Belajar yang kita harapkan bukanlah sekedar mendengar, memperoleh atau menyerap informasi yang disampaikan guru.Belajar harus menyentuh siswa secara mendasar.Belajar harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu.
Dengan demikian belajar merupakan proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti pengorganisasian pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi hakekat belajar adalah perubahan.
Seperti kita ketahui, dewasa ini terjadi perkembangan yang amat cepat dalam berbagai aspek kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan, komunikasi dan sebagainya yang berdampak pada penddikan dan pembelajaran. Dalam kaitan ini UNESCO sesuai laporannya yang diberi judulLearning: The Tresure Within (1996) menyampaikan adanya sejumlah tantangan kontroversional yang harus dihadapi dengan cara menyeimbangkan berbagai tekanan (tension), yaitu tekanan antara tuntutan global dan lokal, universal dan individual, pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek, tradisional dengan modern, antara tuntutan spiritual dengan kebutuhan material, dan sebagainya.
Secara ringkas UNESCO memberikan empat pilar belajar:
- Learning to know
Belajar untuk mengetahui, (learning to know), berkaitan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk mengetahui oleh UNESCO dipahami sebagai cara dan tujuan dari eksistensi manusia. Hal ini sesuai dengan penegasan Jacques Delors (1996) sebagai komisi ketua komisi penyusunan laporan Learning: The Treasure Within, yang menyatakan adanyya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai cara, (means) dan pengetahuan sebagai hasil atau tujuan,(end, sebagai catra hidup, terkait keniscayaan bahwa manusia memang wajib memahami dunia disekelilingnya, minimal sesuai dengan pemenuhan kebutuhannya untuk menjadi makhluk yang berkehormatan dan memiliki percaya diri, mengembangkan keterampilan, serta berkomunikasi dengan orang lain.
- Learning to Do
Konsep learning to do ini terkait dengan pernyataan pokok, bagaimana kita mengadaptasikan pendidikan sehingga mampu membekali siswa bekerja untuk mengisi berbagai jenis lowongan pekerjaan di masa depan? Dalam hal ini pendidikan diharapkan mampu menyiapkan siswa berkaitan dengan dua hal.Pertama,berhubungan dengan ekonomi industry, di mana para pekerja memperoleh upah dari pekerjaannya.Kedua, yaitu suatu usaha yang kita kenal sebagai wirausaha, para lulusan sekolah menyiapkan jenis pekerjaannya sendiri dan menggaji dirinyasendiri(selfemplopment),dalam semangat entrepreneurship.
- Learning to Live Together
Belajar untuk hidup bersama, mengisyaratkan keniscayaan interaksi berbagai kelompok dan golongan dalam kehidupan global yang dirasakan semakin menyempit akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
Agar dapat berinteraksi, berkomunikasi, saling berbagi, bekerja sama dan hidup bersama, saling menghargai dalam kesetaraan, sejak kecil anak-anak sudah harus dilatih, dibiasakan hidup berdampingan bersama, terlebih di negara indonesia yang multikultur.
- Learning to Be
Yakni belajar untuk menjadi manusia yang utuh, maka dari itu mengharuskan tujuan pembelajaran yang sedemikian rupa baik rancangan maupun mengimplementasikannya terhadap siswa sehingga dapat mencapai manusia yang utuh.
Manusia yang utuh adalah manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek ketaqwaan terhadap Tuhan, intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral.
Recent Comments