Potret Pendidikan Indonesia
Hunting Buku di Gramedia dan Perpustakaan ataukah Hunting Barang Branded Di PT.Matahari Dept Store?
Jumat (30/10) pukul 14:00 WIB, tepatnya di salah satu pusat perbelanjaan yaitu PT.Matahari Dept Store Semarang, saya menjumpai banyak anak sekolah mulai dari jenjang SD, SMP, dan SMA mereka masih mengenakan atribut sekolah lengkap mulai dari uniformnya, sepatu, dan tas, dan mereka mengunjungi PT.Matahari Dept Store tersebut. mereka dengan enjoynya hunting barang-barang branded yang ada disana. Seperti baju merk Ako, Dust, Hassenda, Cardinal, Exit, Ninety Deegres, Geela, dan sebagainya. Dan memang setelah diamati ketika mereka datang kesana mereka memang sudah mengenakan barang brand dari produk PT.Matahari Dept Store itu sendiri, hal ini dapat dilihat dai atribut sekolah yang mereka kenakan seperti Tas merk Fladeo, HANNA, Bellezza, Scada, dan sebagainya. Dan sepatu merk Fladeo, Cardinal, Nevada, Yongki komaladi, dan merk lainnya. Hal itu menandakan bahwa mereka gemar Hunting belanjaan barang-barang branded eksklusif yang ada di sana.
Jika dilihat kembali terkait dengan fenomena tersebut, banyak siswa sebagai subyek pendidikan, mereka ternyata banyak yang suka mendatangi gerai-gerai seperti PT.Matahari daripada perpustakaan atau mendatangi toko buku untuk mengisi waktu luang mereka. Lalu lalangnya para siswa yang ada di PT.Matahari tersebut menandakan bahwa mereke gemar koleksi barang-barang eksklusif untuk mengedepankan style dan mereka menginginkan untuk selalu tampil Fashionable dikalangan teman sebayanya. Dengan demikian maka terciptalah budaya konsumerisme disana. Mereka lebih suka membeli barang bermerk untuk sekedar tampil trandy dari pada harus Hang-Out ke toko buku membeli buku pelajaran untuk menunjang akademik mereka.
Jika dilihat harga buku dengan harga baju yang ada di PT.Matahari Dept Store tidakah jauh berbeda. Namun banyak dari siswa, yang mana mereka masih membutuhkan banyak pengetahuan dari membaca buku, namun mereka lebih suka berbelanja untuk mengutamakan penampilan mereka yang tidak ada puas puasnya. Bayangkan saya, mereka sudah memiliki baju namun maereka masih ingin mengikuti trand, dan masih memperhatikan kira-kira aksesoris apa yang cocok untuk dikenakan pada saat mereka memakai pakaian tersebut, Bag, belt, dan sepatu apa yang akan mereka kenakan apakah flat, atau heels, dan sebagainya untuk memadukan fashion mereka. Sehingga mereka tidak akan mencapai kepuasan jika yang mereka serbu adalah fashoin karena begitu pesatnya perkembangan fashion seperti sekarang ini. Akan tetapi banyak dari siswa mereka tidak mengalami hal serupa untuk membeli buku, untuk menambah pengetahuan, haus akan membaca buku untuk dapat mengetahui banyak hal. Banyak dari mereka yang enggan untuk belajar dan melirik tempat-tempat berunsur pendidikan seperti perpustakaan, dan toko buku.
Sehingga konsumerisme ini akan membentuk suatu pola pikir serta tindakan dimana orang melakukan tindakan membeli barang bukan dikarenakan ia membutuhkan barang itu tetapi dikarenakan tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan kepada dirinya sendiri. Seperti halnya Konsumerisme di Indonesia ini telah banyak melanda semua level dalam masyarakat. Sebagai contoh adalah apabila suatu barang yang lagi up to date maka orang akan membeli tanpa peduli apakah ia membutuhkan atau tidak, contoh lainnya adalah kegiatan nge-mall, clubbing, fitness, nge-wine, hang out di cafe adalah contoh gaya hidup yang nampak menonjol saat ini. Semua aktifitas tersebut adalah perwujudan dari konsumsi termasuk adalah hunting barang branded PT. Matahari Dept Store. karena itu kurangnya minat baca bagi siswa mengawali rendahnya kualitas siswa itu sendiri. Disatu sisi mereka senang membicarakan tokoh-tokoh atau orang-orang yang sudah sukses, orang yang terkenal, orang kaya, dan sebagainya namun di sisi lain mereka masih enggan untuk belajar dan membeli buku sebanyak-banyknya untuk menambah pengetahuan mereka dan malah justru mereka haus untuk selalu tampil secara kekinian dan mengedepankan penampilan semata.
Budaya konsumerisme saat ini sudah semakin parah, sehingga perlu adanya upaya bagaimana mengubah perilaku konsumtif menjadi produktif dan hal tersebut harus dilakukan mulai dari lingkungan terkecil seperti keluarga bahkan pendidikan sekalipun. Remaja dan anak-anak adalah mangsa kapitalisme yang empuk karena mereka tidak berpikir apa dan mengapa mereka mengonsumsi barang yang ditawarkan oleh sebuah produk salah satunya adalah produk dari PT.Matahari Depet Strore itu sendiri. Anak-anak adalah sasaran pasar, dihujani dengan beragam produk yang tak tentu manfaatnya karena mereka tidak punya kesadaran dan daya kritis, sehingga anak-anak selalu jadi objek. Dengan demikian maka pendidikan seharusnya dapat membekali peserta didiknya supaya mereka tidak hanya sebagai sasaran pasar yang empuk namun mereka dapat dilatih untuk menjadi interpreneur, karena dengan menjadi konsumen secara terus menerus maka kemudian masyarakat hanya berkeinginan menjadi konsumen saja, tidak ada keinginan untuk mandiri dengan mendirikan usaha sendiri atau menjadi produsen juga. Akhirnya pembangunan suatu negara pun menurun akibat perilaku masyarakat yang seperti ini.
