“Pesan Sang Mentari”

Ibu hanya tersenyum diam tanpa berkata. Bagiku ibu adalah permata dalam hidup yang ingin aku jaga sampai tua nanti bahkan aku ingin bersama ibu hingga di akhirat merasakan sama-sama bagaimana berjumpa Allah. Selama ini ibu selalu mengajarkan padaku untuk selalu taat beribadah namun, ibu sendiri tidak melakukannya, lantas bagaimana kita bisa di merasakan cinta Allah bersama-sama bu?
Ibu mencium pipiku..(tanpa berucap)
Mengapa ibu tak memarahi ku, biasanya jika aku mengatakan ini ibu selalu tak mau mendengarkanku. Kehidupan didunia ini hanya sebentar, kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah tak ada gunanya kita bekerja jika kewajiban kita tidak dijalankan. Kalau boleh aku minta, maukah ibu mulai hari ini sholat sedikit-demi sedikit dulu bu tidak usah langsung lima waktu. Bagaimana? Aku juga ingin mendapatkan doa ibu lewat sholat yang ibu kerjakan..(air mata ku pun jatuh satu persatu)
Iya inshAllah ibu akan sholat..(jawabnya sambil mengusap air mataku) sekarang kamu tidur sana sudah malam..
Alhamdulilah..aku langsung mencium pipi ibu yang mulus itu dan beranjak tidur.
Allahuakbar..Allahuakbar..adzan telah dikumandangkan aku pun mulai melangkahkan kaki ke kamar ibu dan mengajaknya untuk sholat. Dengan sengang hati ibu sholat bersamaku di masjid yang jaraknya agak jauh dengan rumahku. Betapa bahagiannya hatiku seakan mendapatkan uang satu truck akhirnya doaku yang bertahun-tahun dikabulkan oleh Allah. Sebenarnya aku agak penasaran kenapa ibu langsung mau aku ajak ke masjid padahal sebelumnya ia sangat keras kepala, namun aku hanya berpikir positif saja tanpa memikirkan apa-apa.
Lima hari telah berlalu dan ibu tetap sholat tepat waktu berjamaah dengan ku. Hari ini sudah terhitung tiga minggu ayah tidak menelpon ku. Aku mulai merasa khawatir dengan keadaannya. Terlebih daerah tempat ayah bekerja sedang banjir jadi ayah tentu saja tak bisa bekerja hanya menggangur di kontrakan. Sepulang sekolah seperti biasannya aku menunggu telepon dari ayah ponsel masih aku pegang erat di jari kecilku ini. ya asyiqol mustofa…terdengar dering dari ponsel ku, aku pun langsung mengangkatnya namun bukan ayah ku tersayang, yang masuk ke ponselku adalah nomer ponsel yang belum pernah aku temui sebelumnya.
Assalamualaikum..sudah pulang sekolah? Sudah makan? Ibumu bagaimana?…(suaranya pelan)
Spontan aku menjawab dengan rasa gembira yang berlebihan aku langsung menceritakan apa yang terjadi pada ibu. Satu jam telah berlalu akhirnya obrolan kamipun ditutup dengan kata salam.

bersambung…

Published by

Ramllah

Perkenalkan nama saya Ramllah. Saya lahir di Wonosobo, 28 Desember 1997. Saya merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Saya beragama islam. Hobi saya menulis, membaca, berenang, badminton, dan memasak. Meskipun hobi saya berenang namun, sampai saat ini saya belum bisa berenang dengan benar berbeda dengan hobi saya badminton, alhamdulillah saya bisa bermain dengan baik karena badminton merupakan salah satu olahraga ringan. saya hobi menulis maka dari itu saya masuk menjadi anggota KIME ( komunitas ilmiah mahasisawa ekonomi). Saya merupakan mahasiswa di Universitas Negeri Semarang jurusan Pendidikan ekonomi (akuntansi). Saya memutuskan memilih jurusan ini karena saya suka menghitung dan jurusan saya waktu di SMK juga jurusan akuntansi. Menurut saya akuntansi merupakan suatu keahliah yang wajib dimiliki setiap orang karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan seseorang. selanjutnya, saya memilih jurusan pendidikan karena saya ingin menjadi pendidik yaitu dengan tujuan menularkan atau mentrasnformasikan ilmu yang saya miliki kepada orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: