Sajak-Sajak Yang Tak Berkesudahan

“Aku, Rumahmu”

Oleh : Ramadhanti Putri Margayani

Rembulan 15 Juli menyeringai diantara ranting cemara

Angin malam berbisik mesra disetiap detiknya

Masihkah Kau disana?

Anganku kembali tertikam oleh semunya hadirmu

Darimu Aku belajar, cara terdalam mencintai ialah melepaskan

Hari ini segala rindu dirumahkan pada pelukmu

Aku kembali tumbuh subur dalam belukar kerinduan

Namun, Sang waktu dengan egonya membawamu berlalu

Tak kusangka Aku terlalu jauh, teralu bersendu-rindu

Ingin menyatu denganmu, namun hanya ragu

 

Pulanglah, jika jalanmu kini membuatmu terluka

Untukku, pulang ialah kepada segala aman menetap

Tolong ! Aku hanya harap sadarmu

Rumahmu?

Itu pasti dipelukanku

 

Mari kita bicara sebentar tentang masa depan

Akan ku simpan dimana kenangan, saat kita saling melepaskan

Rapuh, remuk, tak berbentuk

Gila ! HAHAHA biar ! entah ! aku sedang gila

Apa dikata, siapa yang berhak merubah

Yasudah tak usah mendalam, tak usah bermuram

Aku hanya risau karena acuhmu

Namun apa gunanya mengutuk, jika pada akhirnya kehidupan jua yang menang

Inilah Aku, rumahmu yang tenggelam bersama sepotong senja, yang mati sore tadi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: