SEBUAH LAPORAN PERJALANAN KKL SOS’ANT 2015

Salam Agent of Change!

           Kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya saat mengikuti mata kuliah etnografi semester 3. Di postingan saya kali ini akan membahas tentang bagaimana pengalaman saya saat mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahun 2016 di Desa Ujung Gagak, Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Yuks baca-baca kak, barangkali minat ingin berlibur ke Desa ujung gagak cilacap ini 🙂

            Desa Ujung Gagak merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap,Jawa Tengah dimana letak dari Desa ini ialah desa yang paling ujung dari Kabupaten Cilacap. Kampung Laut sendiri ialah sebutan untuk wilayah pemukiman yang berada di segara anakan, yakni kawasan perairan yang terletak di antara daratan Cilacap sebelah barat dengan Pulau Nusakambangan. Pada kesempatan kali ini saya selaku penulis akan sedikit menceritakan dan menjelaskan bagaimana kondisi dan keadaan Desa Ujung Gagak pada saat saya dan teman-teman satu angkatan sosiologi dan antropologi 2015 melaksanakan KKL 1 di Desa Ujung Gagak Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah ini.

            Kami berangkat menuju Kampung Laut dari Kampus Unnes Semarang dengan menggunakan Bus Pariwisata  pada hari Kamis, 6 Oktober 2016 pukul 03.30 WIB. Perjalanan menuju Kampung Laut di tempuh dengan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan di darat dan kurang lebih 2.5-3 jam perjalanan Laut. Kami tiba di Pelabuhan Sleko sekitar pukul 12.00 WIB hari Kamis,6 Oktober 2016 guna menyeberang menuju ke Desa Ujung Gagak dengan menggunakan Kapal Compreng (nama Kapal yang sering digunakan untuk menyebrang) yang memiliki kapasitas penumpang kurang lebih sekitar 15-20 orang dan tidak menggunakan alat pengaman (pelampung) sama sekali.

               Ada tiga kapal compreng yang di sediakan untuk kami menyebrang ,setelah saya dan teman satu angkatan beserta Bapak/Ibu Dosen berada di atas kapal kami terpesona dengan pemandangan sekitar laut pada saat perjalanan menuju desa ujung gagak. Pemandangan indah nan cantik dengan pesona alam yang menarik membuat saya semakin penasaran bagaimana keadaan di desa ujung gagak dan menjadikan rasa lelah,capek selama berada di dalam bus hilang karena menikmati semua pemandangan yang terdapat di sekitar laut. Banyak pemandangan yang menakjubkan yang dapat kami nikmati yakni salah satunya kami dapat melihat Pulau Nusakambangan yang terdiri dari beberapa bangunan yang berdiri kokoh dan berwarna putih yang mana menurut pemandu kapal konon ceritanya di jadikan sebagai tempat eksekusi mati para narapidana seperti Freddy Budiman, Amrozi,dan lain sebagainya. Selain itu saya melihat desa lain dari Kecamatan Kampung Laut yakni desa Ujung Alang, Kleces, dan desa Panikel, selanjutnya saya melihat pula Kantor Kecamatan Kampung Laut.

                  Kurang lebih 2.5-3 jam perjalanan laut akhirnya saya dan rombongan tiba di Desa Ujung Gagak sekitar pukul 14.30 WIB, Bapak/Ibu Dosen serta panitia KKL memberikan arahan terlebih dahulu sebelum kami melaksanakan observasi di Desa Ujung Gagak ini. Misalnya pembagian homestay,jadwal kegiatan,dan lain sebagainya. Setelah itu saya beserta anggota kelompok saya menuju ke homestay (rumah warga) untuk kami tempati selama berada di Desa Ujung Gagak yang mana telah dibagikan oleh Panitia. Setelah merapikan semua perlengkapan yang dibawa (ISHOMA) kami langsung bersiap-siap untuk melaksanakan observasi sesuai dengan tema kelompok observasi masing-masing. Sebelum melaksanakan observasi, kami menuju ke Kantor Balai Desa (Kantor Kepala Desa) untuk diberikan arahan terlebih dahulu oleh Panitia. Kelompok observasi saya mendapatkan Tema tentang Gender dalam masyarakat ,kemudian kami langsung mencari informan yang dapat menjelaskan tema yang kami dapatkan. Kami menggunakan teknik wawancara dalam memperoleh informasi dan Inti dari informasi yang kami dapatkan dari informan bernama Ibu Marsinah tentang gender di masyarakat ialah bahwa perempuan desa Ujung Gagak pada saat kaum laki-laki berkerja di laut (nelayan) adalah mengurus rumah tangga, perempuan di desa ujung gagak dalam hal pendidikan juga sudah mampu menempuh pendidikan yang tinggi biasanya di luar kota atau Kampung laut sendiri, bukan hanya kuliah tetapi mereka juga mencari sampingan kerja guna membantu perekonomian dan membayar biaya kuliah. Remaja perempuan sudah mempunyai kesadaran sendiri bahwa ketika mereka pergi dan pulang malam mereka tidak pulang di atas jam 10 malam,remaja laki-laki juga sudah mandiri membantu orang tua pergi melaut,membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu,mencuci piring,menjaga adik dan lain sebagainya.

                Pada saat observasi dan mencari informasi kami melihat beberapa teman dari panitia membawa sesaji atau sesajen dalam rangka melaksanakan proses sedekah bumi dan kami melihat bapak-bapak desa Ujung Gagak bergotong royong memasang panggung untuk pertunjukan wayang. Pukul 18.00 kami sudah kembali ke homestay masing-masing untuk ISHOMA. Pada saat perjalanan menuju ke homestay saya dan teman-teman satu homestay berlari guna memperebutkan kamar mandi untuk mengantri mandi dan mandi duluan karena ingin segera membasuh badan yang sudah lengket akibat keringat yang bercucuran dan segera melepaskan rasa lelah serta penat setelah satu harian dalam perjalanan. Pukul 19.15 atau ba’da isya kami berkumpul kembali di aula balai desa Desa Ujung Gagak guna melaksanakan acara ramah tamah bersama Bapak Kepala Desa, Desa Ujung Gagak. Dalam acara tersebut di isi dengan tanya jawab antar mahasiswa,dosen, dan kepala desa maupun ketua adat,serta pemuka agama desa ujung gagak itu sendiri. Acara ini berlangsung dengan cukup lancar, akan tetapi acara yang kami adakan ini bersamaan dengan acara rapat yang di adakan oleh kepala desa dan masyarakat setempat guna membahas acara sedekah laut yang akan di laksanakan pada hari Jumat,7 Oktober 2016. Dalam acara ini membahas tentang tradisi adat istiadat,sejarah desa ujung gagak,mitos-mitos yang ada, stratifikasi sosial yang terdapat di desa ujung gagak, pendidikan,lembaga-lembaga sosial dan lain sebagainya. Pukul 22.00 WIB acara ramah tamah selesai, semuanya kecuali panitia kembali ke homestay masing-masing untuk istirahat dan mempersiapkan bahan materi presentasi hasil dari observasi yang sudah didapatkan oleh masing-masing kelompok kepada dosen pembimbing dari masing-masing kelompok itu sendiri.

                 Hari Jumat,7 oktober 2016 pukul 07.30 WIB, semua mahasiswa dan panitia serta Bapak/Ibu Dosen berkumpul kembali di Aula Balai Desa guna mempresentasikan hasil dari observasi yang sudah dilaksanakan dan didapatkan dari informan. Pada saat itu bersamaan dengan acara upacara sedekah laut yang akan di laksanakan oleh semua masyarakat dan pemerintah desa ujung gagak. Ketika kami sedang melaksanakan presentasi kelompok dengan dosen pembimbing masing-masing datanglah bapak kepala desa beserta jajarannya seperti ketua adat,pemuka agama,kepala RT,RW,Dusun dan semua tangan kanan dari pemerintah desa beserta masyarakat setempat. Mereka berkumpul di halaman depan kantor kepala desa Desa Ujung Gagak guna melakukan doa bersama sebelum melaksanakan arak-arakan dari kantor balai desa menuju dermaga dengan membawa sebuah miniatur rumah yang berukuran cukup besar yang mana di dalamnya di isi berbagai macam sesaji seperti peralatan dan perlengkapan wanita,perhiasan (emas),kepala kerbau,mainan anak,uang, perlengkapan laki-laki,makanan dan minuman yang beragam, dan lain sebagainya yang akan di larungkan ke laut lepas dan dipersembahkan untuk Nyai Roro Kidul Pantai Selatan. Arak-arakan sedekah laut ini diikuti oleh pemerintah desa,masyarakat setempat kemudian mahasiswa sosiologi& antropologi unnes beserta rombongan. Sesampainya di dermaga, miniatur rumah tadi dibawa ke laut lepas dengan di iringi oleh kapal-kapal yang sudah di hias dengan se menarik mungkin, sekitar ada kurang lebih 10 kapal termasuk kapal yang ditumpangi oleh tim etnografi dari mahasiswa unnes sendiri. menurut cerita dari salah satu tim etnografi kami ialah pada saat larungan di mulai di laut lepas semua kapal harus meminta air dari yang ada di sekitar miniatur rumah tersebut , kemudian di semburkan di atas kapalnya masing-masing. Hal ini bertujuan agar para nelayan selamat dalam mencari nafkah, agar tidak di cemburui dengan kapal lainnya saat mencari ikan, dan hasil tangkapan yang di perolehnya banyak atau melimpah. Selain itu dengan masih adanya upacara sedekah bumi dan laut ini masyarakat mempunyai harapan lebih baik ke depannya, dapat saling menjaga kerukunan antar anggota masyarakat, dan upacara ini ialah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki yang melimpah,keselamatan hidup,serta di jauhkan dari mara bahaya dan bencana alam yang sewaktu-waktu bisa saja datang.

