“Pesan Sang Mentari”

Sahur..sahur…sahur. Suara dari corong besar itu sudah terdengar artinya ini adalah satu ramadhan. Seperti biasa aku dibangunkan ibu ku untuk menyantap makanan yang telah tersedia di meja makan dengan alas sekedarnya saja.
Kalau sholat tapi tidak tahu doanya apa hukumnya? (Tanya ibuku sambil menyantap makanan)
Sejenak aku berhenti. Spontan aku berucap.
Alhamdulillah..hukumnya boleh saja bu tapi harus ada niatnya sama alfatihah dan lain-lain nanti aku ajarin ya..(tersenyum lebar)
Ehh jangan senang dulu siapa yang mau sholat. Kan cuma tanya saja..(menyantap kembali makanan yang tinggal sersisa satu suap)
Walaupun begitu aku merasa bangga hatiku seakan telah dirangkai dengan sebuah bunga yang sangat indah mendengar apa yang ibu tanyakan pada ku. Aku menganggapnya sebagai rambu-rambu bahwa misi ku akan segera terwujud.
Ya Allah semoga ini pertanda baik (gumanku dalam hati)
Tutttt..tuttt..
Suara itu telah aku ulang lebih dari lima kali namun tak ada respon. Kerut di mataku mulai layuh pudar. Ingin rasanya hati ini bercerita berbagi kisah indah pada orang yang telah manafkahi ku, tapi entah kenapa akhir-akhir ini tak ada tulisan ayah tersayang ku didering ponsel ini. Ponsel yang telah usang pemberian guru ku waktu aku berusia 15 tahun.
Seminggu telah berlalu tepatnya 7 ramadan tak terdengar lagi ucapan ibu ku yang meminta ku untuk menjelaskan tentang sholat, agaknnya aku semakin canggung mengapa tak ada perkembangan. Aku tetap positif thinking. Kini aku tak sabar lagi. Entah kenapa tak seperti biasanya sepertinya aku merasa ada dorongan yang semakin menuntut ku melaksanakan misi ku yang satu ini, entah apa yang akan terjadi aku hanya tak ingin menjadi anak durhaka setiap kali aku menasehati ibuku pasti hanya luka yang aku dapatkan.
Di kamar terlihat ibu sedang asyik menjahit baju ayah yang akan digunakan untuk lebaran nanti, tak seperti orang lain yang setiap lebaran pasti membeli baju baru. Aku sadar sungguh sadar dengan keadaan keluarga ku. Pelan-pelen aku mulai memijat pundak ibu ku sambil membawakan teh.
Ibu sedang menjahit baju ayah? Untuk lebaran? Betapa bahagiannya ayah ya jikalau kita bisa sholat jemaah bersama dimasjid bukan hanya satu kali setahun tapi setiap hari? (nada ku lembut, merayu)

bersambung…

Published by

Ramllah

Perkenalkan nama saya Ramllah. Saya lahir di Wonosobo, 28 Desember 1997. Saya merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Saya beragama islam. Hobi saya menulis, membaca, berenang, badminton, dan memasak. Meskipun hobi saya berenang namun, sampai saat ini saya belum bisa berenang dengan benar berbeda dengan hobi saya badminton, alhamdulillah saya bisa bermain dengan baik karena badminton merupakan salah satu olahraga ringan. saya hobi menulis maka dari itu saya masuk menjadi anggota KIME ( komunitas ilmiah mahasisawa ekonomi). Saya merupakan mahasiswa di Universitas Negeri Semarang jurusan Pendidikan ekonomi (akuntansi). Saya memutuskan memilih jurusan ini karena saya suka menghitung dan jurusan saya waktu di SMK juga jurusan akuntansi. Menurut saya akuntansi merupakan suatu keahliah yang wajib dimiliki setiap orang karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan seseorang. selanjutnya, saya memilih jurusan pendidikan karena saya ingin menjadi pendidik yaitu dengan tujuan menularkan atau mentrasnformasikan ilmu yang saya miliki kepada orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: