Author Archive
Love Finds A Way
by Rafika Kusuma's World on Dec.11, 2015, under sastra
Long Distance Relationship, pernah bahagia dengan kata itu, pernah sinis dengan kata itu, pernah meragu dengan kata itu, dan saat ini sedang yakin dengan kata itu. Hidup ini merupakan sebuah siklus. Kadang kita di atas dan kadang juga di bawah.
Hubungan jarak jauhku bermula 6 tahun yang lalu, tahun 2006 saat masih kuliah. Aku di Bali dan dia kuliah di Jakarta. Awal aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan dia, aku sudah sangat tahu resikonya, tuntutan kuliah di kampus yang memiliki ikatan dinas, membuatku siap untuk menjalani LDR, bahkan sampai penempatan kerja nanti.
Seperti pasangan-pasangan LDR lainnya, semua media komunikasi kami manfaatkan. Webcam dari YM, Twitter, Facebook, semua media kami coba. Beruntung dia berasal dari kota yang sama juga denganku. Jadi setiap libur semester, dia selalu dating. Banyak pertengkaran juga yang sering terjadi, lebih karena ego kami masing-masing. Tapi, bukan masalah pada awalnya. Lima tahun perjalanan kami, kedekatan aku dan keluarganya, dan kedekatan dia dengan keluargaku, seperti suplemen yang menguatkan dalam menjalani hubungan jarak jauh ini.
Sampai pada tahun keempat hubungan kami, setelah dia lulus kuliah, saat dia harus memilih untuk ditempatkan di kota mana, kami berdiskusi panjang lebar malam itu. “Harus memilih tiga kota di Indonesia, dan salah satunya boleh hometown placement (penempatan di kota asal). Aku pilih kota apa aja ya? Aku pengen di Bali, biar kita gak jauh lagi.” Katanya malam itu saat kami sedang bertelepon.
“Hey, dari awal aku mutusin untuk pacaran sama kamu, aku sudah siap kalau harus jauh dengan kamu lagi setelah kamu lulus kuliah.” Jawabku saat itu. “Ambil keputusan sesuai keinginan kamu ya, pertimbangkan juga situasi di kotanya.”
“Makasih ya, kamu adalah semangat terbesarku, mulai awal kuliah sampai aku mulai memasuki dunia kerja sekarang.” Tambahnya.
Keesokan harinya saat aku di kantin kampus dia meneleponku.
“Geg, aku tadi sudah nentuin kotanya, yang pertama tetap aku pilih Bali, tetap harus nyoba siapa tau disetujui, biar bisa deket sama kamu. Yang kedua aku pilih Kupang, ya paling enggak itu deket dari Bali dan tiketnya juga terjangkau kalau harus pulang ke Bali dadakan. Ketiga aku pilih Ambon, yang ini aku pilih daripada aku ditempatin di Papua.”
Di ujung telepon aku tersenyum dan berkata, “Iya deh, pilihannya yang penting gak ada paksaan dan memang keinginan kamu.”
Sampailah di hari pengumuman penempatan kerja, ini lebih mendebarkan daripada menunggu hasil pengumuman skripsi. Jarum jam mengarahkan ujung runcingnya ke angka sebelas tepat, ada telepon yang masuk. Ya, telepon dari dia! Ini pasti telepon tentang kabar yang sudah aku tunggu-tunggu. Aku pun melonjak bergegas menekan tombol hijau pada telepon genggamku.
“Halo…” jawabku
“Aku penempatan di Kupang!” teriaknya dari ujung telepon.
“Fiuh! Aku tadinya takut kamu penempatan di Ambon, karena gak mungkin di Bali,”balasku lega.
“Hahaha, makasih ya,” ujarnya sembari tertawa. “ nggak apa-apa kan kalau kita LDR lagi?” tambahnya mencoba meyakinkan.
“Siap komandan!” aku yakin. Aku sangat yakin. Tidak ada prasangka yang menghinggapi benakku. Aku justru memupuk harapan baru tentang sebuah hubungan jarak jauhku dengannya.
Kami memasuki tahun kelima hubungan kami, dan dia sudah menetap di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Hubungan kami berlangsung baik-baik saja, hanya kesibukan kerja yang kadang membuat intensitas kami dalam berbagi cerita lebih sedikit disbanding waktu kuliah dulu. Aku bekerja di salah satu bank swasta di Bali dan harus menghadapi nasabah dari jam delapan pagi sampai jam lima sore. Tentu saja para nasabah ini membuatku tak bisa intens mengabari dia setiap saat, begitu juga dengan dia. Tapi, sebelum tidur, kami pasti meluangkan waktu untuk menelepon dan bercerita apa saja. Namun, saat dia harus dinas ke luar kota terpencil di NTT, kami hanya berkabar lewat sms karena sinyal telepon yang sangat buruk.
Sekilas hubungan ini terlihat aman-aman saja. Jarak Bali-Jakarta empat tahun, lalu Bali-Kupang hampir satu tahun, membuat banyak sahabat, teman, serta keluarga kami menaruh asa yang tinggi terhadap kelanjutan hubungan kami ke jenjang yang lebih tinggi. Awalnya, aku pikir pondasi ini cukup kuat, bukankah bertahan selama kurang lebih lima tahun dalam hubungan yang terhalang jarak bisa dikategorikan hubungan yang cukup kuat dan matang? Seharusnya begitu. Sampai suatu hari di bulan Juni 2011 dia berubah, tak ada lagi telepon sebelum tidur darinya, bahkan mengabari lewat blackberry messenger atau SMS pun sudah mulai jarang. Awalnya aku mengira mungkin dia memang benar-benar sibuk. Aku bisa memahami bagaimana sibuk dan ruwetnya menjadi seorang auditor. Tapi, perubahan itu semakin tidak wajar, setiap malam aku berusaha menghubunginya, tapi nada di teleponnya selalu sibuk, setiap hari di jam yang sangat tidak wajar, jam sebelas malam sampai jam satu pagi.
Membingungkan! Keanehan ini terjadi tepat seminggu setelah kepulangannya ke Bali beberapa waktu lalu dan saat itu kami baik-baik saja. Tidak ada perdebatan atau bahkan pertengkaran panas di antara kami berdua. Pada hari terakhir sebelum kepulangan dia ke Kupang, aku masih ingat betul dalam permintaannya kepadaku saat itu.
“Tetap sama aku ya! Aku beruntung dan bersyukur punya kamu…”
Kata-kata itu masih menempel lekat dalam ingatanku. Tapi, sekarang entahlah, semuanya berubah. Setiap aku coba untuk menanyakan ada apa, bukan penjelasannya yang aku terima, tapi amarahnya. Terakhir waktu, tiba-tiba saja dia menyatakan sebuah pengakuan yang sontak mengejutkanku, “Aku ngerasa kita udah beda sekarang. Aku gak bisa lihat kamu lagi di masa depanku.”
