IMAN KEPADA QODR

3425036904_1eb4b4f4bf

Pengertian Qadr
 Secara etimonologi,qadr berasal dari kata qaddara yuqaddiru taqdiiran yang berarti penentuan  (QS.Fushshilat:10)
 Secara termonologi, qadha adalah penciptaan yang terperinci.

Rukun-rukun iman kepada Qadr

1. Ilmu Allah SWT.

2. Penulisan takdir

3. Masyi’atullah (kehendak Allah)

4. Penciptaan-Nya

Macam-macam Takdir

1. Takdir umum (takdir azali)

 Takdir yang meliputi segala sesuatu dalam lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi.

2. Takdir umuri

 takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaannya ketika pembentukan air sperma (usia empat bulan) dan bersifat umum. Takdir ini mencakup rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.

3. Takdir Samawi

 takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadr setiap tahun (QS.AdDukhan: 4-5)

4. Takdir yaumi

 takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari; mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan lain sebagainya

Buah beriman kepada Qadr DR.

Umar Sulaiman al-Asyqar dalam Al-Qadha wa Al-Qadrmenyimpulkan buah beriman kepada qadr:

  •  Jalan yang membebaskan kesyirikan
  •   Tetap istiqomah (QS.Al-Ma’arij;19-22
  •   Selalu berhati-hati (QS.Al-A’raf: 99)
  •  Sabar dalam menghadapi segala problematika kehidupan

Tautan permanen menuju artikel ini: https://blog.unnes.ac.id/ramadhani/2015/11/29/iman-kepada-qodr/

AL-QURAN

AL-QURAN

Sumber Gambar : https://www.insanmadinah.com/jangan-meremehkan-al-quran-jadikan-al-quran-sebagai-teman-sejati.html

Definisi AL-Qur’an

 Secara bahasa berarti “bacaan”.

 Secara istilah berarti “Kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan ibadah”

 

Nama-nama Al-Qur’an


 Al-Qur’an/ Bacaan [17:9] .

 Al-Kitab/ Buku [21:10].

 Al-Furqon/ Pembeda [25:1]

 Adz-Dzikr/ Pengingat [15:9].

 An-Nur/ Cahaya [4:174]

Karakteristik AL-Qur’ an


 Diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia [ 20:2].

 Bacaan yang teramat mulia dan terpelihara [56: 77-78] .

 Tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al-Qur’an [2:23, 17:88] .

 Tersusun secara terperinci dan rapi [11:1] .

 Mudah difahami dan diambil pelajaran [54: 17, 34, dst]

Fungsi Al-Qur’an


 Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT

 Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan

 Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu

 Sebagai mukjizat Rasulullah SAW

AkhIak Terpuji Terhadap Al-Qur’an


 Membaca ta’awudz sebelum membaca Al-Qur’an [16:98] .

 Membaca Al-Qur’an secara tartil perlahan-lahan [73:4] .

 Lapang dada menerima Al-Qur’an [7:2]

 Mendengarkan baik-baik pembacaan Al-Qur’an [7:204] .

 Bergetar hatinya dan bertambah imannya [8:2-4]

Akhlak tercela terhadap Al-Qur’an .


 Keunggulan Al-Qur’an

 Menyombongkan diri dan berpaling [31:7] .

 Menertawakan peringatan ini [53:59-62] .

 Tidak memperahatikan Al-Qur’an [47:24]

Keunggulan Al-Qur’an


  • Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi [4:74]. Allah menghendaki agar Al-Qur’an berlaku umum (mencakup permasalahan) dan bersifat universal. Maka, disusun dan dikumpulkan Al-Qur’an itu dengan sistematika yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan dijauhkan dari susunan yang bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi pada suatu masa saja, yaitu ketika turunnya.
  • Keunggulan Al-Qur’an secara ilmiah Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu dewasa ini telah menetapkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab ilmiah yang menghimpun segala disiplin ilmu dan filsafat. Ilmu itu datang dari Allah SWT, sebagai tanda kemuliaanNya dan ketinggian ilmu-Nya.[96:1-5] .
  • Jaminan kemurnian Al-Qur’an. Allah sendiri yang menjamin kemurnian Al-Qur’an [6:115, 15:9] .
  • Al-Qur’an bersifat umum dan universal. Umum : Mencakup seluruh bidang/permasalahan manusia. [6:38] Universal : Berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum. [25:1]

Keutamaan dan membaca Al – Qur’an.


