Wahai sang kreator negeri

May 23rd, 2018 No comments

Inilah perjuangan!

Tiada kata pantang menyerah.

Tiada kata sia-sia.

Jalani sepenuh hati.

Apapun hasilnya nanti.

Kemenangan bukanlah yang utama.

Eksistensi taruhannya.

Jika tidak kali ini, kapan lagi!!!

Maju terus, wahai sang kreator negeri.

Luruskan niat, wahai sang pengayom warga.

Kami akan bersamamu, selalu!!!

dalam keheningan, aku melihat keyakinanmu
dalam riang, aku melihat semangatmu
dalam kebersamaan, kau tak kan tinggalkan kami

Puisi ini ku persembahkan hanya untuk mu

Categories: rehatia Tags:

#cumadisini

May 23rd, 2018 No comments

entahlah, #cumadisini
kaki ini mampu melangkah
mata ini berani memandang
jemari mungil menggores makna
senyum ini merekah ceria

bersamanya

sungguh, kau tlah begitu baik
sering sekali kau yakinkan aku
tak lupa setiap malam kau sebut namaku dalam doamu
eratnya dekapan mu hantarkan kepercayaan

aku melihat, merasa, membuktikan
dengan apa yang aku miliki
saat ini, saat aku mulai mengenalmu kala itu
saat sekarang, saat masa lampau
dan insyaAllah kelak di masa yang akan datang

pertemuan, persuaan
silaturahim, persaudaraan
tak kenal masa, tak kenal usia
biarkan ia tumbuh sesuai kehendakNya

doaku kan terlantun untukmu selalu,
wahai insan yang memantik semangat
wahai yang ada di sana yang tiada aku tahu,
wahai engkau yang menghantarkanku dengan hangat

huruf-huruf ini mengalir hanya untukmu
ya, untukmu yang telah menyibak fatamorgana
mengubah sunyi menjadi kian syahdu
mencipta ramai yang mempesona

(pemaknaan perjalanan pertama & kedua ke negeri Medan, 27-30/04 & 01-04/05; plus tarawih perdana MUA, 16-05; dan lain2)

#indonesia
#energyofasia
#medan
#sumatera
#masjidalmashun
#istanamaimun
#tjongafie
#sotokesawan
#wajirseafood
#ucokduren
#unimed
#usu
#baksoamat
#kualanamu
#keretabandara
#traveler
#parapencaritiketmurah
#yuhuuuuu

Categories: rehatia Tags:

Hamba lalai

March 24th, 2018 No comments

Ya Allah, kenapa hamba jadi begini
Hamba lalai
Nikmat yang telah Engkau berikan
Sungguh tak terhitung

Hamba bisa santap sarapan semeja atau senampan dengan seorang kyai
Itu nikmat yang tak ternilai
Hamba pun masih bisa bersilaturahim dengan sang “ulama” sang profesor

Hamba lalai, ya Allah
Nikmat Mu tiada terkira

Hingga kini hamba masih bisa menjalin silaturahim dengan sang profesor pembimbing tesis
Hingga aku sering dipanggil “anak lanang”
Ah… betapa bahagia nya hamba

Belum lagi hamba bisa bersua dengan orang-orang yang sangat baik dan sangat perhatian terhadap hamba
Walau tiada hubungan darah apapun
Hamba sangat beruntung
Mengenal sang guru terbaik

Tapi ya Allah, hamba sering lalai
Hamba tak bisa jalankan kewajiban dengan baik

Ya Allah, hamba mohon ampun
Atas kelalaian hamba
Atas dosa hamba

???

Categories: rehatia Tags:

#selamatharipahlawan

November 10th, 2017 No comments

Pahlawan itu heroik
Pahlawan itu penuh perjuangan
Pahlawan itu penuh pengorbanan
Pahlawan itu tak kenal lelah
Pahlawan itu berhati mulia
Pahlawan itu melangkah pasti
Pahlawan itu tak mudah dilupakan
Pahlawan itu selalu di hati

Dan pahlawan itu, ngangeni ?

 

Dan…..
Kau, pahlawanku
Kau, guruku

#selamatharipahlawan
#kaumenginspirasi
#kuinginsepertimu

 

salam hormat..

