Annyeong hashimnikka, mannaseo pangapsemnida. Postingan kali ini berisi tentang tugas mata kuliah Teori Sosiologi Klasik semester 2. Disini akan membahas tentang teori bunuh diri dari Emile Durkheim beserta contoh kasus dan analisisnya.
Di zaman sekarang ini, bunuh diri bukan menjadi suatu kasus yang asing lagi bagi seluruh masyarakat di seluruh penjuru dunia. Salah satu negara dengan jumlah kasus bunuh terbanyak di dunia menurut NSO (2009 OECD Health Data), yaitu negara Korea Selatan dengan memegang prosentase tertinggi yaitu 24,3 %. Di Korea Selatan sendiri, kasus bunuh diri ini terjadi bahkan hampir setiap hari. Berbagai macam media seperti media sosial, media cetak, bahkan media massa atau elektronik hampir tidak luput dalam menyajikan kasus pembunuhan yang terjadi. Menurut Biro Statistik Korea Selatan pada tahun 2009, jumlah tingkat kasus bunuh diri di negara tersebut mencapai 60%.
Kasus bunuh diri ini dapat dilatarbelakangi oleh berbagai macam motif. Berbagai motif tersebut yaitu seperti sedang dilanda keputusan dan depresi, cobaan hidup dan tekanan lingkungan, penderitaan karena penyakit yang akut atau berkepanjangan, gangguan kejiwaan, himpitan ekonomi atau kemiskinan, dan lain sebagainya.
Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi di berbagai penjuru dunia membuat Emile Durkheim menyumbangkan pikiran bagi pemahaman suatu masalah sosial dengan mengemukakan teori bunuh dirinya. Selain itu, Emile Durkheim mempelajari bunuh diri adalah untuk membuktikan peran dan kekatan ilmu sosiologi di dunia. Menurut Emile Durkheim, kasus – kasus bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan sosial yang dapat digunakan sebagai sarana penelitian dengan menghubungkan kasus tersebut terhadap struktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat (Siahaan; 1986, hal 149).
Teori Emile Durkheim ini dapat dilihat lebih jelas jika dicermati hubungan antara jenis – jenis bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya yaitu integrasi dan regulasi (Pope, 1976). Integrasi mengarahkan pada ketidak-kuatan terhadap sosial masyarakat. Sedangkan regulasi mengarahkan pada tingkat paksaan eksternal yang dirasakan oleh masing – masing individu. Emile Durkheim mengemukakan terdapatb empat tipe bunuh diri. Jika integrasi tinggi disebut tipe bunuh diri altruistik, dan jika integrasi rendah dapat menyebabkan peningkatan di dalam bunuh diri egoistik. Sedangkan bunuh diri fatalistik dikaitkan dengan regulasi yang tinggi, dan bunuh diri anomik dengan regulasi yang rendah.
- Bunuh Diri Egoistik
Kasus bunuh diri egoistik ini dapat ditemukan dalam kehidupan sosial dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Individu dengan masyarakat sangatlah erat kaitannya. Hal ini dikarenakan individu merupakan merupakan bagian dari masyarakat, dan masyarakat juga merupakan bagian dari individu. Akan tetapi jika integrasinya lemah, maka akan menyebabkan perasaan bahwa individu itu bukan bagian dari masyarakat, yang berarti juga bahwa masyarakat itu bukan bagian dari sang individu.
- Bunuh Diri Altruistik
Kasus bunuh diri altruistik lebih mungkin terjadi ketika “integrasi sosialnya terlalu kuat” (Durkheim, 1897/1951:217). Jika angka bunuh diri altruistik semakin tinggi, jelaslah integrasi akan semakin kuat jika “semakin banyak harapan yang tersedia, karena ia bergantung pada adanya sesuatu yang indah setelah hidup di dunia ini”. Ketika integrasi melemah, seseorang akan melakukan bunuh diri karena ia beranggapan bahwa tidak ada lagi kebaikan yang lebih besar yang dapat menopang mereka. Ketika integrasi tinggi, mereka melakukan bunuh diri demi kebaikan yang lebih tinggi.
- Bunuh Diri Anomik
Kasus bunuh diri yang terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan itu mungkin individu akan merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Angka bunuh diri anomik bisa meningkat terlepas dari apakah ganguan itu positif seperti peningkatan ekonomi, atau negatif seperti penurunan ekonomi. Dari kedua macam gangguan ini membuat kolektivitas masyarakat menjadi tidak mampu melanjarkan otoritasnya terhadap individu untuk sementara waktu. Perubahan-perubahan semacam ini menempatkan orang dalam situasi dimana norma-norma lama sudah tidak berlaku lagi dan sedangkan norma baru belum lagi dikembangkan. Dengan adanya semacam ini melepaskan arus rasa ketercabutan anomi dari akar dan rasa kehilangan norma-norma mengikat dan arus ini cenderung meningkatkan bunuh diri anomik.
- Bunuh Diri Fatalistik
Bunuh diri fatalistik adalah sebaliknya dari anomik. Fatalistik terjadi dalam situasi regulasinya meningkat. Emile Durkheim melukiskan orang – orang yang lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri fatalistik sebagai “pribadi – pribadi dengan masa depan yang terhalang tanpa ampun dan nafsu – nafsu yang dicekik dengan kasar oleh disiplin yang bersifat menindas”.
Seperti yang telah disebutkan bahwa angka kematian yang disebabkan karena bunuh diri semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu negara dengan jumlah kasus bunuh diri terbanyak adalah Korea Selatan dengan mencapai angka 60%. Salah satu contoh kasus bunuh diri yang terjadi di negara Korea Selatan adalah kasus bunuh diri yang dilakukan oleh salah seorang artis bernama Kang Doo Riyang terjadi pada 14 Desember 2015 lalu. Berikut merupakan berita yang dikutip dari salah satu media massa yang menyajikan berita kasus bunuh diri tersebut.
“Artis cantik Korea Kang Doo Ri ditemukan tewas dalam kecelakaan mobil, 14 Desember 2015, di Incheon, Korea Selatan, pukul 04.00 waktu setempat. Awalnya Kang Doo Ri dinyatakan meninggal dunia karena kecelakaan mobil yang merenggut nyawanya.
Namun polisi menemukan fakta mengejutkan. Kang Doo Ri menghabisi nyawanya sendiri. Temuan itu berdasarkan hasil penyelidikan di lokasi. Kang Doo Ri yang baru berusia 22 tahun melakukan debut pada 2010 silam dengan drama Three Brothers. Kang Doo Ri juga beberapa kali muncul dalam Sassy Go Go serta memiliki siaran khusus mokbang (makan lahap secara streaming dan disaksikan orang banyak).
Kang Doo Ri menambah panjang deretan artis asal Negeri Ginseng yang memilih mengakhiri hidupnya. Kemungkinan besar, Kang Doo Ri dilaporkan mengalami depresi akibat persaingan yang sangat ketat. Sebelum meninggal dunia, Kang Doo Ri sempat menuliskan pesan terakhir yang ditujukan untuk salah satu temannya.
Dari berbagai sumber, kasus bunuh diri di Korea Selatan memang sangat tinggi. Mereka percaya setelah meninggal dunia,mereka akan ke tempat yang lebih baik atau terlahir dengan hidup yang lebih menyenangkan”.
Analisis
Berdasarkan kasus di atas, faktor ekonomi, depresi karena tekanan lingkungan, dan faktor sosial lah yang melatarbelakangi kasus bunuh diri tersebut. Berdasarkan latarbelakang tersebut, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh Kang Doo Ri merupakan tipe bunuh diri egoistik yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Karena bunuh diri egoistik merupakan bunuh diri yang disebabkan oleh adanya etos individualistis dimana individu bertanggung jawab atas keselamatan mereka sendiri. Kasus ini terjadi karena Kang Doo Ri merasa kepentingannya sendiri lebih besar daripada kepentingan kesatuan sosialnya. Seseorang yang tidak mampu memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation) di dalam role performance (perananan dalam kehidupan sehari-hari), maka orang tersebut akan frustasi dan melakukan bunuh diri.
Simpulan :
Semakin meningkatnya prosentase kasus bunuh diri di dunia membuat kasus bunuh diri tersebut sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di seluruh penjuru dunia, terutama pada warga masyarakat negara Korea Selatan. Setiap tahun jumlah angka kematian akibat bunuh diri selalu meningkat tajam terhitung hingga tahun 2015 lalu. Latar belakang atau motif dari kasus – kasus bunuh diri tersebut meliputi sedang mengalami depresi, adanya cobaan hidup dan tekanan lingkungan, penderitaan karena penyakit akut atau berkepanjangan, gangguan kejiwaan, himpitan ekonomi atau kemiskinan, dan lain sebagainya. Kesemua kasus – kasus bunuh diri yang terjadi tersebut dikaji dalam salah satu teori Emile Durkheim, yaitu tipe – tipe bunuh diri yang diantaranya bunuh diri Egoistik , bunuh diri Altruistik, bunuh diri Anomik, dan bunuh diri Fatalistik.
Sumber:
Ritzer, George.2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta : PustakaPelajar.
___________ .2014.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul : Kreasi Wacana.
Siahaan, Hortman.1986.Sejarah dan Teori Sosiologi.Jakarta : Erlangga.
https://www.kompasiana.com/dyarelba/faktor-budaya-bunuh-diri-di-negeri-ginseng_55293c03f17e6171508b4632 (diunduh pada 6Maret 2016 pukul 14.03 WIB)
https://showbiz.liputan6.com/read/2391171/kematian-tragis-kang-doo-ri-dan-artis-korea-lainnya (diunduh pada 8 Maret 2016 pukul 18.48 WIB)
Recent Comments