Pernahkah kalian mencicipi kue ‘tua’ bernama kue ganjel rel? Saya rasa, mungkin hanya sebagian kecil dari kalian yang pernah mencicipi kue ini. Ya, memang terdengar aneh namanya. Mungkin kalian sempat mengira bahwa kuliner ini terbuat dari bantalan rel kereta api yang sangat ekstrim untuk dimakan. Tapi tenang saja, kuliner tempo dulu khas kota Semarang ini sangat aman untuk dikonsumsi karena bahan-bahan pembuatan kue ini sama seperti layaknya kue-kue lainnya.
Kue ini juga dikenal dengan nama kue gambang, karena ada beberapa masyarakat yang menganggap bentuk kue ini mirip dengan bentuk alat musik gambang. Namun masyarakat Semarang lebih senang menyebutnya dengan nama ganjel rel. Kue ini dinamakan ganjel rel karena bentuknya menyerupai bantalan rel kereta api (ganjel rel dalam bahasa Jawa) yang berwarna coklat. Ganjel rel berbentuk kotak dan berwarna coklat bertabur biji wijen. Kue ini terkenal dengan cita rasanya yang khas kayu manis. Kue ini bertekstur padat dengan paduan aroma coklat dan kayu manis yang amat menggoda.
Untuk membuat kue ganjel rel ini terbilang cukup mudah, dimana bahan yang diperlukan yaitu gaplek (tepung singkong), gula aren, telur, rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, kembang lawang, dan lain sebagainya. Untuk membuat satu loyang berukuran 24cm x 24cm, dibutuhkan 13 butir telur yang dicampur dengan air gula jawa dan rempah-rempah yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Setelah dikocok hingga menjadi satu, ditambahkan tepung tapioka dan tepung terigu. Setelah adonan menjadi kenyal, dituangkan ke dalam loyang. Kemudian selanjutnya ditaburi dengan biji wijen dan dioles dengan minyak goreng. Dibutuhkan waktu sekitar 35 menit untuk memasak kue ganjel di dalam oven. Setelah matang, lalu diangkat dan dipotong sesuai keinginan. Mudah bukan?
Tahukah kalian? kue ganjel rel ini ada sejak zaman kolonial, dimana kue ini merupakan kue peninggalan Belanda. Maka tidak heran jika kue ini sebagian besar hanya dikenal oleh masyarakat Semarang saja, khususnya pada kalangan tua. Selain sebagai makanan khas kota Semarang, kue ganjel rel ini dianggap sebagai kudapan atau jajanan favorit pada zaman itu.
Zaman dahulu, banyak penjual yang menjajakan kue ini, namun seiring perkembangan waktu, kue ini sudah semakin langka untuk dijumpai. Untuk mendapatkan kue ini, seringkali kita harus blusukan ke pasar Johar. Namun pasca kebakaran pasar Johar lama pada tanggal 9 Mei 2015, kue ini semakin langka dan sulit untuk dijumpai. Padahal sangat disayangkan jika kue ganjel rel yang lezat ini harus “punah”. Namun tenang saja, kue Ganjel Rel ini masih bisa ditemukan di beberapa toko di kawasan pusat oleh-oleh Kota Semarang di Jalan Pandanaran.
Selain itu, tekstur kue yang dihasilkan dirasa kurang diminati pasar karena teksturnya yang keras, sehingga kini banyak kue ganjel rel yang dimodifikasi dengan mengganti tepung singkong menjadi tepung terigu. Alasan modifikasi ini dilakukan yaitu untuk menjadikan tekstur kue ganjel rel ini lebih lembut dan mudah untuk disantap.
Namun tahukah anda bahwa terlihat suatu pesan tersirat jika menyimak kue ganjel rel dan sejarahnya. Kue dengan tekstur yang keras dan alot ini dianggap layak sebagai simbol gigihnya perjuangan generasi zaman dulu dalam segala hal, baik terhadap penjajah, tabah saat menjalankan ibadah puasa, dan lain sebagainya.
Nah, bagi kalian yang sedang berkunjung ke kota Semarang, tidak ada salahnya untuk mencicipi kue ganjel rel ini. Kuliner ini sangat cocok jika dijadikan teman untuk minum teh, susu, atau kopi.
Recent Comments