Karena dengan berkembangnya fashion yang secara cepat tersebut menhasilkan produk-produk baru yang mamang sasaran sebagian besarnya adalah para siswa baik mulai dari SD-SMA, adapun inovasi fashion dengan berbagai modelnya seperti sekarang ini diantaranya adalah aviator jacket (Jaket kulit yang memiliki kerah yang terbuat dari kulit domba, dan jaketnya sendiri terbuat dari kulit.), blazer (Jaket yang memiliki lengan panjang dan kelapak. Biasanya bisa digunakan untuk acara formal dan informal), cardigan (Pakaian yang dirajut yang biasanya terbuat dari bahan wol yang memiliki ritsleting atau kancing didepannya),Footwear(Sepatu yang sampai ke pergelangan kaki), Hipster (Style suatu rok atau celana yang pita pinggangnya jatuh tepatnya di bagian bawah pinggul bukan di pinggang), Mini Skirt (Rok pendek yang ujungnya 20cm diatas lutut), dan masih banyak lagi lainnya. Hal yang demikian seakan-akan menuntut para mereka yang masih besekolah menjadi Fashionista yaitu orang yang sangat mengikuti fashion, dan mereka lebih mengutamakan fashion mereka daripada harus membeli bahan buku bacaan untuk menambah pemahaman dan ilmu mereka. Hal tersebut mengakibatkan mereka memiliki minat baca yang rendah, lebih memilih untuk bersenang senang, hunting ke mall daripada mereka harus berkutat dengan buku. Dan jika hal ini terus menerus berkepanjangan akan mengakibatkan pembentukan kepribadian mereka hingga mereka besar dan ini akan merusak moral anak-anak generasi bangsa.
Hal yang demikian ini tidak boleh berkepanjangan karena akan menjadikan anak-anak generasi penerus bangsa menjadi malas, terutama malas untuk menjadi generasi penerus yang produktif karena mereka hanya menikmati barang-barang jadi seperti yang sudah tersedia di mall-mall dan seharusnya mereka diberi pendidikan seperti menumbuhkan jiwa enterpreneur, pendidikan konsumerisme, hedonisme, dan sejenisnya, dan pendidikan agama terkait pemborosan yang merupakan salah satu hal yang kurang terpuji. Dan semua pendidikan itu dapat diperolehnya melainkan dari pihak keluarga juga lembaga pendidikan sebagai agen sosialisasi lanjutan mereka untuk mendapatkan pemahaman terkait hal tersebut, dan penanaman pendidikan karakter yang terdapat dalam lembaga pendidikan sehingga dapat merubah sifat yang kurang baik menjadi pribadi yang baik, dan berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa. Karena hal-hal kecil seperti konsumerisme jika dibiarkan maka lama kelamaan menjadi hal yang tidak baik dan bahkan sampai kepada arah degradasi moral.
Akan tetapi, keinginan untuk mencapai minat baca dikalangan peserta didik tidaklah mudah, untuk mewujudkannya, dan inilah fakta bahwa budaya membaca itu belum juga ada.untuk dapat mengetahui rendahnya minat baca dikalangan peserta didik, dapat diukur dari daftar kunjungan ke perpustakaan atau kunjungan ke toko buku dalam hal ini adalah gramuedia sebagai pembanding adanya kunjungan ke PT.Matahari Dept Store yang mana temapt terlihat di gambar anak SMP dan anak SD malah justru lebih memilih pergi ke PT.Mtahari Dept Store. Dan ternyata dsampai saat ini terbukti bahwa tingkat kunjungan peserta didik ke perpustakaan sekolah sangatlah rendah. dan perpustakaan masih belum bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi peserta didik. Namun apakah penyebab minat baca dikalangan peserta didik tersebut? disini saya akan mencoba untuk mengkategorikan alasan peserta didik memiliki minat membaca yang rendah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
2. Kurangnya dorongan dari para guru agar siswa membaca secara rutin
3. Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah seperti mall, dan tempat perbelanjaan seperti PT.Matahari Dept store, yang membuat perhatian siswa untuk menjauhi buku, dan Sifat malas yang masih merajalela sehinga menjadikan seolah-olah Kurang menariknya perpustakaan sekolah bagi siswa.
4. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal (inilah alasan mengapa mereka tidak suka hunting buku ke tempat pembelian buku seperti gramedia, dan lain sebagainya. Namun mereka malah justru bisa membeli baju dengan merk eksklusfif di Matahari.
Solusi agar minat baca siswa meningkat adalah dengan memotivasi siswa untuk mewujudkan minat baca yang tinggi. Selain itu peran serta guru dalam meningkatkan minat baca, orang tua pun berperan aktif membantu meningkatkan minat baca siswa. Dengan adanya kerja sama antara guru dan orang tua serta membuat kegiatan yang rekreatif dan edukatif diharapkan dapat membangun minat baca di kalangan siswa sekolah. Selain itu adalah memberikan pemahaman bahwa pentingnya membaca, dan membuat suasana perpustakaan menjadi nyaman agar siswa semakin betah di perpustakaan.
Harapan saya minat baca siswa di Indonesia bisa sejajar dengan pendidikan di negara-negara lain yang minat bacanya jauh lebih baik. Bagaimana bangsa kita bisa cerdas jika setiap pelajarnya enggan untuk membacanya. Tinggi rendahnya minat baca suatu bangsa amat menentukan kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia sangat menentukan perkembangan suatu bangsa.
unik sekali fenomena pendidikan yang anda paparkan,,, siip