HALUSINASI

halusinasi

cr:google

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan orang sedih atau yang dialamatkan pada orang itu. Akibatnya seseorang bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula seseorang terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.

Diperkirakan lebih dari 90% klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien skizofrenia di rumah sakit jiwa mengalami halusinasi dengar. Suara dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar dirinya. Suara dapat dikenal (familiar) misalnya suara nenek yang meninggal. Suara dapat tunggal atau multipel. Isi suara dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku klien sendiri. Klien sendiri merasa yakin bahwa suara itu berasal dari Tuhan, setan, sahabat atau musuh. Kadang – kadang suara yang muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti.

Seseprang merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Merasakan mengecap sesuatu padahal tidak makan apapun. Merasakan rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit. Sehingga pasien dengan halusinasi perlu mendapatkan terapi aktivitas kelompok.

Terapi aktivitas kelompok sering diperlukan dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan therapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.

Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini yaitu tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi: 1) Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi, 2) Mendorong sosialisasi dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien), 3) Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, 4) Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif, 5) Meningkatkan rasa dimiliki, 6) Meningkatkan rasa percaya diri, 7) Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.

Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi: 1) Meningkatkan kemampuan untuk ekspresi diri, 2) Meningkatkan kemampuan empati, 3) Meningkatkan keterampilan sosial, 4) Meningkatkan pola penyelesaian masalah.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti bidik misi blog award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan menjiplak.”

PATHWAY BATU EMPEDU

https://obatbatuempedu.net/wp-content/uploads/2015/02/Penyakit-batu-empedu-dapat-di-atasi-secara-TUNTAS-dengan-Jelly-gamat-gold-g1.png

https://obatbatuempedu.net/wp-content/uploads/2015/02/Penyakit-batu-empedu-dapat-di-atasi-secara-TUNTAS-dengan-Jelly-gamat-gold-g1.png

Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi kandung empedu dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.

Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml. Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel – sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.

Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum. (Snell. 2002).

Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu, atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya dapat menyebabkan terjadinya statis. Faktor hormonal (terutama selama kehamilan) dapat di kaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi dalam kelompok ini.

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu, di bandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu. (Sjamsuhidajat. 2004 ).

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa factor resiko . namun, semakin banyak factor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk terjadinya koletiasis. Factor resiko tersebut antara lain:

  1. Genetik
  2. Umur
  3. Jenis kelamin
  4. Obesitas
  5. Makanan
  6. Aktifitas fisik
  7. Riwayat keluarga
  8. Nutrisi intravena jangka lama

Pada orang yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu empedu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan perdangan dalam kandung empedu.

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentiukan batu empedu, melalui peningkatan dikuamasi sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler dan bakteri dapat berperan sebagi pusat presipitasi. Akan tetapi infeksi lenih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu dari pada sebab pembentukan batu empedu.(Smeltzer, 2002)

Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba. (Sjamsuhidajat,2005)

Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam. (Sjamsuhidajat,2005)

 

Daftar Pustaka :.

Fransisca B. Batticaca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Metabolisme. Jakarta.

Mansjoer A. etal. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. Jakarta: Media Aesculapius, FKUI.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Jilid 2.Yogyakarta: Med Action.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine McCarty. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Snell, Richard S. 2002 . Anatomi Klinik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

GREEN ACHITECTURE #2

url

https://www.suarasurabaya.net/_watermark/createimage_small.php?d=kk&c=berita&b=201402&a=130863&angka=6

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalaharsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. (Arsitektur Hijau, Tri Harso Karyono, 2010)

Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapanarsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan. Berikut ini adalah beberapa contoh gambar-gambar bangunan yang menggunakan konsep Green Architecture.

Prinsip green architecture

  1. Hemat energy

Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

  • Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaicyang diletakkan di atas atap.
  • Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah.
  • Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
  1. Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami
  • Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
  • Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
  1. Menanggapi keadaan tapak pada bangunan
  • Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
  • Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada
  1. Memperhatikan pengguna bangunan
  2. Meminimalkan Sumber Daya Baru

Beberapa gambar green architecture yang unik :

Gambar-Taman-Permainan-anak-Yang-bekerja-sama-dengan-Alam (1)

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://www.detikbuzz.com/wp-content/uploads/2015/08/gambar-rumah-dengan-pepohonan-yang-indah-3.jpg&imgrefurl=https://www.detikbuzz.com/info/lukisanmata/&h=660&w=880&tbnid=kfyJh2bfzqixDM:&docid=jr5HyPMNXFFnKM&ei=z5lNVu_4I4iKuATZhoqAAQ&tbm=isch&ved=0CB0QMygDMANqFQoTCK-c38GZnMkCFQgFjgodWYMCEA&biw=1024&bih=467

gambar-rumah-yang-yang-bekerja-sama-dengan-alam

gambar-rumah-yang-yang-bekerja-sama-dengan-alam

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti bidik misi blog award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan menjiplak.”

PERAN KELUARGA DALAM PERKEMBANGAN ANAK

Cinta-Keluarga

https://idepernikahan.com/wp-content/uploads/2013/12/Cinta-Keluarga.jpg

Keluarga merupakan suatu kumpulan yang memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan,dan adopsi serta tinggal dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lain dan saling ketergantungan. Dalam keluarga biasanya terdiri dari orang tua yaitu ayah dan ibunya, serta anak-anaknya, dan masing-masing individu memiliki perannya masing-masing.

Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pembentukan biologis, serta konflik-konflik dan krisis yang didasarkan perkembangan.  Ada tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni  emasipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antara generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara orang tua dan remaja).

Banyak masalah yang sering timbul pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam geng-geng. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Mereka memiliki dorongan untuk pemuasan seksual. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno.

Secara umum tugas-tugas yang dilakukan oleh sebuah keluarga yang cukup baik adalah sebagai berikut:

  1. Memenuhi kebutuhan esensial; sandang, pangan dan kesehatan.
  2. Memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak, terutama saat seorang anak berusia remaja.
  3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
  4. Membimbing dan mengendalikan perilaku dengan nilai-nilai normatif.
  5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu seorang anak remaja agar dapat berprilaku matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar keluarga telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami.
  6. Mengajarkan cara berkomunikasi, keluarga yang baik mengajarkan anak agar mampu menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan amarah.
  7. Menjadi sahabat, sebuah keluarga selayaknya mengajak teman-teman anaknya yang berusia remaja berkumpul bersama-sama mereka. Ini dilakukan untuk mengetahui dengan siapa saja anaknya bergaul.
  8. Berkomunikasi dengan guru di sekolahnya terutama wali kelas dan guru pembimbingnya.Karena, seorang guru juga merupakan “orang tua” bagi seorang anak yang wajib membimbing, mendidik nilai-nilai selain memberikan pengajaran keilmuan.
  9. Memberikan nilai-nilai keteladanan. Di tengah kepungan informasi yang sedemikian masif saat ini, dimana kecenderungan untuk meninggalkan nilai-nilai keluarga dan mengedepankan budaya pemberontakan yang seolah menemukan pembenaran bagi remaja karena kenaifan dan gejolak mudanya, maka keluarga hendaknya dapat memainkan peran sebagai salah satu unit pranata social yang mampu menyiapkan seorang generasi yang dapat bermanfaat bagi lingkungan dan bangsanya kelak.
107486_4689deca-cbe8-11e4-bf18-731687772fba

https://perempuan.com/asset/files/data/Peran-keluarga.jpg

Pada saat anak beranjak usia menjadi tigabelas tahun, yaitu tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja. Pada tahap perkembangan ini, keluarga mempunyai beberapa tugas perkembangan yang harus dikerjakan, dan apabila beberapa tugas perkembangan keluarga ini tidak diselesaikan maka tentu saja akan mengakibatkan terganggunya perkembangan keluarga pada tahap ini, baik untuk keluarga secara utuh maupun kepada setiap-setiap individu di keluarga, terutama pada anak remajanya. Adapun tugas perkembangan tersebut meliputi; memberikan kebebasan tanggung jawab yang seimbang kepada remaja, mempertahankan komunikasi terbuka didalam keluarga, membina hubungan intim, serta melakukan perubahan proses peran didalam keluarga terkait dengan perkembangan keluarga pada saat ini.

Mencermati Pola Perilaku Anak dalam Lingkungan Sekolah

Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunannya yang dilakukan pada setiap tahapan umur. Baik pada tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baikmana yang buruk.

Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain disekitarnya.

Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka akan berinteraksi kedalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.

  • Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
  1. Keluarga

107486_4689deca-cbe8-11e4-bf18-731687772fba

https://idepernikahan.com/wp-content/uploads/2013/12/Cinta-Keluarga.jpg

Proses dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembagan anggota keluarga meliputi nilai, kepercayaan adat istiadat, dan pola interaksi dan komunikasi.

Keluarga memiliki fungsi untuk bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia, serta membantu mempelajari peran dan perilaku.

  1. Kelompok teman sebaya

6254-tanda-tanda-anak-mengalami-tekanan-dari-teman-sebaya

https://asset.tabloidnova.com/media/article_image/cover/original/6254-tanda-tanda-anak-mengalami-tekanan-dari-teman-sebaya.jpg

Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur yang berbeda pula dalam interaksi dan komunikasi sehingga memerlukan gaya perilaku yang berbeda.

  1. Pengalaman hidup dan proses pembelajaran di mana membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajri melalui tahapan proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut :
  2. Mengnali kebutuhan
  3. Penguasaan keterampilan
  4. Menjalankan tugas
  5. Integrasi kedalam seluruh fungsi
  6. Lingkungan
  7. Lingkungan eksternal, termasuk didalamnya : kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga, nutrisi, penyimpangan keadaan sehat, olahraga, urutan anak dalam keluarga, musim, iklim,, dan kehidupsn sehari-hari

Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Berikut adalah perilaku anak usia sekolah yang menunjukkan industri dan harga diri rendah

TUGAS PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA SEKOLAH
Perkembangan yang normal: industri/produktif ·         Menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan

·         Mempunyai rasa bersaing (kompetisi)

·         Senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib

·         Berperan dalam kegiatan kelompok

penyimpangan perkembangan: harga diri rendah ·         Tidak mau mengerjakan tugas sekolah

·         Membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas

·         Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas

·         Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok

·         Memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman sekolah

Kenali Gejala Apnedisitis

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan ditambah organ-organ pencernaan tambahan (aksesori). Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan sebagai sumber ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas bergantung energi, misalnya transportasi aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan makanan sumber bahan untuk perbaikan, pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh.

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis.

Kita sering mengasumsikan bahwa apendisitis berkaitan dengan makan biji cabai. Hal ini tidak sepenuhnya salah. Namun yang mendasari terjadinya apendisitis adalah adanya sumbatan pada saluran apendiks. Yang menjadi penyebab tersering terjadinya sumbatan tersebut adalah fekalit. Fekalit terbentuk dari feses yang terperangkap di dalam saluran apendiks. Selain fekalit, yang dapat menyebabkan terjadinya sumbatan adalah cacing atau benda asing yang tertelan. Beberapa penelitian menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat terhadap timbulnya apendisitis. Kebiasaan makan makanan rendah serat dapat mengakibatkan kesulitan dalam buang air besar, sehingga akan meningkatkan tekanan di dalam rongga usus yang pada akhirnya akan menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks.

Selain penyebab di atas apendisitis ini pada umumnya karena infeksi bakteri atau kuman. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. Histolytica. Berbagai hal berperan sebagai faktor penyebab terjadinya apendisitis. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Apendisitis merupakan salah satu penyakit patologis.

Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Untitledjhhufuh

Titik MC. Burney dan beberapa posisi apendiks yang sering ditemukan.
Sumber : Sylvia A. Prince – Patofisiologi

 

 

Apa Itu Kearifan Lokal ? #1

Kearifan local adalah suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada suatu masyarakat. Yang merupakan  tatanan nilai atau perilaku hidup masyarakat local dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Maka dari itu kearifan local tidaklah sama antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh kebutuhan hidup, suku,, kebudayaan, ketersediaan yang ada di alam . Sehingga memunculkan berbagai system pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial

Ciri-ciri kearifan local yaitu mampu bertahan terhadap kebudayaan luar, memiliki kemampuan mengakomodasi kebudayan luar , memmpunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar dengan kebudayaan asli, membeeri arah pada perkembangan budaya. Secara substansi kearifan local berorientasi pada (1.) menyeimbangkan alam dan budaya (2.)Kelestarian kultur budaya local (3.) Penghematan sumber daya yang bernilai ekonomi.

Terbentuknya suatu kearifan diilhami dari ide atau gagasan. Karifan local tidak dapat lepas dari leradaan budaya pada lingkungan tersebut. Ketersediaan bahan di alam sekitar juga dapat memunculkan kearifan local di suat daerah.

Disuatu daerah yang banyak terdapat tanaman bambu harus mampu merupah bambu tersebut menjadi barang yang berguna. Merubah bambu menjadi besek atau ekrak misalnya. Dengan kreatifitas yang di miliki masyarakat di daerah tersebut dapat merubah bambu  menjadi ekrak atau besek . Dengan kreatifitas yang lebih, bambu juga dapat diubah menjadi suatu barang yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomis.

bamboo-tree-mbakfajritut

https://mbakfajriitut.files.wordpress.com/2012/12/bamboo-tree-mbakfajritut.jpg

107486_4689deca-cbe8-11e4-bf18-731687772fba

https://ecs7.tokopedia.net/img/product-1/2015/3/16/107486/107486_4689deca-cbe8-11e4-bf18-731687772fba.jpg

KeyChains_Bamboo

https://1.bp.blogspot.com/-7U1se_Unk8w/UZjVDymxLvI/AAAAAAAAAI8/j8VT1qfxN6c/s1600/Souvenir+pernikahan,,+made+to+order.jpg

Kearifan local yang sudah menjadi sosok budaya didalam masyarakat memiliki pola pelestarian dan pewarisan. Diantar cara melestarikan kearifan local antara lain :

  1. Memberikan pendidikan atau pengajaran kepada generasi muda sedini mungkin, sehingga menimbulkan rasa cinta dan rasa memilik kearifan local tersebut.
  2. Mengupayakan adanya dukungan dari semua pihak
  3. Pemahaman tentang kearifan local dengan pengamatan secara langsung sehingga dapat dipertahankan dari generasi ke generasi

Kearifan local sesungguhnya mengandung banyak keteladanan dan kebijaksanaan hidup. Karifan local juga dapat mentransfer nilai-nilai luhur suatu bangsa yang merupakan warisan dai para leluhur. Keterkaitan manusia dengan alam dalam konsep penyatuan terwujud dalam pandangan masyarakat bahwa manusia dan alam hidup memiliki ketergantungan diantara keduanya.

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti bidik misi blog award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan menjiplak.”

Hello world!

Welcome to Jejaring Blog Unnes Sites. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!