 

(1) Manusia yang paling baik adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al- Qur’an Dari Utsman bin Affan ra ia berkata : Rasulullah bersabda : Orang yang paling baik di antara”> kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. (H R Bukhari, Abu Daud, AtTirmidzi, Ibnu Majah dan Ad Darini)

(2) Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada pembacanya Dari Abu Umamah ra ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :”Bacalah AlQur’an, karena pada hari kiamat nanti akan datang untuk me mberikan syafa’at pada para pembacanya. (HR Muslim)

(3) Pahala membaca satu huruf Al- Qur’an sama dengan satu amal kebajikan Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) maka ia akan memperoleh satu amal kebajikan dan satu amal kebajikan dilipatkan sepuluh kali. Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tapi saya mengatakan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR At-Tirmidzi dan Ad Darini)

(4) Orang yang tidak membaca Al- Qur’an ibarat rumah rusak. (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Al Hakim dan Ad Darini)

 

Tautan permanen menuju artikel ini: https://blog.unnes.ac.id/ramadhani/2015/11/28/al-quran/

KANDUNGAN KALIMAT SYAHADAT

dua-kalimat-syahadat

Allah (1)

Madlul Syahadah

Pernyataan (ikrar), yaitu suatu statemen seorang muslim mengenai keyakinannya. Pernyataan ini

sangat kuat karena didukung oleh Allah, malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman). Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan. Sumpah (qosam) yaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan syahadah. Muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggungjawab terhadap tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka Jahanam. Perjanjian yang teguh (mitsaq) yaitu janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul.

 

Dalil :
  1. [3:18], syahadat yang berarti ikrar dari Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu tentang Laa ilaha illa Allah.
  2. 63:1-2], syahadah berarti sumpah. Orang-orang munafiq berlebihan dalam pernyataan syahadahnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta.
  3. [4:138-145]. Beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya yaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam sholat dan tidak punya pendirian. Orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut.
  4. [5:7, 2:285], syahadah adalah mitsaq yang harus diterima dengan sikap sam’an wa tho’atan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk
  5. ]2:93], pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.

 

Iman

Syahadah yang dinyatakan seorang muslim penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini

merupakan ruh iman, yaitu :

  • Ucapan (qoul) yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. Perkataan maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah. Syahadah diucapkan dengan penuh kebanggaan iman (isti’la-ul iman) berangkat dari semangat isyhadu biannaa muslimin.
  • Membenarkan (tashdiq) dengan hati tanpa keraguan. Yaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah.
  • Perbuatan (amal) yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan kefahaman terhadap maksudmaksud aturan Allah. Amal merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari ridha Ilahi. Amal yang menunjukkan sikap mental dan moral Islami yang dapat dijadikan teladan.
  • Ketiga perkara diatas tidak terpisahkan sama sekali. Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran Allah dalam hatinya bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebahagian ajaran Islam adalah munafiq I’tiqodi yang terlaknat. Muslim yang meyakini kebenaran ajaran Islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan adalah munafiq amali. Sifat nifaq dapat terjadi sementara terhadap seorang muslim oleh karena berdusta, menyalahi janji atau berkhianat.
Dalil :
  1. Q.49:15, 4:65, 33:36, Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap semua keputusan Allah.
  2. Q.3:64, sikap hidup yang merupakan cermin identiti Islam.
  3. Q.4:123-125, Iman bukanlah hanya angan-angan, tetapi sesuatu yang tertanam di dalam hati dan harus diamalkan dalam bentuk praktikal. Amal yang dikerjakan harus merupakan amal sholeh yang dilakukan dengan ihsan dan penyerahan yang sempurna kepada kehendak Allah. Dalam melakukan amal tersebut, seorang mukmin merasa dikawal oleh Allah SWT.
  4. Q.2:80, Di antara kekeliruan ummat Islam adalah mencontoh sikap Yahudi. Misalnya merasa bahawa neraka merupakan siksaan yang sebentar sehingga tidak apa memasukinya. Atau mereka merasa akan masuk surga semata-mata karena imannya sehingga tidak perlu beramal sholeh lagi.
  5. Q.2:8, 63:1-2, 48:11, Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah sikap nifaq I’tiqodi. Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.

 

Istiqomah

Keimanan seseorang muslim yang mencakupi tiga unsur di atas mesti selalu dipelihara dan

dijaga dengan sikap istiqomah. Istiqomah adalah konsisten, tetap dan teguh. Tetap pada

pendirian, tidak berubah dan tahan uji. Sikap istiqomah akan melahirkan tiga hal yang

merupakan ciri orang-orang beriman sempurna, yaitu:

  • Syaja’ah (keberanian) muncul karena keyakinan sebagai hamba Allah yang selalu dibela dan didukung Allah. Tidak takut menghadapi tantangan hidup, siap berjuang untuk tegaknya yang haq (benar). Keberanian juga bersumber kepada keyakinan terhadap qadha dan qadar Allah yang pasti. Tidak takut pada kematian karena kematian di jalan Allah merupakan anugerah yang selalu dirindukannya.
  • Ithmi’nan (ketenangan) berasal dari keyakinan terhadap perlindungan Allah yang memelihara orang-orang mukmin secara lahir dan batin. Dengan senantiasa ingat pada Allah dan selalu berpanduan kepada petunjuk-Nya (kitabullah dan sunnah), maka ketenangan akan selalu hidup di dalam hatinya.
  • Tafa’ul (optimis), meyakini bahawa masa depan adalah milik orang-orang yang beriman.

Kemenangan ummat Islam dan kehancuran kaum kufar sudah pasti. Mukmin menyadari bahwa amal perbuatan yang dilakukannya tidak akan sia-sia, melainkan pasti dibalas Allah dengan pembalasan yang sempurna.

Dalil :

  1. Q.11:112-113, istiqomah artinya tidak menyimpang atau cenderung pada kekufuran.
  2. Q.17:73-74, Istiqomah tetap teguh, tahan dan kuat dalam menghadapi dan melaksanakan perintah Allah
  3. Q.42:15, Terus berjuang menyampaikan ajaran Allah dengan tidak mengikuti hawa nafsu.
  4. Q.41:30-32, orang yang beristiqomah didukung Malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang dan optimis.
  5. Q.9:52, sumber keyakinan tentang qadha dan qadar yang menimbulkan keberanian, kecelakaan atau kemudharatan hanyalah ketentuan Allah belaka
  6. Q.3:157-158, kemuliaan merupakan anugerah Allah bagi orang-orang mukmin sehingga mereka tidak takut menyampaikan risalah kebenaran, lihat Q.33:39.
  7. Q.13:28, ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah.
  8. Q.47:7, 3:173, 33:23, ketenangan yang diperoleh karena tawakkal terhadap janji perlindungan Allah yang pasti sehingga timbul pula keberanian menghadapi musuh. Ibnu Taimiyah berkata, “apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku terhadapku ? Sesungguhnya surga aku terletak dihatiku. Dimanapun aku berada ia selalu bersamaku. Sesungguhnya kematianku adalah syahid. Penjaraku adalah rasa manis, sedangkan mengusirku bagiku adalah travelling. Ibnu Qayyim mengambil perkataan seorang alim “Sesungguhnya kita berada dalam kelezatan (hati) yang seandainya anak-anak raja mengetahuinya tentu mereka ingin mengambilnya dengan pedang-pedang mereka.”
  9. Q.3:160, optimis bahawa dengan pertolongan Allah tak akan ada yang dapat mengalahkan.
  10. Q.33:22-23, contoh optimis para sahabat Rasul di perang Ahzab. Hadits, Rasulullah yakin akan mengalahkan Romawi dan Persia dengan menjanjikan kepada Suraqah bin Malik akan memberikan gelang dan mahkota Persia dengan keislamannya. Hal ini kemudian terbukti dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang Qadissiyyah.

 

Assa’adah

Ketiga hasil istiqomah tadi akan membuahkan kebahagiaan bagi orang yang memilikinya. Jadi

hanya syahadah sejati dapat menimbulkan sa’adah. Hanya Islam dengan konsep syahadah yang

dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia maupun di akhirat.

Dalil :

  1.  Al-Qur’an banyak menyebutkan bahwa orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan atau hasanah di dunia ataupun di akhirat

Tautan permanen menuju artikel ini: https://blog.unnes.ac.id/ramadhani/2015/11/28/kandungan-kalimat-syahadat/

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADAT

dua-kalimat-syahadat

Kalimat laa ilaha Illallah merupakan pintu gerbang seseorang masuk ke dalam Islam. Memahaminya akan mengantarkan manusia kepada syurga. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW.

“Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tiada ilah selain Allah,
maka ia masuk syurga.” (HR Muslim).

Tetapi kalimat ini tidak akan memberikan kebaikan kepada manusia hanya dengan mengulang-ulang pengucapannya atau menghafal lafaz-lafaznya. Wahab bin Munabbih pernah ditanya: “Bukankah laa ilaaha Illallah merupakan pintu syurga?” Kemudian Wahab menjawab, “Benar”, tetapi tidak ada kunci kecuali ia mempunyai gigi-gigi.
Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan dibukakan untukmu.
Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu.” Yang dimaksud gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaaha Illallah. Syarat-syarat diterimanya Laa ilaaha Illallah Ada tujuh buah persyaratan yang harus dimiliki, yaitu: ‘ilmu, alyaqin, al-qabuul, alinqiyaad, as-shidqu, al-ikhlas, mahabbah.

1. ‘Ilmu
Ilmu di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan, baik yang dinafikan (ilaah) maupun yang ditetapkan (Allah). Dengan ‘ilmu (mengetahui) bisa menangkal kebodohan. Firman Allah,
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada ilaah kecuali Allah” [47:19]. Liha juga [43:86, 3:18].
2. Al-Yaqin
Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus yakin terhadap pengertian di dalamnya dengan keyakinan yang sepenuhnya. Sebab keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan prasangka [49:15]. Adanya keyakinan dapat menangka1 keraguan. Rasulullah SAW bersabda: “Saya bersaaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya aku adalah
Rasul Allah. Dengan dua kesaksian ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba
tidak akan bertemu Allah kecuali ia masuk surga” (HR Muslim dari Abu Hurairah ra.)
3. Al-Qabuul
Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini dari hati dan usannya secara bulat. Allah mengisahkan kabar masa lampau tentang keselamatan bagi orang yang menerima Laa ilaha Illallah dan siksaan bagi orang yang menolak [43:23-25, 10:103, 37:35-36]. Penerimaan dapat menangkal pembangkangan.
4. Al-Inqiyaad
Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat rada kalimat ini [39:54, 4:125, 31:22]. Ketundukkan dapat menangkal penolakan. “Tidak beriman di antara kamu sehingga menjadikan
kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa.” (Hadits hasan shahih al-arbain an-Nawawiyah, hadits no.41)
5.Ash-Shidqu
Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari sanubarinya dengan jujur dan benar. Adanya kejujuran dapat menafikan kedustaan dan kemunafikan. Apa yang diucapkan sudah harus dibenarkan dengan hatinya [2:8-10, 29:1-3]. “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya dengan sebenarnya
dari hati, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya.” [HR Bukhari dari Muadz bin Jabal]
6. Al-Ikhlas
Memurnikan amalan dengan niat yang baik dan benar. Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk syirik [39:3, 98:5]. “Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara mumi dari hatinya.” [HR Bukhari] “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan laa
ilaaha Illallah, yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan wajah Allah Azza wa
Jalla.” [HR Muslim]

7. Al-Mahabbah


Ucapanlaa ilaha Illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan segenap rasa cinta (mahabbah) dalam mengamalkannya. AL-Mahabbah merupakan unsur yang sangat penting, karena untukmenegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan lahir dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak dapat dipisahkan [2:165, 5:54]. Kecintaan dapat menafikan kebencian.

“Tiga perkara barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan mendapatkan kenikmatan dan
manisnya iman, atau menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada semua cintanya
selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak mencintainya melainkan
karena, Allah; dan menolak kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya
dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak untuk dilemparkan ke dalam api neraka.” [HR Bukhari]

Tautan permanen menuju artikel ini: https://blog.unnes.ac.id/ramadhani/2015/11/27/syarat-syarat-diterimanya-syahadat/

Pentingnya Syahadat

dua-kalimat-syahadat

Syahadatain adalah rukun Islam yang pertama. Pentingnya syahadah ini karena syahadah sebagai

dasar bagi rukun Islam yang lain dan sebagai tiang untuk rukun Iman dan Dien. Syahadatain ini

menjadi ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh sebab itu, sangat penting syahadah

dalam kehidupan setiap muslim. Sebab-sebab kenapa syahadah penting bagi kehidupan muslim

adalah:

  • Pintu masuknya Islam
  • Intisari ajaran Islam
  • Dasar-dasar perubahan menyeluruh
  • Hakikat dakwah para rasul
  • Keutamaan yang besar

Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita senantiasa

menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan azan. Kalimat syahadatain sering diucapkan

oleh ummat Islam dalam pelbagai keadaan. Kita menghafal kalimat syahadah dan dapat

menyebutnya dengan fasih, namun demikian sejauh manakah kesan kalimat syahadatain ini,

sejauh mana ia dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari ummat Islam?

Pertanyaan tersebut perlu dijawab dengan realitas yang ada. Tingkah laku ummat Islam yang

terpengaruh dengan budaya jahiliyah atau cara hidup Barat memberi gambaran bahwa syahadah

tidak cukup memberi pengaruh, terbukti mereka masih melakukan perkara-perkara yang dilarang

Allah dan meninggalkan perintah-Nya, memberi kesetiaan bukan kepada kaum muslimin, atau

tidak mensyukuri sesuatu yang diberikan kepada mereka. Contoh ini adalah wujud dari

seseorang yang tidak memahami syahadah yang dibacanya dan tidak mengerti makna yang

sebenarnya dibawa oleh syahadah tersebut.

Kalimat Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam. Tanpa

syahadah maka rukun Islam lainnya akan runtuh, begitu juga dengan rukun Iman. Tegaknya

syahadah dalam kehidupan individu akan menegakkan ibadah dan dien dalam hidup kita.

Dengan syahadatain terwujudlah sikap ruhani yang akan memberikan motivasi kepada tingkah

laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan rukun Islam lainnya.

Tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam, dan tegaknya rukun Islam mesti

didahului oleh tegaknya syahadah. Rasulullah saw. mengisyaratkan bahwa Islam itu bagaikan

sebuah bangunan. Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok

yaitu syahadatain, shalat, saum, zakat dan haji ke Baitulllah.

 

Di kalangan masyarakat Arab zaman Nabi saw. memahami betul makna syahadatain ini, terbukti

dalam suatu peristiwa dimana Nabi saw. mengumpulkan para pemimpin Quraisy dari kalangan

Bani Hasyim, Nabi saw. bersabda: Wahai saudara-saudara, maukah kalian aku beri satu kalimat,

di mana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah Arab. Kemudian Abu

Jahal menjawab: Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan kepadaku. Kemudian Nabi

saw. bersabda: Ucapkanlah Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah. Abu Jahal pun

menjawab: Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan

semua orang Arab dan bukan Arab.

 

Penolakan Abu Jahal kepada kalimat ini, bukan kerana dia tidak paham akan makna dari kalimat

itu, tetapi justru sebaliknya. Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk, taat dan patuh

kepada Allah swt. saja, dengan sikap ini maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya.

Abu Jahal ingin mendapatkan loyalitas dari kaum dan bangsanya. Penerimaan syahadah

bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya. Penerimaan inilah yang sulit bagi kaum

jahiliyah mengaplikasikan syahadah.

 

Sebenarnya, apabila mereka memahami bahwa loyalitas kepada Allah itu juga akan menambah

kekuatan kepada diri kita. Mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin dihargai.

Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia

sebagai muslim. Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi diantaranya ialah ahli hukum (Abu Amr). Setiap individu yang bersyahadah, maka ia menjadi khalifatullah fil Ardhi.

 

Kalimat syahadah mesti dipahami dengan benar, kerana di dalamnya terdapat makna yang sangat

tinggi. Dengan syahadah maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia ataupun di akhirat.

Syahadah sebagai kunci kehidupan dan tiang dari pada dien. Oleh karena itu, marilah kita

bersama memahami syahadatain ini.

  1. Madkhol Ila Al-Islam (pintu masuk ke dalam Islam).

Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain. Kesempurnaan iman seseorang

bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain. Syahadatain membedakan manusia

kepada muslim dan kafir. Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rububiyah di alam

arwah, tetapi ini saja belum cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadah Uluhiyah

dan syahadah Risalah di dunia.

sabda

“Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman, “Kamu

akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka

agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika mereka

mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada

mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu beritakan

kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang

kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu

dalam hal itu hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap

doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding pembatas.” (Bukhari

Muslim).

  1. Khulashah Ta’alim Islam (Ringkasan Ajaran Islam).

Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahamannya terhadap syahadatain.

Sebab seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini.

Ada 3 hal prinsip syahadatain :

  1. Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah saja. Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepada-Nya.
  2. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad saw. Dan Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Manhaj Allah.
  3. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.

 

  1. Asasul Inqilab (dasar-dasar perubahan).

Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya.

Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.

Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan

generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan kefahaman terhadap makna syahadatain

secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksanaan

ketika menerima maupun menolak.

Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain. Sehingga mereka yang tadinya

bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi

takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi

bersaudara di jalan Allah.

Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat

sekarang menjadi baik.

  1. Haqiqat Dakwah Rasul.

Setiap Rasul semenjak nabi Adam as. hingga nabi besar Muhammad saw. membawa misi

dakwahnya adalah syahadah. Apa yang diwahyukan kepada Rasulullah sama dengan apa yang

diwahyukan kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah berfirman,

“ Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah

memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan

wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus,

Harun dan Sulaiman. dan kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’ : 163).

  1. Fadailul A’dhim (ganjaran yang besar)

Banyak ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad saw. Di

antaranya seseorang akan dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari neraka seperti sabda

Rasulullah saw.

Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari Nabi saw. beliau bersabda, “Barangsiapa mengatakan tiada ilah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang dicampakkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq serta neraka itu haq. Allah akan memasukkannya ke surge, apapun amal perbuatannya.” (Bukhari).

Tautan permanen menuju artikel ini: https://blog.unnes.ac.id/ramadhani/2015/11/27/pentingnya-syahadat/

Load more