Antropologi Kesehatan

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti “manusia”, dan logos yang berarti ilmu. Menurut Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi berarti “ilmu tentang manusia.” Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993).

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

            Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-obatan) dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit pada manusia sekarang ini. (Landy, 1977). Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada umumnya disetujui oleh ahli antropologi, yaitu:

  1. Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan kenyataan universal dari kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat dan masyarkaat,

  2. Kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang teralokasi, sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru dengan atau merespon penyakit,

  3. Kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan, pengertian dan persepsi yang konsisten dengan matriks budaya mereka, untuk menentukan atau menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat yang berbeda, dengan budaya yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap kesehatan dan penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si pasien.

 

SEJARAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

Tahun 1849

Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.

Tahun 1953

Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

Tahun 1963

Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.

            Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia juga akan ikut berkembang dan berubah dari masa ke masa. Hal ini terjadi  pula pada budaya kesehatan yang ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan mendatang.

            Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan melakukan persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

PALEOPATOLOGI

Ahli-ahli patologi, anatomi dan ahli-ahli antropologi fisik sudah mempelajari banyak mengenai penyakit-penyakit dan luka-luka pada manusia purba. Pada umumnya, hanya penyakit-penyakit yang menunjukkan bukti-bukti yang nyata pada tulang saja yang dapat di identifikasikan. Teknik terbaru dalam penyaki-penyakit manusia purba adalah penggunaan kotoran manusia (coprolites) yang apabila disusun kembali dapat memberikan informasi yang tiada ternilai mengenai ada atau tidaknya parasit-parasit intestin. Coprolite juga memberikan informasi yang menarik mengenai jenis makanan manusia purba, terutama mengenai biji-bijian dan jenis gandum lain yang dimakannya. Penyebab timbulnya sakit dari manusia purba yaitu oleh jenis-jenis patogen dan faktor-faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami manusia modern. Dan juga disebabkan oleh hubungan manusia yang akrab dengan ternak-ternak, yang mungkin sekali menularkan patogen baru.

PENYAKIT DAN EVOLUSI

Pada tahun-tahun terakhir, orang Amerika telah membaca penyakit baru bagi mereka yang dikenal sebagai anemia sel-sabit (sickle-cell anemia). Penyakit tersebut di tandai oleh sel darah merah yang mengambil bentuk sabit (sickle), tidak bulat seperti biasanya dan bersifat genetik.

MAKANAN DAN EVOLUSI

Di desa Heliconia yang di teliti di Colombia, menemukan bahwa manusia baru mencapai tinggi maksimum setelah umur 26 tahun (Stini 1971 : 1025). Walaupun laki-laki maupun wanita mencapai proporsi tubuh yang normal, penduduk tersebut di tandai oleh “miniaturisasi umum” yaitu pengurangan yang proporsional dalam ukuran tubuh pada semua warga populasi yang mempunyai sumber-sumber protein yang amat terbatas akan bersifat adaptif. Berkurangnya ukuran tubuh sperti yang terdapat di kalangan banyak petani di daerah tropik. “lebih nampak sebagai suatu contoh dari evolusi yang sedang dalam proses, yakni suatu contoh tentang penyesuaian atau plastisitas manusia, dari pada sebagai adaptasi murni dalam artian genetik” (Ibid, 1027).

EPIDEMIOLOGI

Para ahli epidemiologi, memandang tugas mereka sebagai “membuat korelasi-korelasi dalam hal insiden penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang pola-pola penyebab penyakit yang kompleks, atau tentang kemungkinan-kemungkinan dalam pengawasan penyakit” (Clausen 1963 : 142). Korelasi antara penyakit-penyakit terutama ditetapkan melalui sarana berbagai survei penduduk, untuk menemukan hubungan antara timbulnya penyakit dengan adanya faktor-faktor biologi, fisik dan sosial. Tujuan utama dari epidemiologi adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan.

MISTERI KURU  

Penyakit kuru ditemukan pada sekelompok penduduk yang mempunyai kesatuan linguistik, yakni penduduk Fore Selatan di Dataran Tinggi Timur, Papua Nugini. Penyakit kuru menunjukkan karakteristik epidemiologis yang tidak lazim. Penderitanya sama sekali terbatas pada kaum wanita dan anak-anak saja,walaupun kaum laki-laki muda kadangkala terkena, hal itu tidak membahayakan kesehatan para laki-laki dewasa. Penyakit kuru juga tidak pernah ditularkan pada orang Eropa.

Penyakit kuru ditandai oleh deteriorisasi progresif pada pusat sistem syaraf yang mengarah pada kelumpuhan total, dan sering kali, ketidakmampuan untuk menelan. Kematian umumnya terjadi antara 6 hingga 12 bulan setelah munculnya gejala-gejal pertama. Belum ditemukan pengobatan yang akan menahan atau menyembuhkan penyakit kuru. Pemecahan penyakit kuru ditemukan oleh suatu gabungan penelitian yaitu Carleton Gajdusek. Dengan demikian kuru mempunyai ciri sebagai penyakit makhluk manusia pertama yang disebabkan oleh virus yang bekerja secara lamban.

EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN

Kebudayaan adalah sistem keseimbangan yang rumit yang tidak akan berubah begitu saja, sehingga inovasi yang nampaknya baik bagi suatu bidang (misalnya pertanian) kemudian menimbulkan perubahan-perubahan kedua dan ketiga di bidang lain (misalnya kesehatan) yang dampaknya melebihi keuntungan yang diharapkan. Hampir selalu terdapat konsekuensi-konsekuensi yang tak terduga pada inovasi yang terencana” (Foster 1962 : 79 – 86), beberapa diantaranya ada yang baik, namun banyak yang kemudian menjadi tidak di inginkan.

Du Bos menyatakan model “ konsekuensi yang tak terduga” yang berorientasi budaya ini dengan istilah ekologi. Derajat kesehatan yang umumnya rendah dan penyakit-penyakit khusus, yang menghambat pembangunan secara serius.

BEBERAPA UNSUR UNIVERSAL DALAM SISTEM-SISTEM MEDIS

  • Sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan-kebudayaan

Kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat sangat terjalin erat dengan magic dan religi sehingga tidak mungkin untuk memisahkan keduanya. Mitologi mungkin penting untuk menjelaskam kosmologi, dewa-dewa supranatural dan makhluk-makhluk lain yang di duga mendatangkan penyakit. Pranata-pranata sosial tercermin dalam peranan dukun serta hubungan mereka dengan pasien dan keluarganya. Singkatnya, sistem medis tidak dapat dimengerti semata-mata hanya dari artinya sendiri, hanya apabila mereka dilihat sebagai bagian dari keseluruhan pola-pola kebudayaan barulah sistem medis dapat diapahami. Sitem medis adalah bagian-bagian dari kebudayaan pada tingkatan yang lebih abstrak, yang dalam isi maupun bentuknya mencerminkan pola-pola dan nilai-nilai yang kurang nampak.

  • Penyakit ditentukan oleh kebudayaan

Di Amerika Serikat orang telah biasa untuk berpikir tentang penyakit dalam rangka kuman dan virus-virus yang kita asumsikan sebagai keadaan biologis yang tetap, suatu kondisi patologis yang dibuktikan dengan hasil-hasil tes laboratorium pemeriksaan klinis lain. Dari pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran normanya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut.

Dan harus dibedakan antara penyakit (disaese) sebagai suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan. Cara lain untuk menunjukkan perbedaannya yaitu dengan mengatakan bahwa dokter ingin menyembuhkan penyakit (disaese) tetapi ia menangani penyakit (illness), karena biasanya yang mendorong kita untuk mencari pertolongan adalah kerusakan fungsi tubuh dan bukan karena hadirnya penyakit patogen.    

  • Semua sistem-sistem medis memiliki segi-segi penceghan dan pengobatan

Di Amerika Serikat, dikotomi formal antara pengobatan preventif (kesehatan masyarakat) dan pengobatan kuratif (klinis, sebagian besar dari sektor swasta) cenderung untuk menyebabkan kita merasa bahwa berbagai masyarakat sederhana yang tidak memiliki pembagian tersebut kurang memiliki kosep-konsep pencegahan. Pengobatan preventif berlandaskan atas dasar-dasar hukum (kesehatan masyarakat dalam arti yang paling sempit), umumnya penduduk-penduduk non-Barat tidak memiliki pranata-pranta kesehatan masyarakat.

Namun di kalangan penduduk non-Barat, pada umumnya pengobatan preventif lebih merupakan tindakan individu dari pada tindakan badan-badan hukum, merupakan tingkah laku individu yang secara logis mengikuti konsep tentang penyebab penyakit, yang sambil menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, juga sekaligus mengajarkan tentang apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit itu.  

  • Sistem medis memiliki sejumlah fungsi

“Apakah fungsi dari suatu sistem medis? “ adalah untuk memulihkan kesehatan pasien kembali, jika mungkin. Dengan sistem-sistem budaya yang kompleks lainnya dalam suatu masyarakat, sistem medis memenuhi sejumlah fungsi yang penting bagi kesejahteraan kebudayaan, dimana meraka menjadi bagian darinya; fungsi-fungsi yang sering tidak dikenal oleh anggota-anggota masyarakat itu sendiri, tetapi yang adaptif dari dalam arti bahwa hal itu meningkatkan kesejahteraan kelompok yang bersangkutan. Sistem teori penyakit adalah lebih jauh dari sekedar penjelasan yang sederhana mengenai sebab-sebab penyakit. seperti halnya   

  1. Suatu Sistem Teori Penyakit Memberikan Rasional Bagi Pengobatan

  2. Suatu Sistem Teori Penyakit Menjelaskan “Mengapa”

  3. Sistem-sistem Teori Penyakit Seringkali Menjalankan Peran Kuat dalam Memberi Sanksi dan Dorongan Norma-norma Budaya Sosial dan Moral.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. https://www.kompasiana.com/

  2. Joyomartono, Mulyono. 2011. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang: UNNES PRESS.

  3. https://www.anneahira.com/artikel-kesehatan-antropologi-kesehatan.htm

 

One thought on “Antropologi Kesehatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: