Entah apa yang terniang dalam otak ku diri ini merasa mudah untuk menjalankan namun, kenyataannya tidak seperti itu. Memang sulit untuk memulai suatu kebaikan jika tidak dari diri kita sendiri.
Sudah kebiasaan ku sehari-hari melakukannya di tempat yang tak asing lagi bagi umat muslim. Dari umurku masih sebiji jagung sampai sekarang, kebiasaan ku lambat laun telah mengakar dalam diriku entah siapa yang mengajarkannya padaku tapi semasa ia masih hidup beliau selalu berpesan pada ku juga pada anggota keluarga ku untuk melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah SWT. Seakan telah menjadi budaya dimana seorang anak perempuan yang polos yang selalu mencari ilmu di majelis-majelis. Kata orang-orang aku tak sama dengan anggota keluargaku yang lain, mulai dari kepribadian sampai dengan muka yang bagi kebanyakan orang adalah sama. Aku selalu berpikir untuk maju dengan memegang keyakinan dalam diriku akan yang maha pencipta.
Adzan subuh telah terdengar diceruk telinga ku seakan lagu yang sangat indah yang membuat kebanyakan orang menjadi asyik tertidur. Seperti biasa aku menyiapkan perlengkapan yang seharusnya ku bawa ke rumah Allah. Tempatnya tidak jauh dari rumah ku. Tepatnya jam 4 ayah ku selalu menyempatkan untuk menghubungi bintang kecil ini yang jauh darinya, beliau menyuruhku untuk membangunkan ibu dan adik ku untuk sholat subuh.
Kreet…(terdengar lirih)
Lagi-lagi baju ku basah entah siapa yang menguyurkan air ini pada ku. Rasanya tak tega tentu saja hati ini bergejolak takut di campu rasa sedih menyuruhnnya beranjak dari tempat istirahat.
Assalamualaikum..aku mulai membuka penghalang yang terbuat dari kayu jati itu, peraaanku berdegup kencang seakan dari belakang ada yang menarikku. Mulai kuraba kakinya, kaki yang memberikan kehidupan bagiku.
Bu bangun, sudah subuh. Mari jamaah..Suara ku lirih seakan kalah dengan jangkrik yang sedang bernyanyi di kebun belakang rumah ku. Beliau tak pernah memarahi ku bahkan sekali pun belum pernah. Dalam keluarga ku aku dianggap paling disayang oleh ibu ku. Jadi, ayahku meminta ku untuk membujuk ibu. Aku hanya tersipu, kaki ku masih tersipuh di bawah keranjangnya belum ada jawaban. Lima menit berlalu juga belum ada. Rasanya berat mengaggkat kaki ini keluar tanpa membawa hadiah yang bisa aku berikan pada ayah. Aku tak pernah bertanya atau menyalahkan siapapun tentang apa yang membuat kewajiban ini sulit seperti masuk STAN. Aku rasa juga tak seperti itu entah apa dan mengapa.
Ya asyiqol musthofa…ya lagi-lagi tercantum nama ayah ku sayang..yang mengiringi nada dering itu. Tak kuasa aku mengangkat benda 1 ons ini, mataku hanya seekali melirik sambil memutar otak menyusun kata yang hendak alu layangkan pada beliau.
bersambung lagi yah..