KONSERVASI FUNGSI DAN PERAN KELUARGA “Solusi Efektif dalam Mengatasi Permasalahan Pendidikan Anak Di Era Modernisasi”

Media sosial selalu menyuguhkan berbagai informasi tentang berbagai hal yang terjadi dalam periodisasi kehidupan manusia. Pun halnya dengan peristiwa yang terjadi pada beberapa bulan yang lalu, dimana kita dikejutkan dengan konten berita yang sangat mencengangkan publik. Tepatnya pada hari Kamis, tanggal 24 Mei 2018, dalam detiknews dilansir salah satu berita fenomenal yang terjadi di daerah Tulungagung, Jawa Timur.

Dalam berita itu disebutkan bahwa terdapat seorang siswi SMP yang dihamili oleh siswa SD. Kejadian ini memang benar adanya,

“dimana kejadian ini diketahui ketika pihak SMP memeriksakan pelajar perempuan itu ke puskesmas, dari situ diketahui bahwa dia tengah mengandung enam bulan” kata AM kepada detikcom, Rabu, 23 Mei 2018

Jika siswa SMP yang menghamili siswi SD nampaknya masih wajar, namun ini lain dimana siswa SD yang meghamili siswi SMP, sangat ironi sekali bukan? Ini merupakan salah satu potret kehidupan anak di era modernisasi saat ini, dimana terdapat sejumlah anak yang kesehatan psikologisnya sedang mengalami masalah. Masalah psikologis anak bisa terjadi karena berbagai faktor yang melatarbelakanginya, diantaranya yakni disebabkan oleh adanya pola asuh yang salah dari orang tua mereka. Pun halnya dengan masalah siswa SD dan SMP tersebut, dimana masalah yang terjadi pada mereka juga disebabkan oleh salah asuh orang tuanya.

“baik anak korban maupun anak pelaku keduanya adalah korban salah asuh kedua orang tuanya. Hal tersebut terjadi karena lemahnya pengawasan orang tua masing-masing kedua anak tersebut,” kata Komisioner KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Retno Listyarti kepada detikcom, Rabu, 23 Mei 2018.

Uraian permasalahan di atas setidaknya telah membuka mata kita bahwa permasalahan anak kian hari kian meningkat. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu penyebab dari berbagai permasalahan yang terjadi pada anak tidak lain dan tidak bukan adalah karena lemahnya pengawasan oleh orang tua terhadap keseharian anak-anak mereka. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal orang tau adalah orang yang paling dekat dengan anak, seharusnya orang tualah yang paling tahu tentang kegiatan anak. Secara normatifnya memang demikian, bahwa orang tua merupakan agen pertama dimana seorang anak mengungkapkan ekspresinya terhadap orang lain dan juga lingkungannya. Berbanding terbalik dengan norma umum tersebut, realitas yang terjadi pada era modern saat ini adalah banyak orang tua yang kian disibukkan dengan urusan mereka masing-masing di luar rumah, sehingga intensitas kebersamaan mereka dengan anak-anak mereka menjadi berkurang, bahkan tidak terjadi sedikitpun. Sebuah survei yang dilakukan oleh Institute for Social and Economic Research membuktikan, ibu dan ayah yang bekerja sepanjang hari dapat memberikan efek seakan-akan anak tumbuh bersama single parent (Asri, 2015). Secara umum, orang tua masa kini hanya memerhatikan kebutuhan material anaknya saja, mereka tidak terlalu memerhatikan bahkan cenderung mengabaikan kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian terhadap anak-anaknya. Alasan mengapa orang tua hanya sibuk bekerja yakni mereka ingin membahagiakan anak-anak mereka dengan mencukupi kebutuhan materialnya, mereka tidak sadar bahwa yang dibutuhkan anak-anaknya bukan hanya kebutuhan material saja, melainkan juga kasih sayang dan perhatian.

Berbicara tentang kebutuhan anak kita juga bicara tentang beberapa fungsi yang terdapat dalam keluarga, salah satunya yakni menciptakan suasana harmoni dalam keluarga, sehingga menjadikan psikologi anak tidak terganggu. Dengan demikian, anak akan dengan mudah untuk melakukan interaksi dan adaptasi sosial terhadap lingkungan di sekitarnya, termasuk juga mengikuti pelajaran yang ada di sekolah. Slameto mengungkapkan bahwa lingkungan belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dimana lingkungan ini terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Mustofa, 2014). Menciptakan suasana siap belajar bagi peseta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab guru atau pendidik, keluarga juga sangat mempengaruhi psikologis siswa sehingga siswa tersebut akan mampu dengan mudah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Keluarga juga sangat menentukan bagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Keluarga menjadi institut pertama dalam penanaman nilai dasar kepada anak sehingga anak mampu mengetahui berbagai hal yang ada di dalam dan luar keluarga tersebut. Secara umum, keluarga merupakan salah satu jenis lembaga sosial masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dipersatukan oleh adanya ikatan pernikahan atau pertalian darah, dimana dalam keluarga ini terdapat suatu sistem hubungan yang mengharuskan para anggotanya untuk berdiri sesuai dengan status dan peran yang dimilikinya dalam keluarga tersebut. Menurut Newman dan Grauerholz dalam Fatimaningsih, kata keluarga digunakan untuk menggambarkan hubungan sebagian besar orang yang biasa disebut sebagai kerabat, yaitu: suami dan istri, orang tua dan anak, saudara laki-laki dan saudara perempuan, kakek-nenek, keponakan, paman, bibi, dst (Fatimaningsih, NT). Lebih dari itu, kata keluarga juga dapat dipergunakan untuk menggambarkan hubungan yang nyata dan imaginasi yang berlandaskan cinta, komitmen, pengorbanan, dan juga kewajiban.

Dilihat dari perspektif struktur sosial, para anggota dalam keluarga menempati struktur sosial tertentu, dimana dalam struktur ini mengharuskan para anggota keluarga untuk berpijak pada status dan peran yang dimilikinya. Dilihat dari hubungan antara status dan peran, semua anggota keluarga menempati status tertentu. Antar anggota keluarga satu dengan anggota keluarga yang lain mempuyai status yang berbeda-beda, misalnya seorang ayah yang berstatus sebagai kepala keluarga. Dalam masing-masing status tersebut, tentu juga terdapat peran yang berbeda pula, dimana peran ini menyesuaikan status yang dipegang oleh anggota keluarga tersebut. Misalnya ayah, terdapat fungsi yang harus dijalankan sebagai seorang ayah dalam keluarga tersebut yakni harus mencari nafkah dan bertanggung jawab penuh atas keluarganya tersebut. Keluarga merupakan bentuk dari sistem sosial, sebagai sebuah sistem, dalam keluarga pasti terdapat berbagai komponen yang harus berjalan secara bersamaan, sehingga keluarga ini mampu tetap eksis dalam melaksanakan fungsi dan perannya dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam upaya menjaga keberlangsungan sistem sosial tersebut, orang tua hendaknya mampu mengkonstruksi rumah dalam keluarganya menjadi rumah yang ramah, sehingga menjadikan semua penghuninya merasa nyaman dan betah untuk tinggal berlama-lama di rumah.

Rumah yang ramah adalah sekolah bagi anak, orang tua dalam keluarga berfungsi membentuk individu agar ia memiliki karakter dan sifat yang ideal, serta menyiapkan individu agar dapat hidup di masyarakat (Simamora, 1988). Bagi orang tua yang mempunyai anak di rumah, menciptakan rumah yang ramah adalah hal yang perlu dilakukan, agar perkembangan psikologis anak menjadi tidak terhambat. Salah satu cara jitu untuk menciptakan rumah yang ramah yakni dengan menerapkan prinsip negoisasi dan diskusi, sehingga keputusan yang diambil dalam keluarga nantinya bisa membuat semua anggota keluarga nyaman dan akan tercipta suasana yang hangat di rumah (Sukmasari, 2017). Dalam menentukan sesuatu untuk kepentingan semua anggota keluarga di rumah, orang tua tidak boleh hanya melihat dari satu sisi saja. Orang tua harus pandai membaca situasi dan kondisi semua anggota keluarga, sehingga dalam menentukan peraturan tertentu juga harus mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan semua anggota keluarga tersebut.

Prinsip diskusi dan negoisasi sangatlah tepat untuk diterapkan dalam menentukan peraturan dalam keluarga. Mendengarkan apa yang diinginkan oleh semua anggota keluarga, termasuk anak-anak. Setelah semua menyampaikan keinginannya, baru diarahkan kira-kira mana yang perlu direalisasikan dan mana yang sekiranya perlu dipertimbnagkan lagi. Dengan diskusi dan negoisasi menjadikan semua anggota keluarga bersifat terbuka, sehingga akan menimbulkan rasa pengertian antar anggota keluarga tersebut. Dalam hal kebutuhan pendidikan anak, orang tua seharusnya jangan sungkan untuk menanyakan kepada anak-anak mereka tentang apa kesukaannya, hobi apa yang anaknya miliki, serta apa yang membuat anak-anak bisa betah di rumah. Misalkan saja anak ingin menonton TV, biarkan saja mereka menonton TV tapi juga harus ditemani, jangan dibiarkan nonton sendiri. Selama menonton TV, orang tua bisa berinteraksi dan komunikasi langsung dengan anak-anak mereka. Sekedar menanyakan apa saja yang anak lakukan di sekolah, bagaimana teman-teman mereka di sekolah, bermain apa saja dia di sekolah, ada tugas sekolah tidak.

Pertanyaan-pertanyaan sederhana itu bisa merekatkan dan menghangatkan interaksi dan komunikasi antar orang tua dan anak. Dalam menonton TV pula, orang tua bisa sambil mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang karakter-karakter film anak yang ditontonnya. Misalnya menceritakan tentang keberanian tokoh film tersebut, menceritakan tentang kejuuran tokoh film tersebut, serta menceritakan hal-hal positif lainnya dari film yang sedang anak tonton. Dengan demikian, secara tidak sengaja orang tua telah menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak mereka. Dalam konteks ini, keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak, keluarga menjadi agen pertama dalam hal pembentukan kepribadian serta karakter anak. Dalam pendidikan keluarga, orang tua adalah guru utama yang mempunyai peranan sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik dalam diri anak, sehingga anak akan mampu untuk menyesuaikan diri dan mampu hidup sebagaimana mestinya di lingkungan masyarakat nantinya.

Keluarga menjadi tempat dimana seorang anak itu pertama mengenal siapa dirinya, dimana dirinya, dan apa tujuan dia ada. Dalam menjelaskan serta memberikan pengetahuan demikian kepada sang anak, orang tua haruslah cekatan dan profesioanl dalam memilih kata dan istilah untuk memberikan keterangan-keterangan terkait hal tersebut, sehingga anak akan mudah menerimanya dan tidak menimbulkan penafsiran yang lain bagi anak dalam menerjemahkan apa yang disampaikan oleh orang tuanya. Berbeda dengan hal tersebut, di masa yang sekarang ini yang lebih eksis dikenal dengan era modernisasi nampaknya peran orang tua terhadap pendidikan anak semakin hari semakin terkikis. Modernisasi telah merubah sistem yang ada di dalam keluarga sehingga fungsi dan peran keluarga mengalami pergeseran.

Secara sederhana, modernisasi merupakan sebuah perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Wilbert mengungkapkan bahwa, pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra-modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil (Soekanto, 2013). Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan kehidupan masyarakat dari keadaan yang sedemikian rupa sederhana menuju pada kehidupan masyarakat yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat tersebut. Jika kita lihat dari perspektif terminologis, secara eksplisit tergambar jelas bahwa pengertian modernisasi mengarah pada suatu bentuk perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini nampaknya juga berdampak pada peran orang tua terhadap pendidikan anak di dalam keluarga, dimana di era modernisasi sekarang ini orang tua kian disibukkan dengan berbagai aktifitas di luar rumah, sehingga peran orang tua dalam memberikan pendidikan anak di dalam keluarga juga mengalami perubahan. Di era modernisasi saat ini, kebanyakan orang tua hanya mempercayakan pendidikan anak-anak mereka kepada lembaga-lembaga pendidikan formal saja tanpa ada kontrol langsung dari mereka, sehingga fungsi pendidikan dari keluarga tidak berjalan dengan maksimal.

Tidak hanya dalam pendidikan saja, namun di era modernisasi saat ini fungsi dan peran keluarga sudah mengalami pergeseran jauh dari peran dan fungsi keluarga yang sesungguhnya, telah melenceng jauh dari apa yang disebut dengan istilah keluarga ideal. Di era modernisasi saat ini kebanyakan orang tua telah disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi suatu hal yang paling diutamakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Alasannya yakni dengan bekerja, ia akan mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ia akan mampu menyekolahkan anak-anak mereka setinggi mungkin, ini merupakan prestise yang selalu diagung-agungkan oleh para orang tua saat ini. Padahal perspektif tersebut justru kurang tepat, karena yang dibutuhkan oleh anak tidak hanya kebutuhan material saja, kasih sayang dan perhatian orang tua juga sangat dibutuhkan oleh mereka. Dalam salah satu tulisannya, Faturohman menganggap bahwa orang tua yang sibuk bekerja menyebabkan berkurangnya interaksi orang tua dengan anak. Hal ini akan berdampak pada pembentukan kepribadian anak dan remaja menjadi lebih dipengaruhi oleh sekolah dan lingkungan sosialnya, bahkan peran media massa mungkin akan menggantikan peran yang lain (Rochaniningsih, 2014). Kaitannya dengan pendidikan, peran orang tua dalam memberikan pendidikan terhadap anak di dalam lingkungan keluarga harus lebih ditingkatkan.

Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka salah satu solusi efektif dalam rangka mencapai kesuksesan penyelenggaraan pendidikan anak di era modernisasi adalah dengan melakukan konservasi peran dan fungsi keluarga. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, Conservation yang mempunyai arti pelestarian atau perlindungan (Dudung, 2016). Dalam KBBI, Konservasi merupakan pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan, dengan cara pengawetan dan juga pelestarian. Dapat ditarik benang merah bahwa konservasi merupakan berbagai usaha untuk menjaga, melestarikan, melindungi, serta memelihara eksistensi suatu hal tertentu agar terhindar dari kepunahan dan ketiadaan. Secara historis, istilah konservasi pada awalnya memang hanya digunakan oleh para praktisi-praktisi ilmu eksakta untuk mendefinisikan sebuah usaha mereka untuk menjaga lingkungan beserta komponen-komponen yang ada di dalamnya sehingga tetap lestari dan asri. Sejalan dengan perkembangan waktu, istilah konservasi juga digunakan oleh para ahli ilmu sosial guna mendefinisikan berbagai usaha mereka untuk menjaga serta melestarikan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Dalam hal ini yakni nilai-nilai yang berkaitan dengan fungsi dan peran keluarga, dimana hal ini juga sangat dibutuhkan dalam usaha untuk mensukseskan pendidikan anak.

Konservasi fungsi dan peran keluarga merupakan suatu usaha untuk melestarikan peran dan fungsi dari keluarga agar tetap eksis meski dalam kehidupan modern saat ini, yang cenderung merubah semua tatanan masyarakat. sebelum melakukan konservasi terhadap fungsi dan peran keluarga, mengetahui akan fungsi dan peran tersebut merupakan hal yang utama. Menurut BKKBN (Badan Koordiasi Keluarga Berencana Nasional) fungsi keluarga dibagi menjadi delapan, yakni fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosiaisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, serta fungsi pelestarian lingkungan (Wulandari, 2017). Konservasi fungsi dan peran keluarga dapat dilakukan dengan berlandaskan pada delapan fungsi tersebut, adapun bentuk konservasi fungsi dan peran keluarga yang harus  dilakukan oleh orang tua dalam praktik kehidupan keluarga di era modernisasi saat  ini yakni:

Fungsi Agama

  • Menerjemahkan agama dalam keseharian hidup dalam keluarga, yakni dengan melakukan dan mengajarkan kepada anak untuk melaksanakan perintah-perintah agama yang dianutnya.
  • Memberikan contoh konkrit tentang praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga.

Fungsi Sosial Budaya

  • Memperkenalkan dan mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga tentang budaya masyarakat setempat, dan budaya-budaya luar masyarakat lainnya
  • Mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga untuk melestarikan norma-norma dan budaya masyarakat demi menjaga kekayaan bangsa.

Fungsi Cinta Kasih

  • Memberikan sikap kasih sayang kepada seluruh anggota keluarga
  • Mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga untuk saling menyayangi antar anggota keluarga dan juga kepada orang lain

Fungsi Perlindungan

  • Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga ketika berada di rumah dan di luar rumah
  • Meminimalisir adanya kekacauan di dalam rumah tangga

Fungsi Reproduksi

  • Mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga tentang pentingnya menjaga dan meneruskan keturunan
  • Membrikan pendidikan kepada seluruh anggota keluarga tentang hal-hal yang bekaitan dengan reproduksi menggunakan bahasa-bahasa yang mampu diteima oleh usia masing-masing anggota keluarga

Fungsi Sosialisasi Dan Pendidikan

  • Menjadikan keluarga sebagai tempat sosialisasi pertama bagi para anggota keluarga tersebut
  • Mengajarkan tentang bagaimana cara-cara bersosialisasi yang baik kepada seluruh anggota keluarga
  • Menanamkan pendidikan karakter yang baik kepada seluruh anggota keluarga
  • Menjadikan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama bagi anak sebelum mereka mengenyam pendidikan di sekolah formal

Fungsi Ekonomi

  • Mencukupi kebutuhan keluarga
  • Membrikan pelajaran kepada seluruh anggota kelurag tentang cara-cara hidup hemat

Fungsi Pelestarian Lingkungan

  • Membrikan pengetahuan kepada seluruh anggota keluarga tentang cara-cara bijk dalam menjaga lingkungan
  • Membrikan contoh konkrit kepada seluruh anggota keluarga tentang berbagai hal yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan

Sejatinya, keluarga merupakan lembaga pertama dan paling utama dalam hal pendidikan anak (bahkan dalam berbaga hal sekalipun), sehingga fungsi dan peran keluarga harus berjalan dengan baik agar pendidikan anak juga bisa berjalan sukses, meskipun tidak hanya keluarga yang menjadi satu-satunya faktor penentu kesuksesan pendidikan anak, namun fungsi dan peran keluarga sangat dibutuhkan dalam usaha untuk mencapai kesuksesan tersebut. Khaeruddin dalam Fatimaningsih mengungkapkan bahwa, fungsi-fungsi sosial keluarga relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan, antara lain: fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan pemeliharaan anak, fungsi pendidikan dan religi, serta fungsi rekreasi (Fatimaningsih, NT). Memang benar bahwa beberapa fungsi sosial dari keluarga sangat rentan akan perubahan, namun demikian akankah fungsi-fungsi itu dibiarkan berubah begitu saja? Tentu tidak. Dengan berbagai usaha, seharusnya anggota keluaraga (terutama orang tua) harus senantiasa berupaya untuk menjaga agar fungsi-fungsi sosial keluarga tersebut tidak berubah dan selalu konsisten demikian, demi keberlangsungan hidup keluarga itu sendiri. Itulah wujud nyata dari konservasi fungsi dan juga peran keluarga dalam kehidupan modern saat ini. Dengan adanya konservasi tersebut, tentu keluarga akan selau harmoni dengan keramahan dan keceriaan di dalamnya, sehingga hal ini secara tidka sengaja juga sangat berperan penting dalam meminimalisir permasalahan yang terjadi dalam pendidikan anak. Dengan demikian, konservasi fungsi dan peran keluarga juga berpengaruh positif terhadap kesuksesan pendidikan anak di era modernisasi saat ini.

#sahabatkeluarga

Daftar Pustaka

Asri, Ariesta. 2015. Efek Buruk Anak dengan Orang Tua Sibuk Bekerja. Dalam https://www.google.co.id/amp/s/lifestyle.okezone.com/amp/2015/09/15/196/1214404/efek-buruk-anak-dengan-orangtua-sibuk-bekerja.

Dudung. 2016. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Konservasi serta Permasalahannya. Dalam www.dosenpendidikan.com/pengertian-tujuan-dan-manfaat-konservasi-serta-permasalahannya/

Fatimaningsih, Endry. NT. ‘Memahami Fungsi Keluarga dalam Perlindungan Anak’. Dalam Jurnal Sosiologi, Vol. 17, No. 2: 77-88

Hariyanto, Ibnu. 2018. Siswi SMP Dihamili Anak SD, KPAI: Mereka Korban Salah Asuh. Dalam https://m.detik.com/news/berita/d-4035808/siswi-smp-dihamili-anak-sd-kpai-mereka-korban-salah-asuh.

https://www.google.co.id/amp/s/kbbi.web.id/konservasi.html

Mustofa, Wahid. Pengaruh Suasana Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Intensitas Belajar serta Dampaknya pada Prestasi Belajar Matematika, Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014

Rochaniningsih, Nunung Sri. 2014 ‘Dampak Pergeseran Peran dan Fungsi Keluarga pada Perilaku Menyimpang Remaja’. Dalam Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi Vol. 2, Nomor 1. Hal. 59 – 71

Simamora, David. 1988. Rumah Sekolah Pertama, Orang Tua Guru Utama dalam Pendidikan Anak. Dalam https://www.hetanews.com/article/98902/rumah-ekolah-pertama-orang-tua-guru-utama-dalam-pendidikan-anak

Soekanto, Soerjono dan Sulistyowati Budi. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukmasari, Radian Nyi. 2017. Tips Agar Anak Merasa Nyaman dan Betah Di Rumah. Dalam https://www.haibunda.com/psikologi/d-3742910/tips-agar-anak-merasa-nyaman-dan-betah-di-rumah.

Wulandari, Ayu. 2017. Fungsi Keluarga Menurut BKKBN Fungsi Sosial Budaya. Dalam www.academia.edu/3667196/Fungsi_Keluarga_Menurut_Bkkbn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: