KANDUNGAN KALIMAT SYAHADAT

dua-kalimat-syahadat

Allah (1)

Madlul Syahadah

Pernyataan (ikrar), yaitu suatu statemen seorang muslim mengenai keyakinannya. Pernyataan ini

sangat kuat karena didukung oleh Allah, malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman). Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan. Sumpah (qosam) yaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan syahadah. Muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggungjawab terhadap tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka Jahanam. Perjanjian yang teguh (mitsaq) yaitu janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul.

 

Dalil :
  1. [3:18], syahadat yang berarti ikrar dari Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu tentang Laa ilaha illa Allah.
  2. 63:1-2], syahadah berarti sumpah. Orang-orang munafiq berlebihan dalam pernyataan syahadahnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta.
  3. [4:138-145]. Beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya yaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam sholat dan tidak punya pendirian. Orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut.
  4. [5:7, 2:285], syahadah adalah mitsaq yang harus diterima dengan sikap sam’an wa tho’atan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk
  5. ]2:93], pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.

 

Iman

Syahadah yang dinyatakan seorang muslim penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini

merupakan ruh iman, yaitu :

  • Ucapan (qoul) yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. Perkataan maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah. Syahadah diucapkan dengan penuh kebanggaan iman (isti’la-ul iman) berangkat dari semangat isyhadu biannaa muslimin.
  • Membenarkan (tashdiq) dengan hati tanpa keraguan. Yaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah.
  • Perbuatan (amal) yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan kefahaman terhadap maksudmaksud aturan Allah. Amal merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari ridha Ilahi. Amal yang menunjukkan sikap mental dan moral Islami yang dapat dijadikan teladan.
  • Ketiga perkara diatas tidak terpisahkan sama sekali. Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran Allah dalam hatinya bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebahagian ajaran Islam adalah munafiq I’tiqodi yang terlaknat. Muslim yang meyakini kebenaran ajaran Islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan adalah munafiq amali. Sifat nifaq dapat terjadi sementara terhadap seorang muslim oleh karena berdusta, menyalahi janji atau berkhianat.
Dalil :
  1. Q.49:15, 4:65, 33:36, Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap semua keputusan Allah.
  2. Q.3:64, sikap hidup yang merupakan cermin identiti Islam.
  3. Q.4:123-125, Iman bukanlah hanya angan-angan, tetapi sesuatu yang tertanam di dalam hati dan harus diamalkan dalam bentuk praktikal. Amal yang dikerjakan harus merupakan amal sholeh yang dilakukan dengan ihsan dan penyerahan yang sempurna kepada kehendak Allah. Dalam melakukan amal tersebut, seorang mukmin merasa dikawal oleh Allah SWT.
  4. Q.2:80, Di antara kekeliruan ummat Islam adalah mencontoh sikap Yahudi. Misalnya merasa bahawa neraka merupakan siksaan yang sebentar sehingga tidak apa memasukinya. Atau mereka merasa akan masuk surga semata-mata karena imannya sehingga tidak perlu beramal sholeh lagi.
  5. Q.2:8, 63:1-2, 48:11, Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah sikap nifaq I’tiqodi. Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.

 

Istiqomah

Keimanan seseorang muslim yang mencakupi tiga unsur di atas mesti selalu dipelihara dan

dijaga dengan sikap istiqomah. Istiqomah adalah konsisten, tetap dan teguh. Tetap pada

pendirian, tidak berubah dan tahan uji. Sikap istiqomah akan melahirkan tiga hal yang

merupakan ciri orang-orang beriman sempurna, yaitu:

  • Syaja’ah (keberanian) muncul karena keyakinan sebagai hamba Allah yang selalu dibela dan didukung Allah. Tidak takut menghadapi tantangan hidup, siap berjuang untuk tegaknya yang haq (benar). Keberanian juga bersumber kepada keyakinan terhadap qadha dan qadar Allah yang pasti. Tidak takut pada kematian karena kematian di jalan Allah merupakan anugerah yang selalu dirindukannya.
  • Ithmi’nan (ketenangan) berasal dari keyakinan terhadap perlindungan Allah yang memelihara orang-orang mukmin secara lahir dan batin. Dengan senantiasa ingat pada Allah dan selalu berpanduan kepada petunjuk-Nya (kitabullah dan sunnah), maka ketenangan akan selalu hidup di dalam hatinya.
  • Tafa’ul (optimis), meyakini bahawa masa depan adalah milik orang-orang yang beriman.

Kemenangan ummat Islam dan kehancuran kaum kufar sudah pasti. Mukmin menyadari bahwa amal perbuatan yang dilakukannya tidak akan sia-sia, melainkan pasti dibalas Allah dengan pembalasan yang sempurna.

Dalil :

  1. Q.11:112-113, istiqomah artinya tidak menyimpang atau cenderung pada kekufuran.
  2. Q.17:73-74, Istiqomah tetap teguh, tahan dan kuat dalam menghadapi dan melaksanakan perintah Allah
  3. Q.42:15, Terus berjuang menyampaikan ajaran Allah dengan tidak mengikuti hawa nafsu.
  4. Q.41:30-32, orang yang beristiqomah didukung Malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang dan optimis.
  5. Q.9:52, sumber keyakinan tentang qadha dan qadar yang menimbulkan keberanian, kecelakaan atau kemudharatan hanyalah ketentuan Allah belaka
  6. Q.3:157-158, kemuliaan merupakan anugerah Allah bagi orang-orang mukmin sehingga mereka tidak takut menyampaikan risalah kebenaran, lihat Q.33:39.
  7. Q.13:28, ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah.
  8. Q.47:7, 3:173, 33:23, ketenangan yang diperoleh karena tawakkal terhadap janji perlindungan Allah yang pasti sehingga timbul pula keberanian menghadapi musuh. Ibnu Taimiyah berkata, “apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku terhadapku ? Sesungguhnya surga aku terletak dihatiku. Dimanapun aku berada ia selalu bersamaku. Sesungguhnya kematianku adalah syahid. Penjaraku adalah rasa manis, sedangkan mengusirku bagiku adalah travelling. Ibnu Qayyim mengambil perkataan seorang alim “Sesungguhnya kita berada dalam kelezatan (hati) yang seandainya anak-anak raja mengetahuinya tentu mereka ingin mengambilnya dengan pedang-pedang mereka.”
  9. Q.3:160, optimis bahawa dengan pertolongan Allah tak akan ada yang dapat mengalahkan.
  10. Q.33:22-23, contoh optimis para sahabat Rasul di perang Ahzab. Hadits, Rasulullah yakin akan mengalahkan Romawi dan Persia dengan menjanjikan kepada Suraqah bin Malik akan memberikan gelang dan mahkota Persia dengan keislamannya. Hal ini kemudian terbukti dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang Qadissiyyah.

 

Assa’adah

Ketiga hasil istiqomah tadi akan membuahkan kebahagiaan bagi orang yang memilikinya. Jadi

hanya syahadah sejati dapat menimbulkan sa’adah. Hanya Islam dengan konsep syahadah yang

dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia maupun di akhirat.

Dalil :

  1.  Al-Qur’an banyak menyebutkan bahwa orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan atau hasanah di dunia ataupun di akhirat

Tautan permanen menuju artikel ini: https://blog.unnes.ac.id/ramadhani/2015/11/28/kandungan-kalimat-syahadat/

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: