Aktivis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya. Banyak juga orang yang salah mengartikan aktivis sebagai orang yang kerjanya ikut organisasi sana-sini, menentang penguasa, melakukan demonstrasi yang cenderung anarkis dan mereka berpikir bahwa aktivis mahasiswa identik dengan jarang kuliah, ipk rendah, sosok yang kritis dan mikirnya politik serta telat lulus.
Namun, jika kita pikirkan lebih lanjut, muncul sebuah pertanyaan apakah setiap orang yang menjadi aktivis pasti identik dengan hal-hal di atas? Padahal yang disebut tadi adalah sebuah pilihan pribadi bukan konsekuensi logis menjadi aktivis. Banyak juga aktivis yang rapi, lulus tepat waktu, nilai yang memuaskan bahkan banyak juga yang cum laude.
Aktivis adalah seseorang yang mengabdikan hidup, fikiran, dan tenaganya untuk masyarakat. Hal ini sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi yang ketiga. Seorang aktivis adalah orang yang membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi masyarakat. Jadi, seorang aktivis adalah orang yang mulia dimata Tuhan dan masyarakat itu sendiri. Dengan membumi ke masyarakat dan atau melakukan hal positif untuk memelopori suatu perubahan ke arah yang lebih baik di tubuh masyarakat, maka itulah aktivis mahasiswa. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu seorang aktivis tidak mencari keuntungan. Aktivis selalu bergerak, selau berinteraksi. Konsekuensinya, jaringan luas dan soft skill jelas terasah. Karena bernaung dalam suatu wadah, aktivis juga punya kemampuan untuk manajemen organisasi.
Menjadi mahasiswa aktivis akademisi memang menjadi idaman dari semua mahasiswa. Dan itu tidak dilarang. Maksudnya apa? Bahwa menjadi mahaiswa idaman adalah cita-cita yang harus ditanamkan oleh semua mahasiswa, karena ia nanti tidak hidup di satu lingkungan saja, tetapi mereka akan hidup di banyak lingkungan, yang tidak sama persis di bangku perkuliahan. Mereka akan menghadapi lingkungan yang berbeda sekali dengan bangku perkuliahan. Untuk itu, di organisasi dilatih untuk mengenal lingkungan yang sebenarnya. Sebagai aktivis kita juga dituntut untuk selalu belajar. Tidak hanya belajar berorganisasi yang dipentingkan tetapi juga belajar materi kuliah yang kita ambil karena pendidikan adalah tri dharma perguruan tinggi yang pertama.
Mahasiswa aktivis akademisi adalah mahasiswa yang hebat dan sukses. Mereka tidak hanya sukses berorganisasi tetapi juga sukses mendapatkan prestasi yang membanggakan. Jadi, salah besar jika ada orang yang menganggap aktivis itu tidak bisa berprestasi. Justru mereka dikatakan hebat, mengapa? Karena mereka bisa membagi waktu dengan efektif dan mempunyai disiplin waktu yang bagus. Mereka bisa menyamai mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang) bahkan bisa mengunggulinya. Mahasiswa kupu-kupu hanya mendapatkan ilmu dari materi kuliah yang mereka ambil. Tetapi, mahasiswa aktivis akademisi selain mendapatkan ilmu dari materi kuliah yang mereka ambil juga mendapatkan ilmu dari berorganisasi sehingga mereka lebih siap terjun ke masyarakat. Mahasiswa aktivis menjadi hambar jika tidak dibarengi dengan prestasi akademik yang bagus dan mahasiswa akademisi menjadi tidak lengkap jika tidak dibarengi dengan softskill yang bagus melalui organisasi. Jadi,mahasiswa aktivis dan akademisi adalah satu paket penting yang harus dimiliki setiap mahasiswa.
Menjadi mahasiswa aktivis akademisi mempunyai banyak keuntungan. Dengan menjadi aktivis, kita bisa mengembangkan diri dan mengasah keterampilan. Untuk menghadapi tantangan dunia kerja saat sekarang ini, keterampilan mendapat porsi utama yang harus dimiliki pelamar. Seperti kepemimpinan, mahir berbicara di depan umum, team work, kepercayaan diri, mengorganisasi rapat, dan masih banyak lagi. Sedangkan syarat lain yang tak kalah penting adalah mendapatkan prestasi akademik yang bagus dengan cara belajar bersungguh-sungguh karena itu adalah cara kita untuk mendapatkan ipk yang tinggi sebagai salah satu syarat melamar pekerjaan. Jadi, kita tetap bisa berprestasi walaupun kita menjadi seorang aktivis. Akhir kata, aktivis bukan penghalang untuk kita berprestasi.