Syahadatain adalah rukun Islam yang pertama. Pentingnya syahadah ini karena syahadah sebagai
dasar bagi rukun Islam yang lain dan sebagai tiang untuk rukun Iman dan Dien. Syahadatain ini
menjadi ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh sebab itu, sangat penting syahadah
dalam kehidupan setiap muslim. Sebab-sebab kenapa syahadah penting bagi kehidupan muslim
adalah:
- Pintu masuknya Islam
- Intisari ajaran Islam
- Dasar-dasar perubahan menyeluruh
- Hakikat dakwah para rasul
- Keutamaan yang besar
Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita senantiasa
menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan azan. Kalimat syahadatain sering diucapkan
oleh ummat Islam dalam pelbagai keadaan. Kita menghafal kalimat syahadah dan dapat
menyebutnya dengan fasih, namun demikian sejauh manakah kesan kalimat syahadatain ini,
sejauh mana ia dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari ummat Islam?
Pertanyaan tersebut perlu dijawab dengan realitas yang ada. Tingkah laku ummat Islam yang
terpengaruh dengan budaya jahiliyah atau cara hidup Barat memberi gambaran bahwa syahadah
tidak cukup memberi pengaruh, terbukti mereka masih melakukan perkara-perkara yang dilarang
Allah dan meninggalkan perintah-Nya, memberi kesetiaan bukan kepada kaum muslimin, atau
tidak mensyukuri sesuatu yang diberikan kepada mereka. Contoh ini adalah wujud dari
seseorang yang tidak memahami syahadah yang dibacanya dan tidak mengerti makna yang
sebenarnya dibawa oleh syahadah tersebut.
Kalimat Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam. Tanpa
syahadah maka rukun Islam lainnya akan runtuh, begitu juga dengan rukun Iman. Tegaknya
syahadah dalam kehidupan individu akan menegakkan ibadah dan dien dalam hidup kita.
Dengan syahadatain terwujudlah sikap ruhani yang akan memberikan motivasi kepada tingkah
laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan rukun Islam lainnya.
Tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam, dan tegaknya rukun Islam mesti
didahului oleh tegaknya syahadah. Rasulullah saw. mengisyaratkan bahwa Islam itu bagaikan
sebuah bangunan. Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok
yaitu syahadatain, shalat, saum, zakat dan haji ke Baitulllah.
Di kalangan masyarakat Arab zaman Nabi saw. memahami betul makna syahadatain ini, terbukti
dalam suatu peristiwa dimana Nabi saw. mengumpulkan para pemimpin Quraisy dari kalangan
Bani Hasyim, Nabi saw. bersabda: Wahai saudara-saudara, maukah kalian aku beri satu kalimat,
di mana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah Arab. Kemudian Abu
Jahal menjawab: Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan kepadaku. Kemudian Nabi
saw. bersabda: Ucapkanlah Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah. Abu Jahal pun
menjawab: Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan
semua orang Arab dan bukan Arab.
Penolakan Abu Jahal kepada kalimat ini, bukan kerana dia tidak paham akan makna dari kalimat
itu, tetapi justru sebaliknya. Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk, taat dan patuh
kepada Allah swt. saja, dengan sikap ini maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya.
Abu Jahal ingin mendapatkan loyalitas dari kaum dan bangsanya. Penerimaan syahadah
bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya. Penerimaan inilah yang sulit bagi kaum
jahiliyah mengaplikasikan syahadah.
Sebenarnya, apabila mereka memahami bahwa loyalitas kepada Allah itu juga akan menambah
kekuatan kepada diri kita. Mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin dihargai.
Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia
sebagai muslim. Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi diantaranya ialah ahli hukum (Abu Amr). Setiap individu yang bersyahadah, maka ia menjadi khalifatullah fil Ardhi.
Kalimat syahadah mesti dipahami dengan benar, kerana di dalamnya terdapat makna yang sangat
tinggi. Dengan syahadah maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia ataupun di akhirat.
Syahadah sebagai kunci kehidupan dan tiang dari pada dien. Oleh karena itu, marilah kita
bersama memahami syahadatain ini.
- Madkhol Ila Al-Islam (pintu masuk ke dalam Islam).
Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain. Kesempurnaan iman seseorang
bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain. Syahadatain membedakan manusia
kepada muslim dan kafir. Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rububiyah di alam
arwah, tetapi ini saja belum cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadah Uluhiyah
dan syahadah Risalah di dunia.
“Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman, “Kamu
akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka
agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika mereka
mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada
mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu beritakan
kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang
kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu
dalam hal itu hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap
doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding pembatas.” (Bukhari
Muslim).
- Khulashah Ta’alim Islam (Ringkasan Ajaran Islam).
Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahamannya terhadap syahadatain.
Sebab seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini.
Ada 3 hal prinsip syahadatain :
- Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah saja. Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepada-Nya.
- Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad saw. Dan Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Manhaj Allah.
- Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.
- Asasul Inqilab (dasar-dasar perubahan).
Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya.
Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.
Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan
generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan kefahaman terhadap makna syahadatain
secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksanaan
ketika menerima maupun menolak.
Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain. Sehingga mereka yang tadinya
bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi
takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi
bersaudara di jalan Allah.
Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat
sekarang menjadi baik.
- Haqiqat Dakwah Rasul.
Setiap Rasul semenjak nabi Adam as. hingga nabi besar Muhammad saw. membawa misi
dakwahnya adalah syahadah. Apa yang diwahyukan kepada Rasulullah sama dengan apa yang
diwahyukan kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah berfirman,
“ Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan
wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. dan kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’ : 163).
- Fadailul A’dhim (ganjaran yang besar)
Banyak ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad saw. Di
antaranya seseorang akan dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari neraka seperti sabda
Rasulullah saw.
Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari Nabi saw. beliau bersabda, “Barangsiapa mengatakan tiada ilah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang dicampakkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq serta neraka itu haq. Allah akan memasukkannya ke surge, apapun amal perbuatannya.” (Bukhari).
Komentar