Aku hanya diam menggenggam telepon. Tak dapat kudengar lagi dengan jelas setiap kata yang terlontar darinya setelah itu. Hanya suara napasku yang berat diiringi oleh buliran Kristal bening yang dapat ditangkap oleh telingaku yang mungkin juga sama sepertiku, sudah tak lagi memiliki kekuatan untuk menjalankan fungsi dirinya dengan baik. Aku mencoba meyakinkan lagi.
“Ada cewek lain?”
“Enggak ada, sumpah!” jawabnya tegas.
Entah bagaimana, tapi aku membaca kebohongan di sana. Saat itu kami memutuskan untuk saling instropeksi diri. Aku hanya bisa berdoa, semoga saja kali ini terkaanku salah.
Aku terus berusaha mencari tahu ada apa sebenarnya, apa yang membuat dia berubah sangat cepat seperti itu, perubahan yang tak wajar. Aku tak mau tinggal diam. Aku terus mencari tau ada apa sebenarnya. Di tengah kebingunganku mencari tahu, mulai dari email, facebook, sampai akun Twitter miliknya, bahkan aku mencoba mendatangi kantor penyedia jasa jaringan telepon untuk meminta salinan data telepon masuk dan telepon keluar perangkat selulernya. Sia-sia saja. Tak ada yang bisa aku dapatkan. Tak sedikitpun. Tiap malam aku hanya bisa menangis, berdoa agar diberikan petunjuk akan hal ini.
Sampai suatu hari, sehari sebelum perayaan hari raya Galungan bagi umat Hindu, aku menerima sebuah pesan di messenger dari seorang temanku di Jakarta.
“Ri, aku tahu sesuatu tentang Nata…”
Rasa penasaran menyulut emosiku untuk segera menelepon temanku.
“Kamu tau apa?” seruku cepat saat Nadia mengangkat teleponku.
“Ri, aku bingung harus mulai dari mana, kamu temenku, begitu juga dengan Nata, tapi aku gak suka lihat kamu jadi ga lagi bersemangat kayak sekarang………”
Mulai mengalir lancarlah cerita dari Nadia, tentang alas an mengapa tiba-tiba Nata berubah. Dua jam lebih Nadia menceritakan semuanya dengan sangat jelas hingga aku hanya bisa termangu dan terduduk lemas, kemudian menangis tanpa suara seperti sudah tak ada lagi kekuatan dari dalam diriku hingga bahkan sepotong nada lirihpun tak mampu lagi aku produksi. Kepercayaan yang telah aku pupuk semenjak lima tahun lalu kini runtuh seketika. Semua kesetiaan yang telah aku pagari selama ini seoerti terbang bebas tak tahu ingin ke mana. Luluh lantak, aku tak tahu lagi bagaimana harus kembali berdiri esok hari.
Beberapa hari berikutnya aku memutuskan untuk bertemu dan bicara langsung dengan Nata. Aku memberanikan diri untuk terbang ke Kupang. Semua harus jelas! Aku harus mendengar langsung dari bibirnya.
Tergopoh-gopoh dia menyusulku ke salah satu hotel di Kupang tempatku menginap. Begitu melihatku, dia langsung memelukku dan berkata, “All is well, semua baik-baik saja, tak ada masalah, tak ada wanita lain. Ini semua dari aku, aku yang merasa mulai nggak bisa bertahan sama kamu. Aku yang mulai merasa tidak lagi yakin bahwa kamu yang akan mendampingi aku nantinya. Aku yang mulai merasa bahwa bukan kamu orang yang selama ini aku cari, dan…. Jarak, kasihan kamu kalau harus terus-terusan nunggu aku…” dia mulai buka suara tanpa aku tanya.
“Tapi kenapa baru sekarang kamu bilang? Kenapa baru setelah hubungan ini berjalan 5 tahun. Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar, dan jarak… jangan pernah menyalahkan jarak untuk perselingkuhan yang kamu lakukan! Kurang cukup kah waktu untuk membuktikan bahwa jarak bukan masalah bagi kita? Kenapa setelah 5 tahun kamu mempermasalahkan jarak…. Kenapa harus setelah 5 tahun kita berjuang?” isakku.
Kemudia, aku mencoba meminjam telepon genggamnya, berusaha mencari fakta otentik yang dapat aku saksikan tertulis nyata di layar itu. Sebelum membuka isinya, aku berdoa. Tuhan, jika kau sayang aku, tunjukkan jalanmu. Benar saja, aku mendapatkan copy dari BBm dia dengan gadis itu. Rasanya seketika duniaku berhenti berputar, di sana bagaimana bisa kekasih yang kau beri kepercayaan 100% bisa saling kirim pesan begitu intimnya dengan gadis lain. Bagaimana bisa saat kau sudah member setiamu, tapi malah dihempaskan dengan begitu kencangnya. Sadis!
Nata hanya bisa terdiam, mungkin di luar nalarnya, mungkin dia tak menyangka bahwa aku bisa bertindak sejauh ini. Dia berusaha memelukku. Aku menepisnya. Air mataku pun tiba-tiba mongering. Tak pernah ku duga setiaku akan dibalas dengan duri yang menusuk tajam seperti ini.
Awal pertemuan dia dengan gadis itu adalah saat kepulangan dia terakhir kali ke Bali. Mereka bertemu di Bali kemudian melanjutkan pertemuan-pertemuan terlarang mereka selanjutnya di Jakarta. Memang benar adanya apa yang Nadia ceritakan beberapa waktu lalu. Kukemasi barang-barangku langsung bergegas kembali ke Bali. Pikiranku kalut, terlintas beberapa potongan-potongan gambar kebersamaanku selama ini dengannya. Lima tahun dan semua hilang begitu saja. Lenyap tersapu ombak tinggi tsunami. Penantianku, kesabaranku, kesetiaanku, semua sia-sia dan tak pernah ternilai.
“Kalau memang kamu mulai merasa bahwa bukan akulah pendamping hidupmu kelak, aku bisa menerima. Tapi tolong, jangan masukkan orang lain dulu saat kamu benar-benar sedang berpikir dan mengambil keputusan untuk mengakhiri semuanya. Sejauh apapun kamu menyangkal bahwa gadis itu bukanlah penyebab keraguanmu, paling tidak, kehadiran dia mempengaruhi semua keputusan yang akan kamu buat nantinya.” Isak ku pecah dari dalam pesawat yang membawaku kembali ke Bali.
Berbulan-bulan perih itu masih terasa. Semua canda tawa, kejutan manis, serta bingkai merah muda akan kebahagiaan lenyap seketika tersapu angin hitam kencang kebohongannya. Berbulan-bulan aku hanya bisa menangis, dan menutup hati untuk siapapun. Hanya jika aku bisa membaca apa yang terjadi di dimensi ruang masa depan dan kembali menembus ruang masa lalu kala terakhir kali dia pulang ke Bali, aku tidak akan sudi membiarkannya kembali ke Kupang.
Benar apa kata orang, time heals all the pain. Lambat laun aku merasa tak ada guna lagi aku menghabiskan lebih banyak air mata hanya untuk orang dari masa lalu yang telah dengan tega mengkhianatiku. Toh dia sudah dengan bangganya memamerkan kekasih barunya di berbagai akun jejaring social miliknya. Satu kalimat dari sahabatkuyang selalu aku ingat : “Gak usah khawatir, Ri. Orang baik pasti akan dapat pasangan yang baik pula….” Hidup harus tetap berjalan. Dukungan dari keluarga serta sahabat membuatku lebih kuat dan bisa menjadi ikhlas seutuhnya.
Sudah setahun, ternyata setahunlah waktu untuk bisa menata lagi ruang di hatiku yang porak poranda. Saat aku mulai lupa dan tak peduli dengan masalah hati, seorang teman memperkenalkanku dengan seorang pria. Kekasihku saat ini, Firmansyah. Awalnya aku ragu untuk menjalin kedekatan dengan dia. Jujur, pernah merasakan sakit yang mendalam, membuatku sangat hati-hati memilih kekasih setelah itu. Aku tak ingin kecewa lagi.
Selain itu, hal yang paling membuatku ragu adalah JARAK. Dia di Bandung, aku di Bali. Pernah merasakan pahitnya dikhianati dan sakitnya dikecewakan membuatku sempat beranggapan, “Pacaran itu harus satu kota, buat apa kalau dia tak selalu ada di samping kita….” Namun, entah mengapa aku sangat bersahabat dengan LDR. Seperti kali ini, aku takluk (lagi) dengan rayuan jarak.
Melihat bagaimana dia memperlakukan aku. Melihat keseriusan niatnya untuk bisa bersamaku. Melihat kesiagaannya yang bisa selalu ada buatku. Aku merasa cukup. Sangat tercukupi dengan hubungan yang dia suguhkan untukku.
Bli, itu caraku memanggilnya. Dia sosok dewasa yang bisa mengajarkanku banyak hal. Pertemuan kami lucu. Seperti terlalu banyak kebetulan dalam pertemuan ini. Ayahku sempat bercerita bahwa beliau ingin memperkenalkan anak salah satu temannya dan aku tak pernah mau. Aku sama sekali tidak berminat dengan konspirasi perjodohan meskipun secara halus. Aku merasa masih mampu memilih sendiri siapa yang akan aku jadikan pasangan hidup tanpa campur tangan orang tuaku.
Akhirnya orang tuaku menyerah, dan memberikan semua keputusan di tanganku. Sampai suatu hari, temanku di Bandung memperkenalkanku dengan Bli. Saling bertukar cerita dan membuatku nyaman. Ramah, santun, dan lucu, itu kesan pertama kali saat aku mengobrol dengannya melalui telepon. Setelah beberapa lama saling bercerita, ternyata orang tua kami saling kenal. Sore itu saat sedang santai sore, aku iseng bertanya ke ayah.
“Yah, kenal Om Laksana?”
“Kenal, kenapa?” jawab ayah sambil tetap membaca korannya.
“Hoooooo…..nggak kok….” Jawabku berusaha datar.
“Nah anaknya Om Laksana itu yang mau ayah kenalin ke kamu kemarin. Anaknya ganteng, baik, pinter, sekarang tinggal di Bandung….” Tambah ayah sambil terus asik membolak-balikkan halaman demi halaman korannya.
Bisa merasakan apa yang aku rasa saat itu? Entahlah. Ada rasa yang perlahan hadir. Ada rasa kedekatan yang tiba-tiba muncul. Kebetulan ataukah jodoh, entahlah. Tuhan itu ajaib dan inilah cerita yang sedang Tuhan tuliskan untukku.
Pertemuan kami pertama kali di Bandung, aku memutuskan untuk menghampiri dia dan bertemu langsung. Setelah kurang dari dua bulan kami berkenalan dan aku merasakan ada getaran yang beda dari dirinya. Rasa yang bahkan tak pernah aku rasakan sebelumnya. Kami terus bertukar kabar, bahkan sesekali dia sering tiba-tiba menelepon ke rumah dan berbicara dengan ayahku. Entah apa yang mereka bicarakan.
Bandara Husein Sastranegara, tempat ini tak akan pernah aku lupakan sepanjang perjalanan hidupku nantinya, di sini pertama kali aku dipertemukan dengan makhluk Tuhan yang sampai saat ini selalu membahagiakanku. Makhluk Tuhan yang banyak mengajarkan aku tentang hidup. Makhluk Tuhan yang selalu berusaha tersenyum di hadapanku seberat apa pun masalah yang sedang dihadapi. Makhluk Tuhan yang selalu mengajarkanku untuk ikhlas jika hal yang tidak sesuai keinginanku harus terjadi. Makhluk Tuhan yang selalu memiliki pemikiran bahwa di setiap hal buruk yang kita hadapi, tidaklah sepenuhnya buruk, pasti ada hal baik yang Tuhan siapkan di balik itu semua.
Malam itu, Kamis 28 Juni 2012, ada yang menungguku di bandara ini, bukan… bukan di pintu kedatangan, tapi tepat di pinggir landasan pesawat. Ada yang diam-diam memperhatikan setiap penumpang yang turun sambil menghisap rokok alih-alih menampakkan gugupnya. Lalu tersenyum saat tahu matanya sudah menangkap sosokku. Aku tau sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di tangga pesawat, ada yang diam-diam memperhatikanku. Aku hanya menunduk dan berjalan cepat ke pintu kedatangan sambil menyembunyikan wajahku yang bersemu merah saat aku membaca pesan dari dia :
“Aku udah liat kamu, aku di samping ford ranger kuning, kamu cantik… J”
Secepat laju pesawat saat terbang tadi, aku berjalan bergegas menghampirinya. Beribu kupu-kupu merah muda serasa sedang menari gemulai di perutku. Rasa yang belum pernah aku dapati melayang di dalam asaku sebelumnya.
Kami punya banyak cara dalam mengungkapkan rasa sayang walaupun terhalang jarak, cara-cara sederhana tapi sangat berkesan. Kami hanya mengandalkan fasilitas messenger dan telepin, cukup. Ya, Bli bukan seorang maniak social network. Dia beranggapan, cukup dia dan aku yang tahu bagaimana dia mencintaiku, saat aku mengeluh, “Bli, bikin Twitter dong! Kan seru kita bisa mention-mention-an kalo aku kangen kamu.”
“Kalo kangen, kan tinggal telepon atau BBm sayang…” jawab dia sambil mengacak-acak rambutku.
Setiap pagi aku selalu membangunkan dia, atau sebaliknya. Begitulah cara kami mengawali hari-hari padat kami. Mengawali pagi dengan mendengar suaranya sampai suatu hari nanti aku benar-benar akan terbangun di sampingnya dan lembut mengecupnya setiap pagi. Kami juga terkadang bernyanyi lagu-lagu favorit kami dengan suara kacau balau seperti angin rebut lewat telepon dan biasanya diakhiri dengan tertawa terbahak-bahak saat menyadari kekonyolan yang baru saja kami lakukan. Hal lain, saat aku tahu dia tak sempat makan karena kesibukannya, dari Bali aku sering menelepon layanan delivery makanan cepat saji untuk dikirimkan ke alamat dia di bandung tanpa sepengetahuan dia. Semuanya sederhana, mengalir tanpa harus ada sesuatu yang dipaksakan.
Dia sosok yang selalu membebaskanku melakukan apa saja. Aku bisa menjadi bagaimana inginnya aku tanpa harus ada yang aku tutup-tutupi. Dia tidak pernah melarangku, apa pun, dan itu membuatku selalu berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan yang telah diberikannya kepadaku. Dia selalu berkata.
“Pasir kalo digenggam terlalu erat bisa habis semuanya, begitu juga cinta….”
Menjalani LDR tanpa tekanan dan tanpa aturan yang mengikat membuat semuanya terasa lebih ringan. Seperti air dari dua anak sungai yang mengalir secara natural, pada masanya, mereka berdua akan kembali bertemu lagi di hilir yang satu. Begitulah cinta jarak jauh yang kini sedang aku nikmati.
Siapa yang tak kenal rindu? Bukan hanya dalam LDR, pacaran jarak dekat pun selalu lekat dengan rasa yang satu ini. Rindu yang memicu resah. Rindu yang menimbulkan kengkuhan. Rindu yang membara hingga apinya terasa begitu menyesakkan dada. Rindu yang lama-kelamaan membentuk egoism diri kita.
Rindu itu indah, nikmatilah! Satu yang tersulit adalah saat kita rindu, tapi satu hati lagi yang berada di sana sedang sibuk. Aku dan dia sering terperangkap dalam situasi seperti itu. Kami menyiasatinya dengan cara yang kami sebut “Let me know!” ya, let me know, yang dekat saja belum tentu bisa mengerti isi pikiran masing-masing, apalagi yang jauh. Saat kami rindu, tapi salah satu di antara kamisedang sibuk, kami selalu mengirimkan pesan singkat, sesingkat : I miss you, kemudian mengalihkan semuanya dengan melakukan apa yang kami suka. Sampai salah satu di antara kami mengirimkan sinyal bahwa sudah menyelesaikan kesibukan sendiri dan dan siap untuk diganggu. Ada kadar rasa memiliki yang semakin bertambah saat kita berhasil membendung ego rindu itu dengan mengerti kesibukannya. Mungkin karena pernah sama-sama dikecewakan oleh seseorang di masa lalu, kami yang mengatasnamakan “jarak” menjadi lebih ikhlas menjalani semuanya, tanpa ada paksaan, tanpa ada tekanan dan control berlebih satu sama lain.
Subuh itu, aku harus kembali ke Bali setelah kunjunganku beberapa kali ke Bandung. Saat dia mengantarkanku ke biro perjalanan, dia mengutarakan sesuatu yang benar-benar membuat keseluruhan indraku ikut berpikir keras berusaha mempercayai kenyataan kalimatnya.
“Pacarannya jangan lama-lama ya. Kepulanganku ke Bali nanti, aku akan langsung bicara sama ayahmu untuk memohon restu beliau. Aku ingin kita terjalin dalam ikatan yang resmi secara agama dan hukum.” Katanya sesaat sebelum aku naik ke bus sambil menggenggam tanganku.
Rasa haru yang tak terhingga begitu membelenggu ku dan mungkin juga kamu, seluruh wanita yang membaca ini, di saat ada seorang pria menyatakan bahwa dia menginginkan dirimu menjadi ibu bagi anak-anak kalian di masa depan. Kabar baiknya adalah saat ini kami sedang mempersiapkan pernikahan kami. Terima kasih Tuhan, jika aku tau sehebat dan seindah ini hadiah yang kau siapkan untukku, mungkin aku tak akan mengeluarkan banyak air mata saat Kau menuliskan episode pembelajaran beberapa waktu lalu.
Untuk kamu Bli yang di sana :
Terima kasih untuk semua indah yang telah kita lewati bersama, tetaplah menjadi sosok, lelaki yang tenang dan bertutur lembut, tapi tetap berwibawa. Terima kasih untuk lebih memilih diam mendengarkan, kemudian memahami dan tak membiarkan emosi mengetahui nalarmu saat rindu mengubahku menjadi sosok yang egois.
Terima kasih untuk memilihku menjadi wanita yang akan kau kecup keningnya nanti sesaat setelah kau pasangkan cincin di jemarinya, kemudian yang akan kau genggam tangannya nanti sesaat setelah melahirkan anak-anakmu kelak.
Suatu saat nanti, saat dimana kita berpikir bahwa kita berbeda dan tak dapat disatukan lagi, ingatlah dulu saat kita berusaha memaklumi, memperjuangkan, kemudian menyatukan semua perbedaan yang ada.
Suatu saat nanti, ketika kau berpikir bahwa kau bisa saja hidup tanpaku, ingatlah dulu saat kau panic jika tak menerima kabarku walau barang semenit.
Suatu saat nanti, saat kau merasa perdebatan kita tentang suatu hal adalah tanda bahwa kita sudah tidak sejalan lagi, ingatlah, saat dulu bagaimana kau mendengarkan semua pendapatku, meresapi, mengerti, kemudian menerimanya.
Suatu saat nanti, ketika membuatku tersipu karena pujianmu bukan hal yang penting lagi, ingatlah, dulu saat kau merangkaikan banyak kata cinta untukku.
Suatu saat nanti, saat kau melihat wanita lain yang kau kira jauh lebih mengerti dirimu, ingatlah, saat dahulu hanya aku tempatmu pulang dan berkeluh kesah tentang semua yang terjadi di hidupmu. Ketika dulu aku mendengarkan, memberi saran, dan kau tersenyum, kemudian mengecup keningku.
Suatu saat nanti, saat semuanya terasa biasa saja, ingatlah, dulu saat kita selalu mengucap syukur atas pertemuan kita ini.
Aku sadar tak ada yang abadi, bahkan mungkin rasa ini, tapi ingatlah saat kita sama-sama berharap rasa ini ada untuk selamanya dan berharap tak aka nada kata pisah yang terucap.
Long Distance Relationship itu tergantung bagaimana kita menjalaninya. Lama atau tidaknya kita mengatasi jarak bukan jaminan untuk sebuah janji yang pernah terucap. Bukan jarak yang jadi masalah karena yang terpenting yakni adanya komitmen untuk tetap bersama dari kedua belah pihak. Jalanilah semua sebaik-baiknya, janji mudah untuk diucapkan dan berarti juga mudah untuk diingkari. Tapi, ketetapan hati untuk selalu bersama itu yang harus selalu dipupuk. Intinya, tak akan pernah ada masalah dengan jarak, yang harus dijaga adalah hati dan kepercayaan pasangan masing-masing.
@pacaranLDR
Karya Sapardi Djoko Damono
by Rafika Kusuma's World on Nov.26, 2015, under sastra
Aku Ingin
Oleh : Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu,
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
Rafika Kusuma’s World
Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari
Oleh : Sapardi Djoko Damono
Waktu berjalan ke arah barat di waktu pagi hari
matahari mengikutiku di belakanag
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami
yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami
yang harus berjalan di depan
Rafika Kusuma’s World
Hijrahku dalam Berhijab
by Rafika Kusuma's World on Nov.26, 2015, under Religi
Niat diriku memakai jilbab sudah ada ketika aku duduk di bangku SMP,tapi karna mungkin waktu itu hidayah belum datang niatku masih setengah-setengah.Dalam pikiranku saat itu “Sholatku saja masih disuruh,nanti aja deh pakai jilbabnya takut dibilang kerdus”. Jadi saat itu aku memilih untuk menunda memakai jilbab sampai aku siap.
Waktu terus berjalan,sampai memasuki masa SMA tapi diriku juga belum berjilbab.Tadinya berniat masuk SMA pakai jilbab,tapi ditunda lagi niat tersebut.Tapi di masa SMA pula aku memutuskan untuk berjilbab hingga saat ini.Semua berawal dari ROHIS.Waktu itu aku ikut ekskul rohis,ketika sedang mentoring membahas tentang jilbab itu jleb banget.Aku merasa malu,malu sama teman-teman,malu sama Murabiyahku,terutama lebih malu sama Allah.
Aku baru tahu dari mentoring,ternyata berjilbab adalah sebuah kewajiban layaknya seperti sholat.Jadi tak ada tuh kalimat-kalimat yang seharusnya menyatakan “jilbabi hati dulu baru fisik”. Bahkan Allah sendiri yang memerintahkan berjilbab didalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 31 dan Al-Ahzab ayat 59.
Semakin galau aja diriku saat itu,setelah mendapatkan mentoring tentang jilbab.Aku ingin rasanya langsung berjilbab tetapi semuanya tidak mudah bagiku.Terlebih dahulu aku harus ngomong sama orang tua,beli baju lengan panjang dll nya.Ketika pergi acara rohis aku memakai jilbab,aku merasa nyaman sekali.Akhirnya terkadang aku pergi main bersama teman-teman rohisku yang lain aku memakai jilbab dan juga memakai rok.Tetapi kondisiku saat itu adalah belum berjilbab kesekolah,hanya berjilbab ketika pergi saja. Dalam hati bilang “Sampai kapan mau gini,masa sekolah ngga pakai jilbab,pergi main pakai jilbab sih ky”
Mungkin ini adalah salah satu yang dinamakan proses kali ya…
Aku mencoba menutarakan niatku berjilbab kepada mamahku,dan akhirnya mamahku mengizinkan tapi mamahku menyuruhku untuk memakai baju seragam yang lama dengan menggunakan manset.Tidak masalah bagiku,sudah dapat izin dan kemudahan untuk menggunakan jilbab saja aku sudah senang.Dan akhirnya,hari senin masuk sekolah aku memakai jilbab.Anak-anak disekolah rame komentar dan banyak juga yang ngecie-ciein -_-
Alhamdulilah tahap awal sudah terlaksana
Setelah memakai jilbab ternyata perjuanganku belum selesai,saat itu aku masih mengenakan celana jeans dan jilbabku pun belum menutupi dada.Punya rok pun cuma ada dua, warna merah dan abu-abu. Baju lengan panjangpun aku masih sedikit.Jadi saat itu kalau pakai rok harajuku warnanya nabrak-nabrak.-_- Oke kawan,lagi-lagi ini adalah sebuah proses. Aku mulai satu persatu membeli rok dan baju lengan panjang.Sudah perlahan terkumpul aku mulai mengganti kebiasaanku memakai jeans dengan memakai rok. Awalnya sih tidak terbiasa dan lumayan ribet kalau naik motor gitu.Tapi lama-kelamaan juga sudah terbiasa. Kenapa ya harus pakai rok? Kalian tahu? Karena jeans itu kan ketat jadi lekuk kakiku masih terlihat dan juga katanya aku pernah baca jeans itu tidak bagus untuk rahim seorang wanita J
Alhamdulilah tahap kedua sudah terlaksana
Sudah pakai jilbab,sudah pakai rok. Tapi masih juga belum sesuai syariat.Kira-kira kalian tahu tidak apa yang kurang? Hmm… ternyata masih kurang kaus kaki.Pakai kaos kaki juga harus? Iya harus,karena kaki juga ternyata masih aurat seorang wanita loh :’) Aurat seorang wanita itu adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan terlapak tangan.Perlahan-lahan aku juga belajar menggunakan kaus kaki.Walaupun awalnya rada sulit dan tidak nyaman tapi lama-kelamaan juga akan terbiasa.
Nah,kaus kaki sudah sekarang tinggal balik lagi kejilbabku. Ada apa lagi dengan jilbab? Kalian yang belum tahu mungkin sedikit bingung kali ya,sudah pakai jilbab masih juga bermasalah.Nah,untuk jilbab kira-kira kalian tahu apa masalahnya?
Hmm.. Jilbabku masih menerawang,belum menutup dada dan aku masih menguncir rambutku hingga menonjol. Jilbab yang sesuai syariat itu tidak menerawang,menutupi dada dan juga tidak menyerupai punuk unta.Oke awalnya lagi-lagi ini pun sulit bagiku.Agar tidak menerawang bagaimana caranya? aku harus mendouble jilbabku,karna kebanyakan jilbabku adalah bahan paris jadi harus ku double karna bahannya tipis. Emangnya ngga panas? Emangnya ngga ribet? Awalnya juga aku merasa panas dan ribet kok,tapi lagi-lagi ini adalah sebuah proses.Lama-kelamaan juga nanti akan terbiasa
Terus,tidak menyerupai punuk unta itu yang seperti apa ya?
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya, (1) Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia (maksudnya penguasa yang dzalim) dan (2) perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi syurga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jaraknya jauh sekali).” (HR. Muslim dan yang lainnya).
Saat tahu hadis itu,akupun juga perlahan belajar untuk tidak menguncir rambutku tinggi-tinggi sampai membentuk menonjol seperti punuk unta.Lagi-lagi ini juga adalah proses.
Nah kawan-kawan,itulah sedikit ceritaku tentang perjalanan hijrahku untuk memakai jilbab.Sebenarnya kenyataannya tidak semudah yang aku ceritakan.Hijrah kesesuatu yang lebih baik itu tidak mudah dan juga membutuhkan proses.Jadi kita harus menghargai sebuah proses
Ketika sudah menjilbabi fisik,perlahan kita juga harus menjilbabi hati kita agar penampilan sesuai dengan akhlak kita.Cara jilbabi hati gimana? Kalau aku sendiri banyak dateng ke acara-acara seminar kemuslimahan,dateng ke kajian ilmu,ikut mabit dan lain-lain.
Disini aku hanya ingin berbagi cerita pengalamanku kepada kalian,aku juga masih banyak harus belajar dan memperbaiki diriku. Nah kawan, jadi mulai sekarang yuk jilbabi fisik dahulu kemudian kondisikan dengan menjilbabi hati perlahan-lahan
Sumber : https://duniajilbab.co.id/inspirasi-hijrah/hijrahku-dalam-berhijab/
Hijrah itu Indah
by Rafika Kusuma's World on Nov.26, 2015, under Religi
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah alaa kuuli hal, saya bukan berasal dari keluarga yang fasih dan kaffah pemahaman agamanya, jadi dari kecil keluarga saya hanya mengajarkan bahwa islam adalah shalat, baca quran, puasa, zakat, dan naik haji bagi yang mampu, pun berikut dengan ajaran-ajaran akhlakul karimah yang baik. bahkan saat saya kecil saya suka bolos ngaji gara-gara ikutan abang ketiga saya haha astagfirullah..
Hijab? mungkin hanya anjuran dalam islam aja kali ya, soalnya temen-temen saya banyak yang islam tapi ga hijab. Ibu saya pun dulu belum berjilbab tapi alhamdulillah sekarang beliau sudah berhijab walaupun kadang masih belum syar’i hehe
Saya memang sudah disuruh abang-abang saya buat berjilbab sejak SD, namun karena saya masih bisa dibilang “bebel” dan saya masih mikir “ah jilbab kan panas, ga kuat ah gerah” “ah nanti gue gabisa pake baju dress dong” subhanallah saya masih terlena dengan dunia.. padahal neraka itu lebih panas dibanding panasnya matahari..
Awal SMA saya mulai berhijab tp masih belum karna Allah tapi karena saya nazar “kalo saya masuk SMA itu saya akan berhijab”Alhamdulillah saya keterima dan memutuskan menjalanin nazar saya, karena itu niatnya memang bukan karena Allah sayapun masih “lepas pasang” hijab saya, bahkan disocial media pun saya masih memajang foto-foto sexy saya(?) ahahaha bukan sexy maksudnya mengumbar2 aurat.. 1tahun setengah saya lepas pasang hijab dan kelas 2 semester akhir saya memutuskan untuk benar2 berhijab.. etsss bukan benar2 sih hijab saya masih belum benar setidaknya saya tidak “lepas pasang” hijab lagi dan mengerti bahwa hijab saya itu bukan karena nazar ataupun orang lain tapi karen Allah.
Akhir kelas 3 saya memutuskan untuk memperbaiki hijab saya, saya mencoba berhijab syar’i.. namun itu hanya berhijab syar’i saja saya tidak memahami betul arti syar’i dan belum memahami islam dan taat kepada Allah lebih lanjut. 1 bulan saya mencoba berhijab syar’i tiba-tiba seseorang datang, seseorang yang bisa mengambil hati saya, maklum saya perempuan dan perempuan itu lemah dalam masalah hati hiks. dan saya memutuskan pacaran kembali setelah 2tahun saya menjomblo.. dan saya melepaskan hijab syar’i saya demi pacaran.. karena saya juga malu kalau pakaian saya sudah sempurna tapi saya masih pacaran:( astagfirullaah. maka sebab itu saya kembali ke hijab fashion.. hijabnya remaja-remaja sekarang.
***skip***
Setelah itu 18tahun larut dalam lalai dunia.. berzina terus.. dan sholatpun masih bolong-bolong, tadarusan jarang banget. pokoknya jauh banget lah dari Allah.. Alhamdulillah qadarallah, mungkin Allah melihat sebutir hal baik dalam diri saya, jadi Allah memberi teguran bagi saya dengan cara-Nya yang indah. mulai dari ada masalah keluarga, masalah masa depan saya, masalah dengan PATAH HATI juga yang bikin saya bener-bener “da aku mah apa atuh” Allah benar2 masih sayang sama saya, harusnya saya sadar dengan keadaan orang yang bisa membuka hati saya itu adalah ujian keistiqomahan saya namun saya buta, saya benar2 buat mata, hati, telinga semuanya sudah ditutup oleh syetan. Hingga saatnya saya merasakan patah hati yang sangat mendalam jauh disaat saya dulu merasakan patah hati, kali ini benar-benar kecewa, dan sakit hati bangetlah pokoknya. mungkin ini yang Allah rasakan ketika saya meninggalkan keistiqomahan dan menjauh dari-Nya subhanallah:(
Hati saya benar-benar hancur, saya gatau lagi apa yang harus saya lakukan dan disaat itu masalah masa depan saya muncul saya benar-benar tidak kuat saat itu namun alhamdulillah kektuk hati saya untuk kembali ke jalan-Nya, kembali mendekatinya dahulu.. dan saya menemukan satu ayat Quran “Dan hanya mengingat Allah hati menjadi tenang” (QS: Ar Rad:26). disinilah titik hijrah”>hijrah saya..
Berawal dari ketagihan shalat, karena dari shalat saya menemukan ketenangan yang luar biasa, mulai dari yang wajib hingga sunnah, hingga saya pun mulai ketagihan dengan membaca ayat-ayat Quran tiap harinya. Masya Allah rasanya adeem sekali, hati saya tenaangg.. dan perlahan-lahan hati sayapun pulih dari kata hancurnya patah hati HAHAHA. dan dari patah hatilah saya sadar.. pacaran itu ga penting sangat amat ga penting, membuat dosa malah iya, ujung-ujungnya patah hati, lagian dengan pacaran bukan berarti pacar kita itu adalah jodoh kita loh. walaupun itu adalah jodoh tapi tetep saja dimata Allah kalian telah berbuat zina.
Dan hingga akhirnya saya ikut kajian dimesjid komplek, dan disitu ustadz harry mukti menjelaskan tentang “wanita sholeha bidadari syurga” Masya Allah makin terketuk hati saya mencoba menjadi wanita-wanita sholeha dan menjadi muslimah yang lebih baik lagi. ohiya kembali kemasalah pacaran.. ustadz pun menjelaskan tentang orang2 yang melakukan zina terutama perempuan. zaman rasullulah orang-orang yang berzina ditimpuk batu berkali-kali astagfirullah, dan untuk mencium syurga pun dia tidak berhak:’) dan dosanya subhanallah ga tau deh semana:’) dan senajis-najisnya seharam-haramnya babi lebih haram dan najis orang yang berpacaran. astagfirullah ga ngerti lagi deh Allah mengampuni dosa saya kemarin atau tidak:”( (malu saya kalo ingat kemarin pas pacaran:”)
Dari proses saya belajar sendiri dan ujian-ujian yang sudah Allah kasih. saya tahu bahwa hijab itu adalah kewajiban seorang muslimah. dan lebih mengerti lagi bahwa hijab itu semestinya yang longgar dan menutupi dada, dan jangan lupa kaos kakinya. karena kaki juga termasuk aurat dengan berhijab sesuai aturan Allah saya terlihat lebih sederhana dan anggun, dan terjaga dari laki-laki brengsek. hanya laki-laki yang berkomitmen,serius,bernyali, dan mengerti agamalah yang berani mendekati kami. insya Allah. dan tidak berpacaran lagi. doakan saya agar tetap istiqomah karena iman itu terkadang naik dan turun:)
“belajarlah mencintai Allah terlebih dahulu insyaallah Allah akan mendatangkan seorang yang mencintaimu karena Allah”
Sumber : https://duniajilbab.co.id/inspirasi-hijrah/hijrah-itu-indah/
Bunga Mawar #5
by Rafika Kusuma's World on Nov.24, 2015, under Blog Award Unnes
Suatu ketika ada seorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.
Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.
Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.
Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.
Sumber : https://lifeblogid.com/2015/01/03/kumpulan-cerita-motivasi-kehidupan-dan-kisah-inspiratif-bijak/3/
Budidaya Rumah Bibit dalam Polibag #4
by Rafika Kusuma's World on Nov.17, 2015, under Blog Award Unnes
Kalian pasti ingin mengisi kesibukan dengan hal yang bermanfaat, menyenangkan, dan tentunya menghasilkan sebuah hasil kan? Nah, bercocok tanam adalah salah satu hal yang dapat dicoba dan tentunya akan menyenangkan apabila sudah membuahkan hasil panen yang banyak. Mungkin yang Anda pikirkan tentang bercocok tanam adalah ribet, melelahkan, dan membutuhkan tempat yang luas. Namun kali ini akan dibahas tentang penanaman bibit dalam polibag. Keunggulan dari penanaman bibit dalam polibag tersebut antara lain dapat diusahakan dalam skala kecil atau rumah tangga, terhindar dari penyakit lewat akar, menghemat pemakaian pupuk, lebih hemat tempat karena dapat disusun dalam rak yang bertumpuk atau bersusun. Sayuran yang dihasilkan dapat dikonsumsi sendiri atau dapat dijual. Di sisi lain terdapat kekurangan yang akan didapat, di antaranya memerlukan biaya untuk penyediaan polibag, memerlukan tempat penjualan yang luas bila akan menjual sayuran beserta polibagnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bercocok tanam, yaitu media tanam. Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok tanam yang akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman. Polibag cocoknya digunakan untuk penanaman sayuran organik. Seperti seledri, tomat, terong, kacang panjang, sawi, dan lain sebagainya. Media tanam yang harus disiapkan untuk menanam sayuran dalam polibag, diantaranya :
- Tanah
- Kompos atau humus
- Arang sekam atau sabut kelapa
Media tanam sangat berguna apabila kita menanam sayuran dalam polibag atau pot. Misalnya saja bila kita akan menanam tomat dalam polibag, harus melakukan penyemaian terhadap biji tomat terlebih dahulu. Lalu melakukan penyiraman selama 2 kali sehari. Pemupukan dapat dilakukan setelah 2 minggu dengan pupuk kompos. Selain itu dilakukan penyiangan agar tidak tumbuh gulma di area persemaian. Setelah 30 hari, bibit tanaman tomat dapat dipindahkan ke dalam polibag. Pemeliharaan sayuran dalam polibag relative mudah dan kesehatan tanaman terkontrol, karena terhindar dari penularan penyakit lewat akar.
Persiapan dan langkah kerja untuk memulai penanaman sayuran dalam polibag adalah :
- Persiapan tempat dan media
- Tempat yang akan digunakan adalah polibag
- Media tanam yang digunakan umumnya campuran tanah dan pupuk kandang
- Persemaian
- Ukuran biji yang kecil seperti sawi, selada, cabai atau tomat
- Tempat persemaian adalah kotak kayu, polibag atau yang lainnya yang berdiameter 10 cm dan belum berlubang
- Dapat digunakan campuran kompos dengan perbandingan 1:3
- Biji atau benih ditanam pada wadah persemaian dengan jarak 1-3 cm
- Memperhatikan waktu persemaian tergantung dari jenis sayur
- Penanaman
- Perawatan
Cara perawatan sayuran yang ditanam dalam polibag adalah :
- Setiap hari tanaman diperiksa jangan sampai ada hama atau penyakit
- Tambahkan pupuk kompos atau pupuk kandang apabila terlihat kurang subur
- Siram tanaman apabila tanah terlihat kering
Postingan yang simple dan semoga dapat bermanfaat untuk Anda yang ingin mencobanya.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”
Jangan Remehkan Kebaikan Sekecil Apapun #3
by Rafika Kusuma's World on Nov.17, 2015, under Blog Award Unnes
Teman-teman, sering kali kita mengabaikan hal kecil bukan? Tanpa kita sadari kita telah membuat kesalahan fatal. Jangan pernah menyepelekan atau meremehkan hal sekecil apapun. Karena untuk memulai hal besar, kita harus mengawalinya dengan hal-hal terkecil dahulu. Sebagai contoh simple nya seringkali kita mengabaikan senyuman kepada orang lain. Padahal hal itu dapat menentramkan hati orang lain bahkan memiliki arti yang besar tanpa kita sadari. Terkadang kita terjatuh bukan karena kita menabrak tembok yang besar atau tiang yang tinggi, tapi karena tersandung kerikil atau batu kecil yang tak terlihat oleh mata kita. Jadi jangan pernah remehkan kebaikan sekecil apapun karena bisa jadi pertolongan Allah dating kepada kita karena kebaikan-kebaikan kecil yang kita buat.
Seperti dalam Hadist Riwayat Muslim dari Abi Dzar, Rasulullah bersabda “Janganlah kamu meremehkan kebajikan sekalipun sangat kecil walau hanya sekedar wajah cerah yang kamu berikan ketika bertemu saudaramu.” Senyum manis yang kita berikan untuk saudara kita itu ada balasannya.
Senyum ramah dan hangat, saling tegur sapa, dan tutur kata yang baik dapat menghantarkanmu kepada Syurga Allah dan menjauhkan kita dari api neraka. Ukhuwah Islamiyah dapat terjalin dengan baik dan akan selalu merekat. Dengan begitu kita dapat mendamaikan hati seseorang walau dengan cara yang sederhana. Mari kita simak pada QS. Az-Zalzalah ayat 7-8. Yang artinya adalah 7)Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. 8)Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Kita simak lagi pada QS. Hud : 114 yang artinya “Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).”
“TUlisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”
Budaya Konservasi dan Konservasi Berbudaya #1
by Rafika Kusuma's World on Nov.11, 2015, under Blog Award Unnes
Sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa Unnes tentunya kita sudah tau tentang apa itu Konservasi. Apalagi sudah mendapat mata kuliah pendidikan konservasi sejak semester pertama. Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus tau dahulu definisi dari konservasi. Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Pelestarian terhadap lingkungan alam sekitar.
Namun pengertian konservasi bukan saja mencakup alam dan sekitarnya. Tetapi juga hal lain yang lebih luas. Seperti dalam postingan ini akan membahas tentang konservasi berbudaya. Selain harus membudayakan konservasi, kita harus tahu apa itu konservasi berbudaya. Budaya artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan akal dan budi manusia. Budaya sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang artinya akal atau budi manusia. Dalam bahasa Inggris sering disebut “culture” dan “kultur” dalam Bahasa Indonesia.
Budaya merupakan hasil pewarisan dari generasi-generasi sebelumnya yang merupakan suatu cara hidup yang berkembang dalam masayarakat dan diturunkan kepada generasi selanjutnya. Budaya memanglah sangat erat hubungannya dengan masyarakat, karena budaya hidup dan berkembang dalam masyarakat itu sendiri. Berdasarkan sumber Wikipedia, menurut ahli antropologi Cateora, budaya memiliki beberapa komponen menurut wujudnya, yaitu :
- Budaya Material, mengacu pada hasil cipta manusia yang nyata, konkret. Misalnya pesawat terbang, televise, gedung pencakar langit, dan lain sebagainya.
- Budaya Non Material, warisan yang bersifat abstrak. Contohnya lagu daerah, tarian tradisional, dongeng, atau pun cerita rakyat.
- Lembaga Sosial
- Sistem kepercayaan, adalah system keyakinan yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Karena dapat mempengaruhi kebiasaan, pola pikir manusia tentang bagaimana cara memandang hidup dan kehidupan, cara berkonsumsi, hingga cara berkomunikasi.
- Estetika, berhubungan dengan keindahan seperti seni, music, cerita rakyat, dongeng, tari-tarian tradisional yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
- Bahasa, merupakan alat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Maka dari itu kita harus bisa memahami dan mengerti bahasa orang lain yang berbeda dengan kita. Karena setiap daerah mempunyai bahasa yang berbeda. Dengan begitu kita akan mendapatkan simpati dan empati dari orang lain dengan berkomunikasi yang baik.
Setelah mempelajari tentang budaya, tentunya sebagai kalangan yang terpelajar menyadari bahwa budaya Indonesia yang kaya dan beraneka raga mini haruslah kita lestarika. Itu adalah salah satu wujud nyata dari perwujudan jiwa konservasi yaitu jiwa untuk melestarikan dan melindungi peninggalan yang sudah ada itu. Jangan merusak atau meremehkan dan menganggap tidak penting dengan hasil budaya Indonesia ini. Kita patut bangga atas apa yang sudah diturunkan para leluhur kita. Tinggal bagaimana kita menjaga, melestarikan, dan mengembangkannya di jaman yang semakin modern ini.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”
Tips Bersabar Menghadapi Gangguan Manusia #2
by Rafika Kusuma's World on Nov.10, 2015, under Blog Award Unnes
- Yakin bahwa diri kita adalah makhluk Allah yang banyak salah dan dosa.
Meyakini bahwa kita sebagai umat Nya yang rendah dengan segala kekurangan yang ada. Bahwa orang yang mau dengan ikhlas memaafkan orang lain, Allah akan mengampuni segala kesalahan dan dosa kita.
- Meyakini bahwa Allah akan memberikan balasan yang sama terhadap kita yang senantiasa mau memaafkan kesalahan orang lain, melupakan salahnya, serta berbuat baik kepada mereka yang sudah mengganggu kita. Dengan begitu Allah akan memaafkan serta mengampuni kesalahan kita serta memberikan kita ketabahan atas gangguan orang terhadap kita.
- Jangan menyimpan dendam terhadap kesalahan orang lain kepada kita. Itu akan menimbulkan benih-benih penyakit hati yang tidak sehat untuk kita. Sebaiknya kita membalas keburukan dengan kebaikan-kebaikan kepada mereka. Sesungguhnya itu lebih baik daripada kita membalas dengan hal yang sama.
- Jika ingin dosa-dosa kita diampuni oleh Allah walaupun kita banyak salah dan dosa, serta mendapatkan kebaikan dan nikmat Allah, maka lakukanlah hal yang sama terhadap orang lain. Banyak memaafkan dan melakukan kebaikan kepada mereka walaupun mereka banyak salah dan dosa kepada kita karena “balasan itu sesuai dengan amalan yang kita lakukan”.
- Pasrahkan semuanya kepada Allah. Belajarlah untuk memaafkan orang lain dan membersihkan hati yang kotor agar tidak menimbun penyakit hati yang semakin lama semakin menumpuk. Kuncinya adalah ikhlas lillahi ta’ala.
- Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Asy-Syuura:43
Yang artinya “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”
Dan Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imraan:200
Yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.”
Semoga postingan ini bermanfaat untuk kita semua.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”