Desain Instruksional

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

 

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Instruksional

Dosen Pengampu: Dr. Trisnani Widowati, M.Si

 Oleh:

Nama        : Farchatin Ulya

NIM          : 0104516004

Kelas         : Reguler

 

 

ROGRAM STUDI MAGISTER PENGEMBANGAN KURIKULUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas terlaksananya pembelajaran di kelas karena gurulah yang terjun langsung dan berhadapan langsung dengan peserta didik. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan pendidikan. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

Salah satu tugas seorang guru adalah membuat peserta didik mau belajar. Dalam kegiatan belajar guru harus mencari, memilih, dan menggunakan bahan ajar. Bahan ajar tersebut harus tepat serta sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran. Penggunaan bahan ajar yang tepat akan memberikan sumbangan posistif terhadap kefektifan pembelajaran.

Pengembangan bahan ajar tidak lepas dari pemahaman tentang keutuhan desain pembelajaran. Pengembangan bahan ajar harus mempertimbangkan sifat materi ajarnya, jumlah peserta didiknya, dan ketersediaan material untuk pengembangan bahan ajar tersebut.

Selama ini proses pembelajaran sudah banyak menggunakan variasi media, tetapi untuk memberi kelengkapan yang utuh tentang pembelajaran harus disampaikan kepada peserta didik, guru masih mengandalkan buku paket, padahal kemampuan guru untuk mengembangkan dan membuat bahan ajar sendiri sesuai kondisi tempat belajar merupakan potensi yang dapat meningkatkan professionalisme guru itu sendiri.

Pemanfaatan kondisi lingkungan dimana lembaga pendidikan tersebut berada merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar yang menyebabkan proses pembelajaran dapat dinikmati dengan baik. Kondisi ini memengaruhi pengalaman belajar dan pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat. Praktisi seringkali mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini karena berasumsi jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan, maka bahan ajar dapat digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Padahal ada beberapa langkah yang harus dilakukan praktisi sebelum sampai pada kesimpulan bahwa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang digunakan memang baik.

Mengembangkan bahan ajar selayaknya merupakan kemampuan yang harus terus menerus ditingkatkan oleh setiap guru. Jika seorang guru tidak memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar yang bervariasi maka guru akan terjebak pada situasi pembelajaran yang monoton dan cenderung membosankan bagi peserta didik.

Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai pemahaman tentang pengembangan bahan ajar, dimana nantinya pengetahuan dasar mengenai pemilihan bahan ajar ini dapat memberikan pengetahuan sehingga mampu nantinya menerapkan pengetahuan yang ada ditengah menjalankan profesi kependidikan di masa mendatang.

  1. Rumusan Masalah
  2. Apa pengertian guru?
  3. Apa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru profesional?
  4. Apa prinsip dan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar?
  5. Bagaimana langkah-langkah dalam mengembangkan bahan ajar?

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. Pengertian Guru

Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua peserta didik dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua peserta didik. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi semua peserta didik.

Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya  dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.

Adapun pengertian guru menurut para ahli:

  1. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
  2. Menurut Peraturan Pemerintah, Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
  3. Menurut Keputusan Menpan,  Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.
  4. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
    1. Kemampuan yang Harus dimiliki Seorang Guru Profesional

Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yag diharapkan. Perilaku yang rasional merupakan wujud dari kemampuan seseorang. Berarti orang yang memiliki suatu kemampuan adalah benar-benar orang yang mempunyai keahlian dibidangnya atau dikenal dengan istilah profesional.

Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran,antara lain :

  1. Kemampuan menguasai bahan ajar
  2. Kemampuan dalam mengelola kelas
  3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
  4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.

Sebagaimana yang dikutip oleh Dedi Supriadi (1998) dalam Jurnal Manajemen Pendidikan memaparkan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut memiliki 5 hal :

  1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
  2. Guru menguasai secara mendalam materi pelajaran yang diajarkannya serta cara membelajarkannya kepada para siswa.
  3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
  4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
  5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Disamping itu, guru hendaknya juga memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi. Prinsip motivasi agar siswa senang berada dalam lingkungan belajar, sehingga terbangun kondisi psikis kemampuan diri yang membawa kepuasan belajar dan mengacu pada percaya diri untuk menjadi mandiri dan secara bertanggung jawab dalam mengambil keputusannya sendiri (Conny Semiawan, 2002).

Kemampuan yang harus dimiliki serta dikuasai oleh seorang guru agar pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan bermakna yaitu :

  1. Menguasai Materi Pembelajaran.

Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Ada dua persoalan dalam penguasaan materi pelajaran yakni penguasaan materi pelajaran pokok dan materi pelajaran pelengkap. Materi pelajaran pokok adalah materi pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin ilmunya). Sedangkan materi pelajaran pelengkap atau petunjang adalah materi pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam membelajarkan dapat menunjang penyampaian materi pelajaran pokok. (Sukmadinata, 2009)

  1. Menguasai Ilmu Mendidik

Beberapa hal yang termasuk dalam kawasan ilmu mendidik yang harus dikuasai oleh seorang guru,berikut ini :

  • Ilmu tentang dasar-dasar pendidikan
  • Ilmu tentang metode pembelajaran
  • Ilmu tentang media pembelajaran
  • Ilmu mengelola kelas
  • Ilmu manajemen waktu
  • Ilmu tentang karakteristik siswa
  • Ilmu tentang evaluasi
  • Ilmu-ilmu lain yang mendukung guru dalam mewujudkan tugas profesinya.

Apabila syarat-syarat profesionalisme guru diatas terpenuhi akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan,guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, innovator, konselor, evaluator dan administrator (Soewondo, 1972 dan Arifin, 2000).

  1. Prinsip dan Aspek Dalam Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran  (Majid, 2008).

Pengembangan bahan ajar pada dasarnya dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu dimensi keterlibatan tenaga pendidik dalam kegiatan pembelajaran dan dimensi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran (Badiklat, 2009).

Dimensi keterlibatan tenaga pendidik dalam kegiatan pembelajaran

Keterlibatan tenaga pendidik dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai kondisi, baik internal mapun eksternal. Ada tiga bentuk kegiatan dalam pembelajaran yang mempengaruhi keterlibatan tenaga pendidik:

Tenaga pendidik sebagai fasilitator

Bentuk kegiatan ini disebut pembelajaran mandiri karena tenaga pendidik hanya sebagai fasilitator. Bahan ajar yang digunakan didesain secara khusus tanpa kehadiran tenaga pendidik. Jenis bahan ajar ini adalah program media dalam bentuk film, program radio.

Tugas dan tanggung jawab tenaga pendidik sebagai fasilitator untuk mengetahui kemajuan peserta didik, memberi motivasi, memberi petunjuk pemecahan masalah.

Tenaga pendidik sebagai sumber tunggal

Biasanya disebut dengan pembelajaran konvensional. Tenaga pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus sebagai penyaji isi pelajaran.

Tenaga pendidik sebagai penyaji bahan belajar

Tenaga pendidik memanfaatkan bahan ajar yang telah ada di lingkungannya, bahan ajar akan dipilih sesuai dengan strategi pembelajaran yang telah disusun dengan menambah dan mengurangi materi bahan ajar yang digunakan.

Dimensi bahan ajar yang digunakan

Pengembangan bahan ajar mandiri.

Ciri-cirinya adalah

  1. Kalimat yang dibuat mampu menjelaskan sendiri, tidak bermakna ganda sehingga tidak perlu penjelasan dari tenaga pendidik lainnya.
  2. Mengakomodasi kecepatan belajar peserta didik. Ada petunjuk bagi peserta didik kapan boleh melanjutkan dan kapan harus mengulang.
  3. Dapat dipelajari sesuai waktu dan tempat yang dibutuhkan oleh peserta didik.
  4. Mampu meningkatkan aktivitas peserta didik untuk belajar, praktik, mengerjakan soal latihan maupun tes.
  5. Membuat bahan ajar mandiri.

Langkah-langkahnya adalah:

  1. Pilih dan kumpulkan bahan pembelajaran yang tersedia di lingkungan.
  2. Adaptasikan ke dalam bahan pembelajaran yang dibuat.
  3. Periksa kembali konsistensi isi bahan ajar dengan strategi pembelajaran yang telah ditentukan.
  4. Periksa kembali teknis pembuatannya
  5. Buat desain fisik yang menarik untuk meningkatkan motivasi pengguna.

Pengembangan bahan ajar konvensional

Bahan ajar konvensional sangat tergantung pada kemampuan tenaga pendidik sebagai bahan ajar itu sendiri. Bahan ajar lainnya sebagai tambahan jika diperlukan.

Langkah menyusun bahan ajar konvensional:

  1. Menulis deskripsi singkat isi pembelajaran sampai SKKD
  2. Menulis topik dan jadwal pelajaran berdasarkan kebutuhan setiap subkomponen
  3. Menyususn jadwal dan bahan evaluasi baik tes maupun latihan bagi peserta didik
  4. Menyusun informasi cara-cara pemberian nilai hasil evaluasi
  5. Menyiapkan bahan ajar lain yang digunakan untuk melengkapi pembelajaran.

Pengembangan bahan ajar penyaji

Bahan ajar penyaji kekuatannya ada pada ketersediaan bahan ajar di lingkungannya dan kemampuan pengembang untuk memadukan kedua sumber yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

Langkah-langkah yang digunakan dalam menyusun bahan ajar adalah

  1. Memilih dan mengumpulkan bahan yang relevan dan tersedia di lingkungannya
  2. Menyusun dan mengurutkan sesuai dengan urutan materinya
  3. Identifikasi bahan-bahan yang tidak ada di lingkungannya dengan bahasa dan kemampuan penyaji
  4. Menysuusn program pembelajaran
  5. Membuat petunjuk penggunaan bahan ajar yang dibagikan pada peserta didik.
  6. Menambah bahan lain yang diperlukan dalan suatu susunan dengan pembelajaran utamanya.

 

Fungsi bahan ajar

Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2007) bahan ajar berfungsi sebagai:

  1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
  2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasai.
  3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planning), aktivitas-aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan penilaian (assessing). Menurut David A. Jacobsen dkk dalam bukunya “Methods for Teaching” memaparkan bahwa di era standar-standar pengajaran, pendekatan yang dilaksanakan guru dalam mengembangkan aktivitas  pembelajaran apapun, yang harus mereka lakukan pertama kali adalah merencanakan, kemudian menerapkan rencana-rencana yang telah dibuat, dan akhirnya menilai keberhasilan aktivitasnya.

Manfaat Bahan Ajar

Untuk peserta didik (Depdiknas, 2009)

  1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
  2. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
  3. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

Manfaat bagi guru

  1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
  2. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
  3. Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
  4. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
  5. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
  6. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Jenis bahan Ajar

Bentuk bahan ajar dikelompokkan menjadi 4 (Majid, 2008):

  1. Bahan cetak. Contoh: handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto, maket.
  2. Bahan ajar audio. Contoh: kaset, radio, compact disk audio.
  3. Bahan ajar audio visual. Contoh: film, video.
  4. Bahan ajar interaktif. Contoh: CD interaktif.

Perbedaan bahan ajar dengan buku teks.

Bahan ajar adalah materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran.

Buku teks adalah sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu.

Bahan ajar Buku teks
Ditulis dan dirancang untuk siswa

 

Menjelaskan tujuan instruksional

 

Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel

Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai.

Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih

Mengakomodasi kesulitan siswa

 

Memberikan rangkuman

 

Gaya penulisan komunikatif dan semi formal

Kepadatan berdasar kebutuhan siswa

Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa

Ditulis untuk pembaca (guru, dosen)

Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional

Disusun secara linear

 

Stuktur berdasar logika bidang ilmu

 

 

Belum tentu memberikan latihan

 

Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa

Belum tentu memberikan rangkuman

Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif

Sangat padat

Tidak memilki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca.

 

Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar ini memiliki tujuan.

Kemendiknas (2007) merumuskan tiga tujuan, yaitu :

  1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal,
  2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik maupun pengajar, dan
  3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran (Sukmadinata, 2009). Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:

  1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.

Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.

  1. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.

  1. Umpan balikpositif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respon yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respon yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini…’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respon negatif akan mematahkan semangat siswa.

  1. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar.

  1. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.

Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.

  1. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

Aspek-aspek materi bahan  ajar:

  1. Konsep adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum, seperti definisi.
  2. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.
  3. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami. Mungkin berupa hal, objek atau keadaan. Jadi bukan sesuatu yang diinginkan atau pendapat atau teori. Contoh : Proklamasi Kemerdekaan RI adalah pada tanggal 17 Agustus 1945.
  4. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan. Suatu proses dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari. Dapat juga merupakan cara melaksanakan kegiatan operasional (misalnya di pabrik) atau proses pembuatan tempe, proses peubahan warna pada daun yang kena hama wereng dan sebagainya.
  5. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model. Umumnya nilai bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau buruk misalnya: hukum jual beli, hukum koperasi unit desa, Bimas dan sebagainya.
  6. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya) dan dapat juga berarti rohaniah (membedakan, menganaliss dan sebagainya). Biasanya kedua aspek tersebut tidak terlepas satu sama lain, kendatipun tidak selalu demikian adanya. (Hamalik, 2006).
  7. Langkah-langkah Mengembangkan Bahan Ajar

Prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar

  1. Relevansi: keterkaitan, ada kaitan, hubungan, atau bahkan ada jaminan bahwa bahan ajar yang dipilih itu menunjang tercapainya kompetensi yang dibelajarkan (SKKD).
  2. Konsistensi: keajegan, ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.
  3. Kecukupan: memadai keluasannya, ketercukupannya; bahan ajar yang dipilih/ dikembangkan ada jaminan memadai/ mencukupi untuk mencapai kompetensi yang dibelajarkan; tidak terlalu sedikit sehingga kurang menjamin tercapainya

Aspek-aspek pemilihan bahan ajar

  1. Menentukan cakupan bahan ajar

Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

  1. Menentukan urutan bahan ajar

Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.

  • Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video.
  • Pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

 

 

 

 

Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Depdiknas (2009) merinci prosedur pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya sebagai berikut :

  1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.  Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran (Ghafur, 1987). Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
  2. Identifikasi jenis-jenis bahan ajar. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi (Reigeluth, 1987). Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya.
  3. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.  Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi.
  4. Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual.

Perbanyaklah sumber materi bahan ajar karena dengan demikian maka bahan ajar yang terlahir akan mempunyai banyak referensi dan data yang adapun lebih akurat. Jangan hanya mengandalkan materi-materi dari referensi internet saja, perkaya pengetahuan dengan buku. Bahan ajar yang akan dibuat harus disesuaikan dengan kemampuan lembaga, keterampilan pembuatnya serta teknologi yang diterapkan.

Sumber Bahan Ajar

Dalam pembelajaran konvensional sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya sumber materi pelajaran. Namun selain buku teks, guru seharusnya memanfaatkan berbagai sumber belajar yang lain. sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:

  • Tempat atau lingkungan

Lingkungan merupakan sumber yang sangat kaya sesuai dengan tuntunan kurikulum. Ada dua bentuk lingkungan belajar, pertama, lingkungan atau tempat yang sengaja di desain untuk belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internat, dan lain sebagainya. Kedua, lingkungan yang tidak di desain untuk proses pembelajaran tetapi keberadaannya dapat dimanfaatkan misalnya halaman sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, mushola atau masjid, dan lain sebagainya. Kedua bentuk lingkungan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap guru karena memang selain memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari materi pembelajaran, juga dapat secara langsung dijadikan tempat belajar siswa.

  • Orang atau nara sumber

Pengetahuan itu tidak statis akan tetapi bersifat dinamis yang terus berkembang secara cepat oleh karena itu, kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Oleh karena itu, untuk mempelajari konsep-konsep baru guru dapat menggunakan orang-orang yang lebih menguasai persoalan misalnya dokter, polisi dan sebagainya.

  • Objek

Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu.

  • Bahan cetak dan non cetak

Bahan cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya. Sedangkan bahan ajar non cetak adalah informasi sebagai  materi pelajaran, yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, video, komputer, CD (Sukmadinata, 2009).

 

ALUR PENYUSUNAN BAHAN AJAR

SK

Memahami al-qur’an surat pendek pilihan.

Materi Pembelajaran

Surat al lahab

Surat al kafirun

Hukum bacaan qolqolah

Kegiatan pembelajaran

Membaca QS al lahab dan al kafirun dengan benar.

Membaca QS al lahab dan al kafirun dengan menerapkan hukum bacaan

 

Bahan Ajar

LKS, Kaset, juz amma

Indikator

Membaca QS. Al lahab dan al kafirun dengan makhroj yang benar.

Membaca QS. Al lahab dan al kafirun dengan menerapkan hukum bacaan tajwid dengan benar

 

KD

Mampu membaca QS. Al-lahab dan al kafirun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kelengkapan bahan ajar

Kelengkapan bahan ajar cetak (hand out dan work sheet) terdiri atas:

  • Judul, mata pelajaran, SK,KD, Indikator
  • Petunjuk belajar
  • Tujuan yang akan dicapai
  • Informasi pendukung
  • Latihan-latihan
  • Prtunjuk kerja
  • Penilaian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran,antara lain :

  1. Kemampuan menguasai bahan ajar
  2. Kemampuan dalam mengelola kelas
  3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
  4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil

Di dalam penyusunan bahan ajar terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip relevansi, prinsip konsep konsistensi dan prinsip kecukupan. Dan untuk  menyusun materi yang ada di dalam bahan ajar perlu diperhatikan aspek berikut (1) aspek konsep yaitu arti akan suatu, (2) aspek prinsip yaitu menjadikan kebenaran sebagai landasan berfikir, (3) aspek fakta dimana materi tersebut harus berisikan fakta dengan bukti yang jelas, (4) aspek proses artinya untuk materi yang berupa proses harus dijelaskan tiap tahap-tahapnya sesuai dengan kenyaataan yang ada, kemudian aspek nilai dan aspek keterampilan yang harus ada didalam suatu materi pelajaran.

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama, Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kedua, Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Ketiga, Memilih bahan ajar dan keempat Memilih Sumber Bahan Ajar.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arifin, Samsul. 2007. Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi. Jakarta: PT Grasindo.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Ditjen Manajemen Dikdasmen.

Gafur, A. (2004). Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional Material). Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar.  (2006). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.  Jakarta: Bumi Aksara.

Jasmadi, dkk. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Majid, Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. (2008). Pengembangan Bahan Pembelajaran BSI. Klaten: UNY.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suroto. (2009). Materi Pelatihan KTSP 2009. Tegal: Departemen Pendidikan Nasional.

Triyono, Bruri, Budi Tri Siswanto, Hariyanto, Wagiran. (2009). Materi Diklat Training Of Trainer Calon Tenaga Pengajar/Dosen Lingkungan BADIKLAT Perhubungan Tahun 2009: Pengembangan Bahan Ajar. Magelang: Kerjasama Badan Diklat Departemen Perhubungan dengan UGM dan Akmil.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: