Jenang gulo,
kowe ojo lali marang aku iki (yo kangmas/cah ayu)
Nalikane nandang susah sopo sing ngancani,
Dhek semono aku tetep tresno lan tetep setyo (yo kangmas/cah ayu)
Dereng nate gawe gelo lan gawe kuciwo
Ning saiki bareng mukti kowe kok njur malah lali marang aku
Sithik-sithik mesti nesu terus ngajak padu
Jo ngono… yo jo ngono…
Opo kowe pancen ra kelingan jamane dek biyen (yo kangmas/cah ayu)
Kowe janji bungah susah padha dilakoni
Tahukah kalian lagu diatas?
Jenang gulo adalah judul lagu campursari karya Ki Joko Petruk. Lagu berbahasa Jawa bernada syahdu tersebut sepertinya sudah mulai pudar nih apalagi bagi kalangan remaja. kenapa? padahal lagu-lagu daerah tersebut juga tidak kalah indahnya dengan lagu mancanegara, bukan?
Semakin Tenggelamnya Bahasa Daerah
Seseorang yang suka bernyanyi lagu daerah (misal lagu yang menggunakan bahasa Jawa) terkadang di tertawakan kawannya, seorang guru yang mengajarkan lagu daerah pada siswanya sedangkan bidang mengajarnya bukan dalam seni daerah dicap sebagai guru seni daerah yang belum kesampaian. Masih banyak lagi pandangan-pandangan melenceng ataupun fenomena-fenomena yang notabennya membuat orang menjadi enggan dengan “bahasa daerah”.
Di kota besar penggunaan bahasa daerah sudah jarang digunakan karena masyarakatnya terkadang berasal dari daerah-daerah yang berbeda (adanya urbanisasi) sehingga seringkali masyarakat menggunakan bahasa pemersatu yaitu Bahasa Indonesia. Sayangnya, fenomena saat ini memeperlihatkan bahwa masyarakat bukan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, justru masyarakat lebih condong kepada “bahasa gaul”. Dan orang yang menggunakan bahasa yang sering dicampur dengan bahasa asing itu di cap lebih mempunyai bobot, dan terkesan keren.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas tentunya posisi bahasa daerah menjadi lebih kritis lagi. Padahal bahasa daerah yang berbeda-beda di Indonesia ini melambangkan keberagaman budaya dan ke-bhinekatunggalikaan bangsa Indonesia sendiri. Jika para pemuda Indonesia tidak mau melestarikan budaya ataupun bahasa aslinya sendiri, maka mau dibawa kemana ciri khas bangsa Indonesia ini? Apakah akan diberikan pada negara lain? Tentu tidak, bukan? Oleh karena itu, seharusnya kita banggakan budaya, bahasa, lagu-lagu, dan masih banyak lagi ciri khas positif yang bangsa kita miliki yang mungkin kita tak akui atau bahkan kita tak menyadarinya.
#4
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.