Bersiap Menghadapi Kehilangan#21

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan sandang dan pangan keluarganya. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian baru, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa.

Meskipun begitu, ia membawa koin itu ke sebuah bank. “Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke Kolektor uang kuno,” kata Sang Petugas Bank memberi saran.

Lelaki itupun mengikuti anjuran si Petugas Bank, dan membawa koinnya ke Kolektor. Beruntung sekali, ternyata si Kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. “Wahh, betapa beruntungnya aku hari ini.”

Dengan begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya, karena istrinya pernah mengatakan bahwa mereka tak punya tempat lagi untuk menyimpan jambangan dan stoples.

Setelah membeli kayu seharga 30 dollar, dia pun memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati sebuah bengkel milik seorang pembuat mebel. Tanpa sengaja mata pemilik bengkel yang sudah terlatih itu melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu berusaha meyakinkannya dan menawarinya dengan mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Sang laki-laki pun akhirnya menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan menuju rumahnya dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar tersebut. Pada saat itulah seorang perampok keluar dari semak-semak dan mengacungkan belati ke arah laki-laki tersebut. Ketika melihat sang laki-laki tadi terkejut dan ketakutan, akhirnya sang Perampok merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki yang kebetulan lewat, melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi ? Apakah engkau terluka ? Engkau baik-baik saja kan ? Apa yang diambil oleh perampok tadi ?” Cerocos sang istri dengan panik.

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN Allah. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup.

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ??

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: