Skip to content

Categories:

PENTINGNYA AQIDAH DALAM KEHIDUPAN PRIBADI DAN MASYARAKAT

Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya syari’ah islam itu terbagi dua bagian:

  1. I’tiqod yaitu perkara-perkara yang berkaitan erat dengan keyakinan, seperti meyakini ketuhanan Allah, wajibnya beribadah hanya kepada-Nya, meyakini rukun-rukun iman, dll. Keyakinan ini biasa dinamakan Aqidah. Hingga dapat disimpulkan, pengertian aqidah islamiyah adalah keimanan yang kokoh kepada Allah ta’ala, mencakup Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya, asma dan difat-Nya, beriman kepada malaikat, kitab-kitab, para rosul, hari akhir, taqdir, dan semua perkara-perkara yang termasuk pokok agama, termasuk perkara ghoib. Menerima dan tunduk terhadap hukum Allah dan Rosul-Nya. Aqidah dinamakan pula Tauhid, lantaran pembahasan nyaberkisar seputar Rububiyah Allah, Uluhiyah-Nya, asma’ dan sifat-Nya. Bahkan Tauhid merupakan bahasan ilmu aqidah yang terpenting dan terpokok.
  2. Amalan yaitu perkara-perkara yang berhubungan dengan tata cara beramal, seperti sholat, zakat, puasa, serta hukum-hukum amalan lainnya. Seperti ini dinamakan furu’ (cabang), karena tidak diterima (suatu) amalan kecuali dengan benarnya aqidah. Oleh karenanya, aqidah yang benar merupakan asas tegaknya agama dan sahnya suatu amalan hamba. Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102)

“ hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam. (Al Imron: 102)

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)

“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus; dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al Bayyinah: 5).

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ….(3)

“sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az Zumar: 2-3).

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65)

“dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:” jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zhumar: 65).

Beberapa ayat yang mulia diatas menunjukan bahwa aqidah atau tauhid merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan, sebab merupakan mizan (timbangan/tolok ukur, red) diterima atau ditolaknya suatu amal. Amalan akan diterima oleh Allah jika dibangun diatas keimanan, murninya keta’atan kepada Allah dan bersih dari kesyirikan.
Hal ini diperjelas lagi dalam ayat lainnya;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)

“dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka hanya beribadah keapadaKu.(Adz Dzariyat: 56).

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ….. (36)

“dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rosul (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (Q.S An Nahl:36)

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (59)

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: ”wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada ilah bagimu selain-Nya.” Sesunguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar (kiamat).” (Q.S Al A’rof: 59).

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (65)

“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhanbagimu selaiNya.” Maka mengapa kaum tidak bertakwa kepadaNya. (Q.S Al A’rof: 65).

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ……..(85)

“dan kami telah mengutus kepada kaum ‘Tsamud saudara mereka, Sholeh. Ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selaiNya.” Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. (Q.S Al A’rof: 85).

Demikianlah ayat demi ayat bahkan mayoritas surat dalam Al Qur’an memprioritaskan pembahasan pentingnya aqidah tauhid dan bahaya syirik bagi pribadi dan masyarakat. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Qoyim (lihat Fathul Majid hal.23). Juga menjelaskan bahwa syirik adalah faktor utama penyebab kebinasaan hamba, di dunia maupun di akhirat. Lantaran pentingnya perkara aqidah ini , maka semua Rosul memulai dakwahnya dengan tauhid, Allah ta’ala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25)

Dan Kami tidak mengutus seorang rosulpun sebelum kamu , melainkan Kami wahyukan kepadanya: “bahwasanya tidak ada tuhan (yang haq di sembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (Q.S Al-Anbiya’: 25).

Lihatlah Rosulullah صلى الله عليه وسلم, beliau tinggal di makkah selama tiga belas tahun mengajak kaumnya agar mentauhidkan Allah semata. Dan Allah memerintah agar menyatakan kepada umatnya bahwa beliau hanya berdo’akepada Robbnya semata dan tidak menyekutukanNya, sebagaimana firmanNya:

قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا (20)

Katakanlah (wahai Nabi Allah): sesungguhnya aku hanya berdo’a kepada Robku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya”. (Q.S Al Jin: 20)

Lihatlah pula, sebagaimana Rosululloh صلى الله عليه وسلم mendidik sepupunya, Abdulloh bin Abbas رضي الله عنهمَا tatkala masih bocah

إذا سألت فسأل الله، وإذا استعنت فاستعن بالله.حديث صحيح رواه الترمذي

“Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, dan bila kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. (Hadits Hasan shohih, Riwayat At Tirmidzi).

Semestinya dakwah tauhid merupakan prioritas utama, sebelum merambah syari’at yang lain.Maka tatkala Rosululloh صلى الله عليه وسلم mengirim Muadz bin Jabal رضي الله عنه ke Yaman beliau berpesan kepadanya:

فَلْيَكًُنْ أَوَّلُ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةَ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله

Maka hendaknya; perkara yang pertama kali kau serukan kepada mereka adalah syahadat Lailaha illalloh (tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah), dan dalam riwayat lain: Maka hendaknya perkara yang pertama kali kau serukan kepada mereka adalah; agar mereka mengesakan Allah (Riwayat Bukhori dan Muslim).

Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata dalam “Istiqomah” 1/466): “dosa-dosa ini (zina, menengak miras) tetapi dibarengi dengan tauhid yang benar, itu lebih baik dibanding dengan tauhid rusak walau tidak dibarengi dengan dosa-dosa tadi.”

Orang-orang kafir Quraisy pernah menawarkan kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم jabatan Raja, harta, wnaita, dengan syarat bersedia meninggalkan dakwah tauhid dan tidak mencela berhala mereka. Apa jawaban beliau. صلى الله عليه وسلم? Menolak semua tawaran tadi, bahkan justru terus melanjutkan dakwahnya, dengan sabar memikul berbagai rintangan dan gangguan. Hingga datanglah pertolongan Alloh سبحانه وتعالى, berupa kemenangan dakwah tauhid ini. Makkah ditaklukan, berhala-berhala dihancurkan, seraya membaca ayat:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا (81)

Dan katakanlah: “yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Q.S Al Isro’: 81).

Dari uraian diatas , kiranya jelas bagi kita semua bahwa tauhid adalah kewajiban asasi bagi setiap muslim. Dia memulai kehidupannya dengan tauhid dan meningalkannya harus dengan tauhid. Tugas hidupnya adalah merealisasikan, menegakkan dan menda’kwahkan tauhid, karena tauhid-lah pangkal kesuksesan hidup dan dapat menyatukan dan menghimpun kaum mukminin dalam wadah persaudaraan hakiki. Kita memohon kepada Alloh ta’ala agar menjadikan kalimat tauhid kata akhir yang kita ucapkan didunia yang fana ini. (Abu Abdillah)

Posted in Uncategorized.


0 Responses

Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.



Some HTML is OK

or, reply to this post via trackback.



Skip to toolbar