Jadi Anak Rantau Itu…

Awalnya saya merasa takut untuk hidup di perantauan, tapi karena tekad saya yang kuat untuk menuntut ilmu agar bisa membahagiakan orang tua saya, semua rasa takut itu hilang dengan sendirinya. 1 bulan pertama saya sering merasakan homesick, dan saya selalu menangis ketika mengingat orang tua saya yang selalu berjuang untuk memberikan apapun yang terbaik untuk saya. 1 bulan berikutnya homesick yang saya rasakan sedikit berkurang dan saya sudah banyak mendapatkan teman. Setelah kurang lebih 3 bulan hidup di perantauan, homesick itu sudah jarang muncul lagi, karena tugas dan berbagai macam kegiatan yang saya ikuti mulai banyak dan menyita waktu saya untuk melamun. Tidak hanya itu, saya juga banyak mendapatkan hal-hal positif yang tidak didapatkan ketika di rumah, yaitu :

  1. Bisa mengatasi masalah dengan mandiri

Saat masih tinggal bersama orang tua, saya selalu merasa aman ketika menghadapi masalah. Ada masalah apa, langsung cerita ke Ibu. Lalu Ibu akan membantu menyelesaikan masalah yang saya alami. Tapi, ketika saya merantau, saya akan lebih berpikir mandiri dalam mengatasi sebuah permasalahan. Orang tua saya sedang berada di tempat yang jauh, maka tidak mungkin saya menggantungkan diri kepada mereka. Inilah sebabnya, ketika saya hidup di perantauanm, saya mulai terbiasa melakukan hal-hal yang jarang saya lakukan sebelumnya. Misalnya mencuci baju, memasak, membersihkan kamar, dan lain-lain.

 

  1. Lebih bijak dalam mengatur keuangan

Ketika di rumah, saya tidak terlalu risau dengan kondisi dompet. Karena saya hanya memikirkan uang untuk memenuhi keinginan saya. Sedangkan untuk makan sehar-hari, sudah menjadi tanggungan orang tua saya. Kalau uang saku habis, setidaknya saya tetap bisa makan dengan kenyang di rumah.
Kondisi ini berbeda ketika saya merantau. Ketika saya merantau, saya bertanggung jawab penuh atas diri saya sendiri. Saya harus memperhitungkan segala keperluan yang benar-benar saya butuhkan. Mulai dari kebutuhan mutlak seperti makan, pulsa dan alat mandi. Sampai kepada kebutuhan-kebutuhan lain yang tidak terduga.

 

  1. Banyak Saudara

Saya memiliki tempat tinggal baru di sebuah kost-kostan sederhana. Saya tinggal bersama dengan orang-orang yang belum pernah saya kenal sebelumnya, dan itu tidak mudah.Karena Saya harus memahami karakter masing-masing, dan mulai menjalin pertemanan. Dari sini, saya belajar tentang indahnya berbagi, saling membantu, saling menghibur, saling memaafkan dan saling menjaga. Dan hal-hal seperti inilah, yang membuat saya merasa punya keluarga baru di perantauan.

 

  1. Lebih paham prioritas

Ketika tinggal bersama orang tua, saya selalu berada dalam pengawasan mereka selama 24 jam nonstop. Namun, ketika saya merantau, saya tidak merasakan hal itu. Jalan hidup saya ditentukan oleh pilihan saya sendiri. Saya memiliki prioritas untuk cepat lulus, belajar serius dan tidak hanya main-main. Karena saya selalu ingat bahwa orang tua saya bercucuran keringat demi menyekolahkan saya.

 

  1. Lebih menghargai waktu ketika bertemu dengan keluarga

Ketika kemarin Idul Adha saya pulang kampung, saya merasa sangat bahagia, walaupun hanya 4 hari saya berada di rumah, namun waktu singkat itu sudah membuat kerinduan saya kepada keluarga saya terobati. Hari-hari yang habiskan bersama keluarga terasa sangat mengesankan sekali. Bisa kembali merasakan masakan Ibu saya, memeluk Ibu saya, dan tertawa bersama keluarga saya.

 

Nah, itulah hal-hal positif yang saya dapatkan ketika di perantauan. Apa hal positiv yang kamu daptkan?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: