Penyandang profesional information technology (IT) atau teknologi informasi selalu dituntut dengan beberapa keahlian dan kemampuan yang diistilahkan dengan KSA (knowledge, Skill, and Ability). Ketiga istilah tadi menjadi persyaratan yang mau tidak mau wajib dipenuhi untuk dijadikan nilai kompentensi pemilik keilmuan IT. Pengetahuan yang harus relevan dengan bidangnya seperti administrator, programmer, analis sistem, bahkan seorang projek manajer sekalipun. Misalnya seorang programmer harus memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa pemograman, teknik pemograman, struktur data, konsep database (relational, distributed, center dll). Konsep object oriented, konsep information system development methodology (ISDM) proses life cycle sebuah pembangunan dan pengembangan aplikasi dan sebagainya. Selain itu dibutuhkan pula pengetahuan secara teknis maupun teoritis mengenai klasifikasi aplikasi atau software (operating system, tools, language programming, integrated system, design user interface dan sebagainya). Demikian pula seorang analis system harus memahami bisnis proses dari suatu organisasi dan memiliki pengetahuan mengenai business process reengineering (BPR). Pengetahuan tidak hanya secara teoritis namun juga secara teknis dengan design (perancangan) secara logically dan physically.
Di samping kebutuhan hardskill yang harus dikuasai oleh seorang profesional IT, penguasaan softkill dan emotional intelligent menjadi penentu pula bagi keberhasilan penyandang pekerja IT. Beberapa peneliti ada yang menyebutnya dengan abilities (kemampuan) yang dapat dicirikan dengan kemampuan mendengarkan, menyampaikan, membaca, menulis, mengolah informasi, menyimpan dan mendiseminasikan pengetahuan dan sebagainya sangatlah dibutuhkan untuk area kerja. Meski menurut La Duca setiap pekerjaan membutuhkan kemampuan yang berbeda, namun Bailey & Stefanik telah mendefinisikan kebutuhan KSA pada IT programmer dengan khusus.
Seperti diinformasikan bahwa di tahun 1970 pengembang aplikasi harus memiliki keahlian system operasi dan salah satu bahasa pemograman untuk mendapatkan pekerjaan. Namun persyaratan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan 2.2 di tahun 1970 menjadi 4.3 di tahun 1990 (Todd, McKeen & Gallupe,). Hampir duakali lipat meningkat dalam 20 tahun. Laporan terakhir dari Surakka trendnya semakin meningkat cepat, diindikasikan rata-rata peningkatan kebutuhan pelatihan yang harus memahami keahlian dengan beragam organisasi dibutuhkan untuk pemutakhiran kurikulum. Para siswa dan pencari kerja mesti waspada terhadap trend untuk mempersiapkan diri terjun dalam dunia kerja. Profesional IT saat ini harus relevan dengan perkembangan teknologi dan secepatnya menyadari terhadap perubahan trends agar tetap dapat bekerja di bidangnya (Emigh, & Lethbridge,).
Perbandingan yang dilakukan atas US dan Taiwan diperoleh dari hasil riset yang sudah dipublish secara internasional yang dilakukan dengan metode content analysis. Sumber data [17] diperoleh dari beberapa kaitan informasi IT baik pekerja, manajer, konsultan, pegawai dan informasi peluang kerja di koran, majalah, dan situs. Adapun dari riset yang dilakukan di Indonesia menggunakan media website seperti jobsDB, Lowongan, karir dan sebagainya. Sedangkan untuk content analysis dilakukan menggunakan perbandingan tabel-tabel yang sudah ada dengan langkah-langkah metode yang sama dengan riset di US dan Taiwan.
Sebagai informasi pada riset sebelumnya dengan menggunakan metode cross sectional diperoleh gambaran bahwa dari responden yang bekerja 1 sampai 3 tahun (dari 924 software developer-SD) menyatakan bahwa hampir 68% kebutuhan skill programmer diperlukan dan sangat penting sebagai dasar profesional IT bidang developer setelah lulus (fresh graduated). Sedang (Haywood & Madden, [20]) hanya 64% responden dari 22 SD mengindikasikan skill programming sangat penting. Study terakhir [2] terhadap 227 SD di 3 area KSA mayoritas skill yang penting adalah kemampuan unuk membaca, memahami dan memodifikasi program yang ditulis oleh programmer sebelumnya untuk dijadikan koding pada aplikasi yang diperbaharui. Hal yang didukung pula oleh studi [7]. Keahlian untuk membuat rancangan dan koding program bagi programmer dapatlah dihandalkan, namun keahlian untuk membaca alur proses dan logik program dari bahasa dan koding yang disusun oleh programmer lain amatlah sulit karena setiap programmer memiliki gaya yang berbeda untuk menuangkan beberapa variabel pada kode yang saling terkait, khususnya bagi bahasa, database dan aplikasi yang terdapat pada networking.
Selanjutnya informasi mengenai survei yang dilakukan di perusahaan sejak tahun 1993 berkaitan dengan bahasa yang digunakan didominasi oleh COBOL (84%), Assembler (31%), C (20%), Fortran (13%), RPG (7%) dan Pascal (2%). Survei menunjukkan bahwa COBOL adalah bahasa pemograman yang penting untuk aplikasi sistem pakar dan kecerdasan buatan. Adapun (Davis, ) yang melakukan survei terhadap 115 pekerja IT berkaitan dengan skill yang dibutuhkan menemukan bahwa OS seperti Windows NT (61%), Windows 95 atau 98 (47%), windows 2000 (47%), Unix (36%) dan Novell Netware (24%). Bahasa pemogaman yang dibutuhkan adalah SQL (52%), VB (35%), dan Java (33%). Menurut terdapat 5 perubahan dalam satu dekade dengan membandingkan tiga hasil survei tadi yaitu mulai dari mini computer kepada personal computer, dari OS dedicated menuju windows series, dari prosedur bahasa tradisional mengarah bahasa oriented objek, dari mode text menjadi graphic user interface (GUI) serta dari file system menjadi database.
Sekarang di Taiwan, atas hasil riset Wu yang mengoleksi dari 1650 iklan peluang kerja yang berkaitan programmer dari beberapa bank lowongan kerja di situs kemudian hasilnya menggunakan pula metode content analysis diperoleh bahwa kebutuhan skill terhadap OS hanya ada tiga jenis yaitu Windows series (66%), Unix/Linux series (33%) dan AS400(1%). Kebutuhan terhadap database skill lebih ragam lagi yaitu SQL server (51%), Oracle (24%), MySQL (9%), Dbase (7%), Informix (5%) dan DB2(3%). Sedang kebutuhan bahasa pemograman diantaranya VB (21%), Java (15%), C++ (13%), ASP (active server page) (13%), Delphi (9%) dan HTML (5%). Di Australia (Raadt, Watson, dan Toleman, 2003) menganalisis 424 peluang kerja dengan skill bahasa pemograman Java, C++, VB, C, SAP, SQL, XML, dan ASP dengan porsi terbesar hampir 30% didominasi oleh Java dan C++. Setiap lowongan kerja dibutuhkan hampir 1.84 bahasa pemograman, dengan pasangan C, C++ (10.61%), C++, Java (7,08%), C++, VB (6,60%), VB, ASP (5.19%) dan VB, SQL (4.72%). Adapun di Amerika (Suraka, 2005) menyatakan hasil risetnya terhadap skill IT yang dibutuhkan dengan data survei diperoleh dari iklan web adalah Windows dan UNIX untuk OS, Java, C++, C, VB, dan C# untuk bahasa pemograman; Oracle, SQL server, DB2, Sybase, and Access untuk databasenya