Categories: rehatia Tags:

Ayah, Selamat Idulfitri

June 28th, 2017 No comments

Ayah, aku sangat tahu
Aku begitu manja di hadapanmu,
aku tak bisa kontrol ucapan, sikap dan tindak tanduk
Aku masih saja seperti anak kecil

Ucapan sering nylekit dan menjengkelkan
Nyeplos begitu saja
Sering kau kerutkan dahi
Aku begitu lancang dalam percakapan di wa, bbm, messenger, facebook atau path

Aku tak bisa bersikap hormat padamu
Aku tak punya sopan santun
Dan tak mengindahkan siapa dirimu
Mencuekkan apa yang kau mau
Tak peduli apa yang kau inginkan

Namun, kau begitu baik padaku
Sangat sering kau mengalah untukku
Kau begitu memahamiku
Dengan sikap dan tingkahku

Ayah, aku sangat faham
Aku belum dewasa di hadapanmu

 

Di hari nan fitri ini, ijinkan aku memohon maaf
Atas salah khilaf selama ini

Dan nanda berdoa
Semoga Allah swt menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan.. aamiin

تقبل الله منا ومنكم.. من العائدين والفاعزين

Nanda haturkan selamat idulfitri 1438 H..

 

dari anak lanang,
Ahmad Nurkhin

Categories: rehatia Tags:

Jelang Reuni SMK N 1 Demak angkatan 2000

June 27th, 2017 No comments

1.ambar
2.eva
3.ana
4.trian
5.royya
6.maryani
7.kusumawati
8.anisa
9.sumiyati
10.nurkhin
11.jihan
12.nina
13.safta
14.andayani
15.anik
16.rina
17.lia
18.umi
19.inunk
20.kasmitrah
21.anggraheni
22.mustiko
23.arlin
24.hindahwati
25.fitriyah
26.rondiyah
27.sri wahyuni
28.mualimah
29.dwi
30.Ali usman
31.luvita
32.supriyati
33.heni
34.sumiran
35.gunaidi
36.imam
37.nur wakidah
38.azis
39.rokim
40.arifin

 

Hmmm.. ternyata ada satu temanku yang hafal nama temen2 sekelas. Yak, kelas AK 2 SMK N 1 Demak angkatan 2000. Padahal aku tak hapal.. Hehehe..  maklum hampir 17 tahun kita belum pernah mengadakan reuni. Memang sih ada beberapa temen yang sering ketemu.

Reuni besuk semoga berjalan dengan lancar dan banyak yang dateng. Biar tidak lupa sama temen. Baik se kelas maupun se angkatan. Kebetulan bersamaan dengan reuni SMP N 1 Demak angkatan 1997.. Buanyak yang tidak aku ingat juga. Parah…

Minimal 40 nama ini aku simpan dan aku ingat. Semoga tidak lupa lagi.. Semoga…

Categories: rehatia Tags:

Sedih dengan Ramadhanku

June 23rd, 2017 No comments

Semilir angin ramadhan memberikan tanda pamit
Berganti syahdunya bayu syawal
Sedih berbalut bahagia yang aku rasa kini

Entahlah… aku kian jauh dari semuanya
Tak banyak yang aku lakukan di ramadan kali ini
Aku terlalu menikmati dunia
Aku lalai dan kadang melalaikan
Astaghfirullah.. sungguh aku sedih, ramadhan ku kali ini tak sebaik sebelumnya
Padahal aku telah berjanji di awal
Aku kan lebih baik

Aku tak pantas merasakan bahagia di akhir ramadhan
Menjumpai syawal yang fitri
Aku hanya mampu pekikkan takbir tahmid
Kemandangkan kuasaNya
Agar aku masih layak untuk diakui sebagai hamba yang bertakwa

Allahu akbar.. Allahu akbar.. walillahilhamd…

Semoga aku mampu memperbaiki diri di sisa umur
Mengharap hidayah dan bimbingan dariMu, ya Allah..

Categories: rehatia Tags:

Strategi Menaklukkan Hati Warga

June 23rd, 2017 No comments

Tulisan ini masih bagian dari episode yang melaju di Para Pencari Tuhan (PPT) 11. Ada satu urutan kisah yang membuatku tertarik untuk sedikit mengulasnya.

Kita tahu, kali ini warga kampung kincir menjalani hari-hari nya di pengungsian karena musibah banjir yang melanda. Tentu banyak cerita yang membuat kita tersenyum dan kadang tersindir. Bagaimana warga bisa menjalani kehidupan yang berbeda; di kampung pengungsian.

Masalah menjadi pelik saat warga mengetahui bahwa tanah yang dipakai untuk kamp pengungsian adalah milik investor (sebut saja pak Broto). Dan tanah tersebut harus segera dikosongkan karena akan dibangun apartemen. Warga akan melakukan perlawanan fisik dengan membentuk pasukan siap tempur (Biar lebih dramtis), baik bapak bapak maupun ibu-ibu. Mereka harus berani melawan pak Broto agar masih bisa menempati kamp pengungsian.

Awalnya pak Broto mendekati warga dengan “pemaksaan” atau kekerasan. Namun, melihat kegigihan warga pak Broto harus mencari strategi agar warga bisa “diusir” atau dengan sukarela pindah. Akhirnya jalur “pedekate” menjadi jalan. Mengambil hati warga adalah lebih tepat. Menghadapi warga “miskin” maka strateginya adalah memberikan “ikan” sesering mungkin.

Strategi dijalankan dengan memberikan bantuan pakaian, makanan dan bahkan yang tunai. Warga pun mulai menyukai pak Broto. Walaupun ada warga lain (hanya sedikit) yang masih mencurigai perbuatan baik pak Broto. Apakah strategi ini berhasil? Kita tunggu 2 episode terakhirnya ya.. Hehe..

Sepenggal alur cerita di atas, sangat mirip dengan apa yang sering dihadapi warga di sekitar kita. Bagaimana pendekatan “penguasa” dalam “mengusir” warga yang menempati “tanah bukan hak warga”. Terkadang jalur kekerasan dipilih. Dan kita miris melihatnya. Warga seakan akan tak punya pilihan untuk memperoleh solusi terbaik. Penguasa tidak terlalu memikirkan masa depan warga yang kebanyakan kurang mampu. Penguasa hanya memandang sisi “bisnis”. Persis yang dilakukan oleh pak Broto.

Di sisi lain, warga pun menyikapinya dengan emosional. Bagaimana tidak. Saat kondisi sedang dalam musibah, harus menghadapi musibah berikutnya; pengusiran atau penggusuran. Di sinilah diperlukan sosok pemimpin yang bisa memberikan keademan dalam bersikap. Sayang sekali, dalam kasus warga kincir pak RW tidak bisa berlaku bijak. Maka warga pun mendekatinya dengan pertarungan fisik. Walaupun kemudian mereka takluk dengan strategi “kebaikan” pak Broto.

Sebagai penguasa atau sejenisnya, seharusnya ada rasa sosial yang cukup. Memang harus tegas dalam menghadapi warga. Namun, kebaikan yang diberikan (bukan dengan strategi) akan menghadirkan kebaikan juga. Bisa jadi, warga akan memberikan pertolongan di masa mendatang. Entah apa bentuknya.

Hemat saya, kekerasan bukanlah jalan terbaik dalam menghadapi sesuatu. Kebijakan bersikap dan bertindak adalah wujud kepribadian yang dewasa. Bagi insan cendekia seharusnya demikian. Semoga kita bisa berlaku demikian. Bukan melakukan kebaikan tetapi untuk tujuan pribadi. Wallahu a’lam.

 

Di atas pohon jambu, 230617

Categories: suararia Tags:

Perjalanan menuju cita

June 13th, 2017 No comments

Terlintas sebuah memoar tentangmu
Begitu semangat aku menuju wartel di pagi buta
Untuk memberanikan menyapa
Dan mengajak serta merajuk tentang satu perjalanan menuju cita mulia

Ah, begitu culun aku kala itu
Di hadapanmu yang sangat berpengalaman
Yang telah memahami perjalanan waktu
Berbeda dengan aku yang baru saja mengenal satu episode

Ah, aku hanya bermodal semangat
Mengajakmu menuju satu titik bersamaku
Walaupun kau telah mantab pada satu jalan
Yang tidak aku mengerti sebelumnya

Menuju jakarta itu bisa sendiri atau bersama
Menuju jakarta itu tak harus naik bis
Menuju jakarta itu bisa melalui jalur selatan
Menuju jakarta itu banyak pilihan jalan

Sungguh kau telah yakin pada satu pilihan
Setelah memilah dan melaluinya
Kau sangat berani memilih jalan sendirian
Kau tidak mau bersama satu gerbong
Kau hanya ingin berdiri di kaki sendiri

Kini, aku mengalaminya
Aku harus memandang dunia jakarta dari berbagai sudut dan titik
Kini, ke jakarta bisa pakai lion, citylink, bahkan garuda

Kau memang sungguh sungguh pemberani

Karena kau punya alur berfikir dan keyakinan

Kala aku terngiang memoar itu
Aku senyum sendiri
Aku tak punya apapun
Garampun hanya baru dari kampung

Kau tetap melangkah sesuai keyakinanmu
Dan aku pun merangkak di jalur yang aku pilih
Walau kita selalu bersatu dalam hati

 

Ramadhan ke 19 di 1438

Categories: rehatia Tags:

PPT Jilid 11; Tenggelamnya Kampung Kincir

May 29th, 2017 No comments

Ramadhan kali ini sinetron kesayangan “Para Pencari Tuhan” alias PPT memasuki jilid yang ke 11. Sama dengan ulang tahun FE UNNES ya. Ke 11. Seperti biasanya datang di prime time masa ramadhan menjelang sahur. Mungkin deddy mizwar punya pertimbangan matang tentang hal ini.

PPT jilid ke 11 mengambil setting yang agak menegangkan di awal cerita. Saya tidak bisa menebak bagaimana akhirnya nanti. Yang jelas, awal-awal cerita sudah tentang banjir. Ya, banjir. Bencana alam yang sangat familiar dengan kita kala memasuki masa musim hujan. Tenggelamnya kampung Kincir, begitulah tagline di PPT Jilid 11 dengan background Bang Jack duduk di mustoko Mushola yang hampir tenggelam seluruhnya.

Seingat saya, tak biasanya PPT bercerita tentang bencana alam. Entahlah. Bisa jadi sebagai respon sosial atas kondisi bangsa Indonesia. Dan masyarakat dusun Kincir dikisahkan dengan berbagai karakter yang mirip dengan masyarakat ketika menghadapi satu musibah. Dan lugas sekali beberapa episode mengcapture realita ini.

Tak disangka, si nenek pegi and sis sudah bersiap-siap karena merasa akan datang musibah banjir. Persiapannya adalah membuat semacam perahu dari dua drum. Inspirasinya dari nabi Nuh yang menyiapkan kapal sebelum banjir didatangkan oleh Allah. Sayangnya si nenek pegi tidak benar dari barang2 yang disiapkannya. Ya, karakter mereka. Selalu mengambil barangnya tetangga. Pembenarannya karena hanya itu yang bisa mereka lakukan. Dan menganggap tetangga sekitar tidak akan mempedulikan mereka. Dan benar saja, ketika banjir datang dua nenek itu aman dengan perahu drumnya.

Mira. Wanita sholihah itu keren sekali. Ketika air banjir memasuki gubugnya ia sedang tunaikan shalat malam. Dan ia pantang membatalkannya walau air kian meninggi. Adegan sujud di dalam air oleh mira yang sangat tenang adalah luar biasa.

Pak RW dalam jilid ke 11 ini dikisahkan mengalami hambatan pendengaran. Jadi tidak nyambung apa yang ia bicarakan dengan apa yang sedang dibincangkan orang di sekitarnya. Peran ini mengingatkan kita dengan si bolot. Sebel hawanya. Hahaha

Pak RW tak bisa berbuat apapun dalam musibah kali ini. Baik sebelum musibah datang maupun pasca banjir. Kepemimpinan tidak tampak. Dan memang seperti itu karakternya. Akibatnya penanganan pasca banjir jadi tidak terkoordinir dengan baik. Semoga kita terhindar dari pemimpin yang seperti itu. Aamiin

Asrul dan udin. Ada satu adegan yang dapat kita ambil hikmahnya dalam musibah banjir kali ini. Mereka berdua mendapat amanah untuk membeli makanan untuk warga yang mulai kelaparan. Sayang sekali, dengan sifat mereka yang suka sekali mengambil keuntungan. Mereka lalai atas amanah tersebut. Karena terlalu memikirkan keuntungan bagi mereka sendiri. Tidak ingat kalau warga menanti makanannya. Berkelit dibelikan yang murah agar masih ada sisa uang dari pak Jalal. Ah, mereka tega sekali melakukannya. Uang tersebut adalah amanah. Tak baik kita manfaatkan untuk kebaikan kita sendiri. Sekecil apapun. Uang yang seharusnya dibelikan makanan siap santap malah dibelikan bahan siap masak dengan dalih lebih murah. Warga sudah mulai kelaparan. Ada-ada saja si Asrul dan Udin.

Ada adegan Roy dan ustadz Feri yang berharap pada tempat bersandar saat banjir. Ummat yang harus diselamatkan terlebih dahulu ataukah ustadz dan ulama yang diselamatkan. Sutradaranya memang membenturkan dua hal ini. Padahal “perahu” itu bisa dinaiki berdua. Jika ustadz yang selamat maka akan dapat melanjutkan dakwahnya ke depan. Demikian dalih si ustadz Feri. Memang, saat musibah datang kedewasaan berfikir dan bertindak kita sangat diuji oleh Yang Maha Kuasa.

Ya begitulah… beberapa penggambaran awal saat musibah tenggelamnya kampung kincir dalam PPT Jilid 11 yang baru berjalan empat kali tayang. Masih banyak adegan lain yang nggemesin tetapi begitulah realitas sosial kita. Tak mudah memang, menjadi pribadi yang mampu mendahulukan saudaranya. Dengan kondisi kita yang juga memprihatinkan.
Yuk.. kita ikuti episode berikutnya.. tapi jangan lupa dengan ibadah ya. Jangan nonton tv terus.. hehe

MUA & xsegoro, ramadhan hari ke 4

Categories: rehatia Tags:
Skip to toolbar