RENUNGAN UNTUK “IBU”

Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan kedunia,

Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan …

“Para Malaikat disini mengatakan bahwa besok mereka akan mengirimkan ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana ? saya begitu kecil dan lemah”.

Tuhan menjawab …

“Aku telah memilih satu Malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu”.

“Tapi di surga apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi saya untuk bahagia”. (Demikian kata si bayi)

Tuhan pun menjawab …

“Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia”.

Si bayi pun bertanya kembali …

“Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepada-Mu ?”

Sekali lagi Tuhan menjawab …

“Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdo’a”.

Si bayi pun masih belum puas, ia pun bertanya lagi,

“Saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya ?”

Dengan penuh kesabaran Tuhan pun menjawab …

“Malaikatmu akan melindungi dengan taruhan jiwanya sakalipun”.

Si bayi pun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya,

“Tapi saya akan bersedih, karena tidak melihat Engkau lagi”.

Dan Tuhan pun menjawab …

“Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku dan akan mengajarkan bagaimanan cara agar kamu bisa kembali pada-Ku walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisi-Mu”.

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar, dan sang anak dengan suara lirih bertanya …

“Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberi tahu siapa nama malaikat di rumahku nanti ?”

Tuhan pun menjawab,

“Kamu dapat memanggil malaikatmu IBU …”

Kenanglah IBU yang menyayangimu untuk IBU yang selalu meneteskan air mata ketika kita pergi.

Ingatlah engkau, ketika Ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu …

IBU … 🙂

 

PARIKAN KONSERVASI

Tuku klambi menyang kuto Jambi

Budhale ayo numpak bis trans

Aku iki bocah Konservasi

Mergo sinauku ana ing kampun UNNES

Nyetel radio lagune nyenengke ati

penyiare mbak Dewi Asri

Ayo konco pada biasakne konservasi

Ben kampus UNNES katon endah lan asri

Nonton bal-balan menyang Boyolali

Sinambi nonton ayo mangan kripik

Ayo mahasisiwa semangat konservasi

Lan uga semangat resik-resik

TAMAN SENI DAN BUDAYA SEBAGAI PELESTARIAN dan MEMPERKENALKAN BUDAYA KONSERVASI

Taman budaya dan Seni berbasis Konservasi

Taman Seni dan Budaya adalah bangunan yang didirikan dengan tujuan untuk pementasan seni serta pengembangan seni. Dalam upaya melestarikan kekayaan seni dan budaya, maka perlu dibentuk Proyek Pengembangan atau Gedung Pusat Kesenian dan Budaya khususnya di dalam lingkup masyarakat. Proyek ini diharapkan dapat sebagai wadah bagi masyarakat untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya asli  dan mengadaptasi unsur positif dari seni budaya luar sehingga seni budaya tidak berhenti serta dapat berkembang sepanjang masa. Sudah saatnya kita untuk menjaga dan melestarikan budaya Indonesia terutama di daerah terpencil. Kebudayaan merupakan cermin dari suatu bangsa, dari kebudayaan suatu bangsa dapat dikenal oleh seluruh dunia, tinggal bagai mana kita melestarikan suatu kebudayaan yang kita miliki sekarang, jaman moderenisasi tidak harus menggilas kebudayaan yang sudah ada yang menjadi kebanggaan kita dari dulu. Pada dasarnya Taman Budaya dan Seni ini juga harus di rawat penghijauannya agar terlihat asri di dalam pementasan nanti. Karena, dengan konservasi atau perawatan ini sendiri akan menghasilkan sebuah seni yang luar biasa untuk di nikmati.

Kebudayaan merupakan hasil karya seni yang indah dan mengagumkan, sesuatu yang dapat merangangsang panca indra dan dapat membuat kita takjub akan keindahan seni. Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, hampir disetiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda. kebudayaan dapat terbagi menjadi beberapa karya seni, seperti, Tarian, Musik Tradisional, Pakaian adat, Makanan khas dan masih banyak lagi.

Contoh di Kendal, memiliki kesenian berupa Lais, Bentuk pertunjukan Lais adalah diperankan seorang gadis remaja, dibantu oleh pawang dengan diiringi musik tradisional dan dikurung dalam keranjang setelah di buka beberapa saat sudah berganti pakaian dan makeup. kemudian dilengkapi dengan penari pendamping. Si pawang (dalang) sering mengundang Roh untuk masuk ke dalam pemeran lais. Bila, roh berhasil diundang, maka penari akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan mempesona.

Selain Lais di Sukorejo tepatnya di kabupaten Kendal juga pernah ada seni pertunjukan berupa Nini Thowong, adalah permainan berupa boneka dari tempurung kelapa, rangka bambu dan diberi pakaian seperti orang dan dimainkan oleh pawang yang biasa disebut Serati. Setelah siap, boneka tersebut dibawa ke pohon besar yang angker dan diberi sesajen yang bertujuan untuk memanggil dan agar kemasukan arwah. Permainan Nini Thowong berfungsi sosial karena mampu mengumpulkan anak-anak desa bermain bersama.

Kemudian ada juga Seni Tari yang memiliki keindahan dalam seni gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. tidak sembarang orang bisa melakukan tarian ini, gerakan tangan yang gemulai, gerakan kaki yang lincah dan berbagai macam gerakan yang dapat merangsang panca indra manusia, sehimgga menjadi takjub.

Masih banyak lagi seperti Kuda Lumping juga disebut Jaran Kepang adalah tarian tradisional menampilkan sekelompok prajurit menunggang kuda tiruan. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.

Kebudayaan lain yang dimiliki adalah Makanan Khas, Makanan Khas juga ada, seperti Brongkos, sebenarnya makanan khas asli Jogjakarta tetapi di Sukorejo kab. Kendal brongkos memiliki ciri khas sendiri dengan kuah lebih kental dan berwarna gelap tanpa sayuran yang menyerupai rawon namun agak sedikit berbeda. Brongkos Jogjakarta biasanya menggunakan sayuran seperti tomat, buncis, kacang dan tahu.

Dan masih banyak lagi Seni dan Budaya di Sukorejo kab. Kendal, Semoga dengan adanya artikel ini diharapkan dapat dihasilkan pengembangan Taman Budaya di wilayah Sukorejo kab. Kendal yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi kreatif dan sekaligus menjadi ruang untuk proses regenerasi nilai-nilai budaya, pengembangan inovasi artistik dan estetis, serta pertumbuhan ekonomi di daerah.

Dengan adanya pembiaasaan pelestarian budaya akan menimbulkan rasa semangat untuk ikut serta menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya. Kaum muda-mudi pun akan membawa efek yang baik di dalam pergaulannya.

By : raksa “ridwanto ardi kusumo”