SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADAT

dua-kalimat-syahadat

Kalimat laa ilaha Illallah merupakan pintu gerbang seseorang masuk ke dalam Islam. Memahaminya akan mengantarkan manusia kepada syurga. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW.

“Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tiada ilah selain Allah,
maka ia masuk syurga.” (HR Muslim).

Tetapi kalimat ini tidak akan memberikan kebaikan kepada manusia hanya dengan mengulang-ulang pengucapannya atau menghafal lafaz-lafaznya. Wahab bin Munabbih pernah ditanya: “Bukankah laa ilaaha Illallah merupakan pintu syurga?” Kemudian Wahab menjawab, “Benar”, tetapi tidak ada kunci kecuali ia mempunyai gigi-gigi.
Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan dibukakan untukmu.
Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu.” Yang dimaksud gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaaha Illallah. Syarat-syarat diterimanya Laa ilaaha Illallah Ada tujuh buah persyaratan yang harus dimiliki, yaitu: ‘ilmu, alyaqin, al-qabuul, alinqiyaad, as-shidqu, al-ikhlas, mahabbah.

1. ‘Ilmu
Ilmu di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan, baik yang dinafikan (ilaah) maupun yang ditetapkan (Allah). Dengan ‘ilmu (mengetahui) bisa menangkal kebodohan. Firman Allah,
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada ilaah kecuali Allah” [47:19]. Liha juga [43:86, 3:18].
2. Al-Yaqin
Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus yakin terhadap pengertian di dalamnya dengan keyakinan yang sepenuhnya. Sebab keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan prasangka [49:15]. Adanya keyakinan dapat menangka1 keraguan. Rasulullah SAW bersabda: “Saya bersaaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya aku adalah
Rasul Allah. Dengan dua kesaksian ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba
tidak akan bertemu Allah kecuali ia masuk surga” (HR Muslim dari Abu Hurairah ra.)
3. Al-Qabuul
Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini dari hati dan usannya secara bulat. Allah mengisahkan kabar masa lampau tentang keselamatan bagi orang yang menerima Laa ilaha Illallah dan siksaan bagi orang yang menolak [43:23-25, 10:103, 37:35-36]. Penerimaan dapat menangkal pembangkangan.
4. Al-Inqiyaad
Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat rada kalimat ini [39:54, 4:125, 31:22]. Ketundukkan dapat menangkal penolakan. “Tidak beriman di antara kamu sehingga menjadikan
kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa.” (Hadits hasan shahih al-arbain an-Nawawiyah, hadits no.41)
5.Ash-Shidqu
Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari sanubarinya dengan jujur dan benar. Adanya kejujuran dapat menafikan kedustaan dan kemunafikan. Apa yang diucapkan sudah harus dibenarkan dengan hatinya [2:8-10, 29:1-3]. “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya dengan sebenarnya
dari hati, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya.” [HR Bukhari dari Muadz bin Jabal]
6. Al-Ikhlas
Memurnikan amalan dengan niat yang baik dan benar. Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk syirik [39:3, 98:5]. “Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara mumi dari hatinya.” [HR Bukhari] “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan laa
ilaaha Illallah, yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan wajah Allah Azza wa
Jalla.” [HR Muslim]

7. Al-Mahabbah


Ucapanlaa ilaha Illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan segenap rasa cinta (mahabbah) dalam mengamalkannya. AL-Mahabbah merupakan unsur yang sangat penting, karena untukmenegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan lahir dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak dapat dipisahkan [2:165, 5:54]. Kecintaan dapat menafikan kebencian.

“Tiga perkara barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan mendapatkan kenikmatan dan
manisnya iman, atau menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada semua cintanya
selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak mencintainya melainkan
karena, Allah; dan menolak kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya
dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak untuk dilemparkan ke dalam api neraka.” [HR Bukhari]

Tautan permanen menuju artikel ini: https://blog.unnes.ac.id/ramadhani/2015/11/27/syarat-syarat-diterimanya-syahadat/

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: