Masyarakat merupakan sekumpulan individu, yang mana individu tersebut hidup bersama dalam waktu yang relatif lama, selain itu mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan yang sama dalam masyarakat tersebut. Individu dalam suatu masyarakat tidak dapat menjalankan kehidupan tanpa adanya kerjasama dengan masyarakat lain, karena pada dasarnya antara individu satu dengan individu yang lain saling membutuhkan.karena itulah, maka dalam menjalankan kerjasama tersebut mereka dituntut untuk melakukan interaksi dengan individu lain. Sementara itu, untuk melakukan interaksi tersebut dibutuhkanlah suatu sarana untuk menyampaikan maksud dari apa yang akan disampaikan, hal itu bertujuan agar individu yang saling berinteraksi dan saling memahami. Salah satu alat atau sarana untuk berinteraksi tersebut adalah menggunakan bahasa.
Ditinjau dari segi budaya, bahasa termasuk dalam aspek budaya. Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya, karena Indonesia memiliki bermacam-macam suku, dan tiap suku memiliki bahasa yang berbeda, maka bahasa yang dimilikipun beragam, hal tersebut sangat menguntungkan dan dapat merefleksikan kekayaan budaya yang ada pada masyarakat pemakainya. Bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi dan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kebudayaan sebagai satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat. Oleh karena itu, bahasa di dalam suatu masyarakat memiliki peranan yang sangat penting, yaitu sebagai alat komunikasi dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan keberagaman Indonesia ditinjau dari beberapa aspek, salah satunya adalah etnis atau suku bangsa. Setiap suku bangsa tentu memiliki kebudayaan yang berbeda. Begitu pula dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena masing-masing suku bangsa telah memiliki konsensus atau kesepakatan tentang bahasa yang mereka gunakan untuk melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Perlu ditegaskan bahwa setiap bahasa daerah memiliki struktur tata kebahasaan tersendiri. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan di daerah tertentu memiliki arti yang berbeda-beda tergantung siapa yang memakai bahasa tersebut untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa sebagai alat pengentar komunikasi di Indonesia memiliki ragam berdasarkan daerah tempat tinggal. Secara sederhanya, ragam bahasa di Indonesia memiliki dialek. Menurut Wijen (dalam Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa :1983) dialek merupakan sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk mebedakan dari masyarakat lainnya.
Selain bahasa, dialek yang melekat di setiap masyarakatpun beragam. Peran dialek dalam suatu masyarakatpun sangat penting, karena dari dialek tersebutlah yang nantinya akan menciptakan etika bahasa. Etika bahasa tersebut berkaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sitem budaya yang berlaku dalam satu masyarakat tertentu. Munculnya keberagaman bahasa yang terdapat di suatu daerah yang berbeda, seharusnya tidak perlu dijadikan sebagai sebuah konflik, karena kita sebagai warga negara Indonesia tentu sudah memahami tentang status dari bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Dalam hal ini, masyarakat Indonesia belum sepenhunya menyadari akan hal tersebut, mereka belum mampu menerapkan prinsip untuk menjadikan perbedaan sebagai sebuah keberagaman, namun sebaliknya mereka malah menjadikan sebuah perbedaan tersebut sebagai pembeda yang nantinya dapat memicu timbulnya konflik antarsesama masyarakat Indonesia. Salah satu contoh adalah dialek yang terdapat di masyarakat Jawa yang membagi bahasa jawa menjadi dialek Jogja-Solo dan dialek Banyumasan. Dialek Jogja-Solo cenderung pada dialek yang halus dan diasumsikan sebagai bahasanya orang Jawa. Sedangkan dialek banyumasan ngapak digunakan mereka yang tinggal di daerah pesisir lor dan seperti Tegal, Purbalingga, Banyumas, dan lan-lain. Dialek ngapak ini cenderung lebih kasar. Adanya perbedaan dari dialek tersebut seharusnya kita mampu menanggapinya dengan sikap yang mengahargai antarsesama. Namun selama ini, dilek yang dimiliki oleh masyarakat Banyumas, yaitu ngapak mendapat respon yang negatif dari masyarakat Jawa lainnya yang tidak menggunakan dialek ngapak. Mereka mengejek dan mengolok-olok seseorang yang dalam berkomunikasi menggunakan dialek ngapak. Padahal bahasa merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang sifatnya relatif. Jadi, bahasa itu tidak dapat dinilai, karena bahasa merupakan seseuatu yang mencerminkan keunikan dari suatu daerah, dan di balik perbedaan yang ada, ragam bahasa dan dialek yang ada di Indonesia dapat dijadikan sebagai pembentuk karakter dan identitas bangsa dan ragam kekayaan tradisi di Indonesia.
Sumber:
Bayu Indrayanto. 2010. Fenomena Tingkat Tutur dalam Bahasa Jawa Akibat Tingkat Sosial Masyarakat. Jurnal Magistra No. 72 Th. XXII
Handoyo, Eko, dkk. 2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang : FIS UNNES.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PT. Balai Pustaka
Kridalaksana, H. 2005. “Bahasa dan Linguistik,” Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Ed. Kushhartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1983. Kamus bahasa Indonesia, Volume 2. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaa, Jakarta.
Sasangka, Sry Satriya. 2009. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa (Editor: Yeyen Maryani). Jakarta: Yayasan Paramalingua.