                Acara selanjutnya yakni setelah kami mengikuti arak-arakan sedekah laut sekitar pukul 10.00 WIB. Kami melaksanakan observasi kedua untuk melengkapi kembali hasil observasi sesuai dengan tema kelompok masing-masing. Selesai observasi ke dua yakni pada pukul 11.40 WIB dan dilanjutkan dengan sholat jumat bagi laki-laki untuk melaksanakan sholat jumat bersama di Masjid dekat Balai Desa,desa ujung gagak. Saya dan kelompok saya yang satu homestay makan siang bersama dengan lauk pauk yang sudah di sediakan ibu homestay kami, setelah selesai makan siang kami bersenda gurau bersama dan tidak terasa kami tertidur semuanya (mungkin karena saking capkenya). Padahal di desa Ujung Gagak ada pantangan atau mitos untuk para pendatang yaitu tidak boleh tidur siang dan bersender di tiang rumah. Akan tetapi jika kami tidak sengaja mungkin tidak akan ada masalah apa-apa.

                  Selanjutnya ,setelah selesai sholat jumat, dan saya beserta kelompok saya dan teman-teman yang lain bergegas meninggalkan homestay untuk melanjutkan perjalanan berikutnya yakni ke Baturraden,Purwokerto. Sangat di sayangkan kami  harus segera meninggalkan desa Ujung Gagak untuk melakukan aktivitas lain yang sudah di jadwalkan. Ketika saya dan rekan kelompok saya sampai di dermaga,ternyata belum ada rombongan kelompok lain beserta panitia yang siap untuk menaiki perahu/kapal. Rasa bimbang, dan takut mulai muncul dari dalam hati saya dan rekan satu kelompok saya yang beada di dermaga karena pengemudi kapal compreng mengatakan bahwa kami harus bergegas naik ke kapal tersebut. Karena keadaan kami terdesak oleh sang pengemudi kapal,akhirnya kami mulai berjalan meninggalkan desa Ujung Gagagk yang telah memberikan saya banyak kesan dan pesan, pelajaran dan informasi selama berada di desa Ujung Gagak ini. Kapal tersebut melewati desa-desa yang sebelumnya telah di lewati sebagaimana saat menuju desa Ujung Gagak. Di tengah-tengah perjalanan laut,saya dan rekan-rekan merasa bahwa kapal yang kami tumpangi itu miring ke kanan. Semuanya merasa panik dan risau saat kapal tersebut mengalami kemacetan, dimana mesin kapal mati dengan posisi berada di tengah laut di dekat desa Klaces. Saya dan rombongan takut karena kami tidak memakai perlengkapan pengaman apapun. Namun semuanya kembali normal setelah pengemudi kapal mengganti baling-baling kapal dan kapal pun melaju seperti biasa untuk melanjutkan perjalanan. Tak terasa sudah tiga jam kami duduk di atas kapal, dan kami pun tiba kembali di Pelabuhan Sleko, Kabupaten Cilacap. Kami turun dari kapal dan mulai bertemu kembali dengan bus pariwisata yyang akan membawa saya dan rombongan menuju ke tempat tujuan selanjutnya yaitu Baturraden, Purwokerto. Dengan sangat berat hari, kami meninggalkan kota Cilacap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: