ibu, apa yang bikin ibu sedih ?” Kutatap sudut – sudut mata ibu, ada genangan air mata disana.
Terbata – bata ibu berkata, “Tiba – tiba ibu merasa kamu tidak lagi membutuhkan ibu. Kamu baru saja lulus SMA, seolah-olah kamu sudah bisa menghidupi diri sendiri.Apalagi nanti kalo kamu sudah punya pekerjaan pasti kamu sudah tidak membutuhkan ibu lagi. Ibu tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, ibu tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri.”
Ya Allah, ternyata untuk seorang ibu, bersusah payah melayani putra – putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tidak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing – masing. Diam – diam aku merenungkan. Apa yang telah kupersembahkan untuk ibu dalam usiaku sekarang ? Adakah ibu bahagia dan bangga pada putrinya ?
Ketika itu kutanya pada ibu. Ibu menjawab, “Banyak sekali Nak, kebahagiaan yang telah kamu berikan pada ibu. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan untuk ibu. Setelah dewasa, kamu berperilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat ibu. Setiap kali binar matamu mengisyaratkan kebahagiaan disitulah kebahagiaan orang tua.”
Lagi – lagi aku hanya bisa berucap, “Ampunkan aku ya, Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada ibu. Masih banyak alasan ketika ibu menginginkan sesuatu.” Betapa sabarnya ibuku melalui liku – liku kehidupan. kurangkul ibu sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat – lekat dan kuucapkan “Terima kasih ibu, aku beruntung sekali memiliki ibu yang baik hati sepertimu.” Izinkan aku membahagiakan kedua orang tuaku ya allah.”Kulihat binar itu memacarkan kebahagiaan.
Cintaku ini milikmu, ibu. Aku masih sangat membutuhkanmu. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu. Tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat, “Aku sayang kepadamu.” Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita miliki kepada orang yang kita cintai. Kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, ibu. Walau mereka tak pernah meminta, percayalah kata – kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.
“Ya Allah, cintailah ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan ibuku.Tingkatkanlah derajadnya.janganlah engkau biarkan aku menyakitinya. Jika saatnya ibu Kau panggil, terimalah dan jagalah ia di sisiMu.Tempatkanlah dia di tempat terindah. Titip ibuku ya Rabbi”