Duduk dibangku perkulihan dan menyandang status mahasiswa merupakan salah satu impian banyak orang setelah lulus dari bangku SMA. Tujuan melanjutkan pendidikan selain sebagai ajang untuk memperdalam ilmu yang dimiliki, tetapi juga untuk lebih menggali dan menggembangkan kemampuan diri. Namun kenyataannya, sekarang ini pendidikan hanyalah sebuah ajang berburu untuk mendapatkan ijasah atau gelar semata. Haluan mindset kebanyakan orang masih sama, yakni beranggapan bahwa dengan semakin tinggi gelar yang diraih maka akan semakin tinggi pula kedudukan atau jabatan yang akan diperoleh. Hal tersebut semakin memotivasi orang untuk berlomba-lomba dalam mengejarnya dengan berbagai cara, antara lain dengan mangambil jurusan dalam perkuliahan yang tidak sesuai dengan minat dan potensinya, bahkan tak jarang diantara mereka memanipulasi atau membeli ijasah palsu. Hal tersebut semata-mata dilakukan untuk memperlihatkan bahwa orang tersebut berpendidikan dan patut diperhitungkan dalam dunia kerja.
Iming-iming lulus dengan pekerjaan didepan mata dan gaji yang lumayan merupakan salah satu pandangan dalam memburu jurusan perkuliahan. Banyak siswa lulusan SMA yang masih memilih jurusan karena beberapa hal pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain paksaan orang tua, dimana orang tua merasa lebih tau akan keberhasilan anaknya tanpa melihat keinginan dan potensi yang dimiliki anaknya sendiri, asal masuk mencari jurusan yang baginya mudah untuk dimasuki tanpa melihat kemampuan dan keinginannya sendiri, dan ada juga beberapa faktor lain. Kebanyakan tujuan seseorang ingin menjadi mahasiswa itu semata-mata tidak jauh untuk mencari gelar.
Sedangkan mahasiswa sendiri merupakan kalangan muda yang pola pikirnya mulai mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan terencana dalam bertindak. Karakteristik mahasiswa secara umum yaitu stabilitas dalam kepribadian yang mulai meningkat, karena telah dapat mengontrol emosi diri. Mahasiswa juga cenderung memantapkan dan berpikir dengan matang terhadap sesuatu yang akan diraihnya, sehingga mereka memiliki pandangan yang realistik tentang diri sendiri dan lingkungannya.
Adapun karakteristik mahasiswa yang paling menonjol adalah mereka mandiri, dan memiliki prakiraan di masa depan misalnya dalam hal karir. Seperti yang kita ketahui, semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin dewasa pula pola pikirnya, begitu pula dengan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang dalam kehidupannya mulai jauh dari orang tua dan harus melakukan segala sesuatunya sendiri. Tidak dipungkiri juga kebutuhan yang diperlukan oleh seorang mahasiswa semakin meningkat. Mahasiswa dituntut untuk pintar-pintar dalam memanajemen uang saku yang dimilikinya. Adapun kebutuhan-kebutuhan lain yang juga harus dipenuhi oleh mahasiswa seperti buku-buku, fotocopyan, pulsa, bensin dan kebutuhan lainnya sesuai dengan gaya hidupnya. Dengan uang saku yang diberikan orang tua tersebut mahasiswa sudah harus memenuhi kebutuhan hidupnya selama satu bulan tanpa ada uang tambahan lagi. Beberapa mahasiswa sudah ada yang merasa cukup dan mampu memenuhi kebutuhannya dengan uang sakunya, ada juga mahasiswa yang merasa uang yang diterima dari orangtuanya masih kurang dan ada pula yang masih bisa menabung dengan uang saku yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan pengelolaannya masing-masing.
Dengan sisa tabungan yang dimiliki oleh sebagian mahasiswa, seorang mahasiswa sering kali akan membuka suatu bisnis bersama dengan temannya. Bisnis yang dilakukan tidak jauh-jauh dari melihat pasar yang berjalan didaerah sekitar kampus sendiri. Misalnya dengan berbisnis sejak dini seperti membuka cafe atau tongkrongan, bisnis sablon baju, tas dan sebagainya. Bisnis yang dilakukan sejak awal ini merupakan salah satu cara mahasiswa untuk mencari jaringan, mengembangkan potensi yang ada, ataupun mengantisipasi jika setelah lulus belum menemukan pekerjaan yang cocok disamping itu juga dapat meringankan sedikit beban orang tua karena dapat mencari uang jajan sendiri. Sehingga mahasiswa yang berbisnis sejak awal akan merasa telah memiliki pegangan pekerjaan yang dijalaninya disamping sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus perkuliahan itu sangat susah, apalagi pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.
Dalam kenyataannya, banyak mahasiswa yang merasa bahwa dirinya belum bisa mendalami jurusan yang mereka ambil. Sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa jurusan mereka tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Biasanya mahasiswa yang memiliki kasus seperti itu rata-rata lebih memilih untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya diluar perkuliahan dengan cara membuka berbagai usaha yang sekiranya merepresentasikan potensi mereka.
Banyak kasus saat ini di berbagai jurusan di universitas manapun, seorang lulusan bidang X misalnya dan kemudian dalam mencari pekerjaan melenceng jauh dari bidang yang dipelajarinya. Seperti halnya juga pada Jurusan Sosiologi Dan Antropologi di Universitas Negeri Semarang yang memberikan prospek kerja pada bidang pendidik, ahli antropologi di Dinas Pariwisata, biro konsultan, LIPI, KEMDIKNAS, wartawan, penulis dan sebagainya. Namun pada kenyataannya, banyak lulusan dari jurusan sosiologi dan antropologi ini yang bekerja di bank, menjadi wirausaha bahkan tidak jarang juga yang menjadi pengangguran.
Namun tidak dapat disangkal memang, seseorang akan menjadi lebih profesional jika bekerja sesuai dengan pendidikannya. Suatu pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan baik jika si pekerja menguasai pekerjaannya. Untuk itu, tentunya, si pekerja juga diharapkan agar berpendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan tersebut. Namun kembali lagi pada kasus tersebut jika sebuah pekerjaan yang semula telah kita rencanakan seringkali berubah dengan keadaan yang ada. Lapangan pekerjaan yang tidak seberapa dengan calon-calon pekerja yang begitu membludak merupakan salah satu faktor utama dalam beralihnya keinginan bekerja seseorang. Gelar sarjana yang seringkali diimpi-impikan kebanyakan orang juga bukan lagi faktor utama dalam menentukan pekerjaan. Karena kebanyakan dari lulusan sarjana sendiri bekerja sebagai wiraswasta atau wirausaha dengan membuka bisnis-bisnis sendiri. (untuk menguatkan argumen disini bisa diselipin data statistik mahasiswa yg stelah lulus kuliah bekerja sbgai wiraswasta, dari bps manaa gitu) Dan saat ini asalkan memiliki potensi yang lebih diluar pendidikannya dan dapat mengembangkan potensi yang ada juga dapat menjadikan sesuatu baik dan bahkan menjadi profesional karena keterbiasaannya dalam potensinya.
Maka dari itu, kebanyakan mahasiswa sekarang ini telah menyiapkan dan menuangkan ide-ide kreatifnya dalam dunia kerja. Antisipasi dan bergerak satu langkah lebih awal jika dibandingkan dengan mahasiswa study oriented merupakan pilihan mahasiswa-mahasiwa yang telah merasa mampu mengembangakan keinginannya tersebut.
Adapun hal positif yang dapat diperoleh dari membuka bisnis pada saat duduk dibangku perkuliahan ini ialah munculnya rasa kesenangan atau kepuasan karena ketika masih aktif menjadi mahasiswa juga dapat diimbangi dengan berbisnis dan juga mendapatkan uang dari jerih payah sendiri, meringankan beban orang tua karena jika kehabisan uang saku tidak perlu meminta lagi ke orang tua, memperluas jaringan dengan teman-teman lainnya, menambah lebih banyak pengalaman yang tidak diajarkan didalam perkuliahan, menjadikan seseorang menjadi siap kerja, serta berbisnis sejak dini mengajarkan cara membagi waktu dan menghargai waktu, juga memenejemen diri sendiri dalam kesehariaannya. Seperti halnya dengan membagi waktu kuliah, mengerjakan tugas, bekerja dan juga bermain.
Sedangkan resiko yang ditimbulkan saat mahasiswa kuliah sambil bekerja biasanya, kesulitan dalam membagi waktu dengan baik antara kuliah dengan kerja, kuliah sambil berkerja juga dapat menyebabkan mahasiswa menjadi malas untuk kuliah karena ada juga mahasiswa yang telah merasa puas dengan sudah bisa menghasilkan uang sendiri dan ujungnya nanti malah akan menyepelekan waktu untuk kuliahnya, alokasi waktu untuk mengerjakan tugas-tugas yang ada juga semakin berkurang. Tidak lupa juga tenaga, butuh tenaga ekstra dalam menjalani kuliah dan pekerjaan tersebut. Jika tenaga yang dibutuhkan tidak cukup maka akan menjadikan diri sendiri jatuh sakit karena fisik yang kurang mendukung. Banyak juga yang beranggapan membagi waktu itu lebih mudah jika dibandingkan dengan membagi tenaga.
Pola pikir mahasiswa mempengaruhi tindakan yang ia lakukan. Misalnya mahasiswa yang ingin maju pasti sudah memiliki rencana masa depan. Mahasiswa juga akan memikirkan sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, sehingga mereka cenderung menciptakan usaha-usaha mikro yang sekiranya dapat menunjang kehidupannya diperantauan dan juga sebagai sarana pengembangan kemampuan yang dimilikinya. Berbeda dengan pola pikir mahasisawa yang cenderung statis atau study oriented.
6 comments
Lompat ke formulir komentar
artikel diatas sangat menarik, semoga bisa bermanfaat terutama bagi para calon pengusahaan muda yang masih pemula
Author
Terimakasih kakak, semoga artikel ini bisa membantu 🙂
cukup membantu dalam mencari ilmu mengenai berwira usaha 😉
Author
terimakasih kakak, semoga bisa membantu 😉
sangat menarik calon pengusaha untuk belajar lebih baik lagi
bagus bisa menjadi inspirasi