Mahasiswa barukah anda? Jika ya, sudahkah benar-benar mengerti makna mahasiswa itu? Jika ya, sudahkah benar-benar menjadi mahasiswa sesuai makna itu?
Mahasiswa adalah seseorang yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. dan dalam ari yang lebih luas, mahasiswa adalah agen perubahan atau agent of change yang mengemban tanggung jawab besar untuk memperjuangkan kepentingan bangsanya. Banyak tipe mahasiswa tergantung dari pilihan mahasiswa itu sendiri. Ada yang hanya menyandang gelar mahasiswa secara administratif saja, ada juga yang tengah berusaha berkontribusi untuk rakyat. Sekarang, bagaimana dengan mahasiswa baru yang masih dalam masa transisi? Banyak dijumpai mahasiswa yang hanya berangkat, absensi, duduk, dan pulang. Bahkan ada yang hanya datang, makan, foto-foto lalu tidur. Entah apa yang mereka dapatkan dengan membuang-buang uang orang tua mereka untuk membayar kuliah. Apa jadinya nasib bangsa jika pemudanya tak pernah serius dengan tujuan hidup mereka? Tujuan hidup sendiri saja belum jelas, apalagi diberi tugas mewujudkan tujuan hidup bangsa..
Sebenarnya banyak cara untuk mengubah ataupun mengarahkan para mahasiswa baru ini ke arah yang lebih terang. Bisa dengan cara pendekatan atau persuasi ataupun cara lainnya. Mahasiswa baru belum begitu terdoktrin di fikirannya tentang apa tugas mereka sebenarnya. Mereka masih butuh bimbingan yang bisa menyadarkan sisi tidur mereka saat ini.
#5
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.
Jenang gulo,
kowe ojo lali marang aku iki (yo kangmas/cah ayu)
Nalikane nandang susah sopo sing ngancani,
Dhek semono aku tetep tresno lan tetep setyo (yo kangmas/cah ayu)
Dereng nate gawe gelo lan gawe kuciwo
Ning saiki bareng mukti kowe kok njur malah lali marang aku
Sithik-sithik mesti nesu terus ngajak padu
Jo ngono… yo jo ngono…
Opo kowe pancen ra kelingan jamane dek biyen (yo kangmas/cah ayu)
Kowe janji bungah susah padha dilakoni
Tahukah kalian lagu diatas?
Jenang gulo adalah judul lagu campursari karya Ki Joko Petruk. Lagu berbahasa Jawa bernada syahdu tersebut sepertinya sudah mulai pudar nih apalagi bagi kalangan remaja. kenapa? padahal lagu-lagu daerah tersebut juga tidak kalah indahnya dengan lagu mancanegara, bukan?
Semakin Tenggelamnya Bahasa Daerah
Seseorang yang suka bernyanyi lagu daerah (misal lagu yang menggunakan bahasa Jawa) terkadang di tertawakan kawannya, seorang guru yang mengajarkan lagu daerah pada siswanya sedangkan bidang mengajarnya bukan dalam seni daerah dicap sebagai guru seni daerah yang belum kesampaian. Masih banyak lagi pandangan-pandangan melenceng ataupun fenomena-fenomena yang notabennya membuat orang menjadi enggan dengan “bahasa daerah”.
Di kota besar penggunaan bahasa daerah sudah jarang digunakan karena masyarakatnya terkadang berasal dari daerah-daerah yang berbeda (adanya urbanisasi) sehingga seringkali masyarakat menggunakan bahasa pemersatu yaitu Bahasa Indonesia. Sayangnya, fenomena saat ini memeperlihatkan bahwa masyarakat bukan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, justru masyarakat lebih condong kepada “bahasa gaul”. Dan orang yang menggunakan bahasa yang sering dicampur dengan bahasa asing itu di cap lebih mempunyai bobot, dan terkesan keren.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas tentunya posisi bahasa daerah menjadi lebih kritis lagi. Padahal bahasa daerah yang berbeda-beda di Indonesia ini melambangkan keberagaman budaya dan ke-bhinekatunggalikaan bangsa Indonesia sendiri. Jika para pemuda Indonesia tidak mau melestarikan budaya ataupun bahasa aslinya sendiri, maka mau dibawa kemana ciri khas bangsa Indonesia ini? Apakah akan diberikan pada negara lain? Tentu tidak, bukan? Oleh karena itu, seharusnya kita banggakan budaya, bahasa, lagu-lagu, dan masih banyak lagi ciri khas positif yang bangsa kita miliki yang mungkin kita tak akui atau bahkan kita tak menyadarinya.
#4
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.

menyontek seakan di legalkan
Menyontek yang berasal dari kata contek adalah salah satu perbuatan yang menjiplak karya orang lain yang seolah-olah diakui sebagai karyanya sendiri. Ini termasuk dalam tindakan berbohong, mencuri, korupsi, dan merusak diri sendiri. perbuatan ini jelas tidak baik, namun anehnya sekarang ini banyak lembaga-lembaga pendidikan yang seakan melegalkan istilah “menyontek” hanya untuk nilai (Output) atau bahkan nama baik untuk lembaga tersebut.
Pernah terjadi murid malah diajari oleh gurunya untuk bertanya pada temannya (yang di anggap lebih cerdas) untuk memberikan jawaban saat ujian. Dalam kasus tersebut, sudah tentu hasil yang diperoleh murid tersebut tidak akurat. Itu akan berdampak panjang dan merugikan baik bagi si penyontek tersebut ataupun orang lain. Misal dari hasil yang tidak akurat tersebut digunakan untuk mendaftar perguruan tinggi lewat jalur SNMPTN lalu lolos, berarti ada kemungkinan orang yang melaksanakan ujian dengan jujur namun hasilnya dibawah anak yang melakukan tindakan menyontek itu malah gagal masuk perguruan tinggi lewat jalur SNMPTN. Sedangkan untuk si pelaku menyontek untuk ke depannya ia akan terbiasa dengan tindakan curang itu dan ketika terjun di dunia yang dia harus mengutamakan kemampuan dan kejujurannya, apa jadinya?
Lalu apakah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kecurangan yang sudah mendoktrin tersebut?
Rubahlah mindset kita, jangan biarkan kecurangan menjadi sebuah kebiasaan. Buat bangsa kita dikenal karena kemampuannya bukan sebuah nilai palsu yang nantinya tak berguna.
#3
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.