Apa yang saya tulis merupakan persepsi dan asumsi saya sebagai manusia yang tidak sempurna ini dan masih awam terhadap agama yang begitu luas ilmu sang maha pencipta ini. karena saya hanya bisa menebak dan hanya bisa melihat dengan panca indra, bahwa panca indra terkadang sering menipu kita sunguh sangat sulit untuk mempercayaai panca indra ini. akan tetapi paling tidak kita bisa mengambil pelajar dan hikmah di semua setiap kejadian dan setiap detik langkah kehidupan kita. semoga tulisa ini bermanfaat dan kita siap menjadi orang-orang yang tidak merugi alias beruntung. Amin
Tulisan singkat berikut ini akan mengupas kehidupan seputar semut dengan kehidupan manusia. Karena ada perbedaan yang sangat penting yang harus kita pelajari seputar kehidupan 2 makhluk ciptaan tuhan ini. Manusia tentu berbeda dengan semut baik dari bentuk fisik maupun non fisik. Akan tetapi perbedaan hidup manusia dengan semut lebih romantis semut dari pada manusia padahal manusia itu memiliki cinta dan rasa dan juga memiliki akal dan pikiran sedangkan semut tentu tidak memiliki hal tersebut apatah lagi cinta.
Sejarah mencatat bahwa dahulu ada manusia yang bisa berbicara selain dengan manusia dan juga bisa berbicara dengan makhluk paling kecil di dunia ini seperti semut. Memang manusia ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia manapun yang mendapat gelar sebagai nabi yakni Nabi Sulaiman Alaihi Salam. Jikalah kita bisa berbicara pada semut saat ini tentu semut akan bicara pada kita “aku sangat sedih melihat manusia”
Semut dan manusia itulah yang akan memberikan gambaran yang utuh atas fenomena kehidupan manusia dengan semut. Jikalah kita sebagai manusia bisa mengambil hikmah dari semut tentu kita tidak ada lagi melihat perperangan, pertumpahan darah disana sini, kemiskinan perampasan hak orang lain, penjajahan, penghinaan terhadapa kaum miskin dan ketidak adilan.
Nah timbul pertanyaan kenapa dan ada apa dengan semut? Pertanyaan tersebut tentunya juga harus dijawab dengan secara ilmiah dan referensi yang jelas jika kita ingin membedakan antara manusia dengan semut karena menyangkut antara derajat dan martabat manusia sebagai insan yang paling sempurna.
Sedikit cerita tentang femomena kehidupan manusia baik dari segi politik, sosial, budaya dan agama. memang sudah kita akui bahwa kita adalah makhluk sosial, politik, budaya dan agama, sebagai manusia, kita tidak terlepas dari sifat tersebut itulah keungulan manusia dari makhluk-makhluk lain yang ada di dunia ini.
Fenomena Indonesia
Bangsa Indonesia tidak akan bangkit dan maju selagi masih ada batasan-batasan kasta yang membatasi dan mendiskriminasikan antara kasta satu dengan kasta yang lain. Masalah yang sering timbul di negara kita adanya asumsi bahwa masih banyak perpecahan dan pertikaian antara satu kelompok dengan kelompok yang lain yang hinga kini menghambat proses pembangunan dan kesejahteraan.
Indonesia bukan bangsa untuk satu kelompok, golongan, etnis, partai dan agama. bangsa Indonesia adalah punya seluruh rakyat Indonesia yang berkewajiban melindungi dan mengelola seluruh potensi yang ada untuk mewujudkana cita-cita kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada realitasnya saat ini yang terjadi sering mendahulukan kelompok maupun golongan masing-masing ketimbang memperhatikan seluruh golongan yang ada. Dan tidak heran jika Indonesia masih belum menemukan cita-cita yang sedang kita harapakan sejak dahulu kala. Memang kita sudah merdeka akan tetapi kemerdekaan ini ternyata hanyalah kemerdekaan bagi orang-orang yang memiliki modal, uang yang banyak dan pangkat yang tinggi isitilah ini mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar.
Memang kondisi tersebut tidak bisa kita pungkiri lagi apapun alasan dan siapapun yang menjadi pemimpin indonesia tidak akan bisa meningalkan sifat kepentingan mungkin inilah salah satu ciri-ciri masyrakat Indonesia dan kondisi ini sudah menjadi darah daging yang berketurunan hinga detik ini.
Nah, sudahkah kita mengetahui bahwa kemorosatan bangsa hinga detik ini yang belum menemukan apa yang kita sebut diatas keamanan dan kesejahteraan adalah karena masih ada pemisahan atau kasta yang berlaku di Negeri kita.
Memang kita tidak mengakui adanya kasta-kasta di negeri kita seperti negara India, pada kenyatanya kasta sudah berjalan di lingkungan masyrakat kita yang mungkin disebut sebagai kelas-kelas masyarakat dalam bahasa sosiologinya adanya kelas atas, menengah dan bawah.

Kelas masyarakat atas didominasi oleh kaum-kaum birokrat, pengusaha besar, pejabat sedangkan kelas menengah seperti PNS. Guru honorer, sedangkan kelas bawah banyak di dominasi oleh petani, nelayan, Gepeng, buruh kasar, dll.
Sudah saatnya kita kembali lagi mengevaluasi jika ingin membangun bangsa kita yang lebih baik dimasa yang akan datang bahwa negara kita tidak akan bangkit selagi belum ada persatuan dan kesatuan.
Lihatlah semut
Mungkin kita semua sudah kenal dengan makhluk kecil ini yakni semut hampir dimana-mana penjuru dunia semut pasti ada baik di hutan maupun dikota-kota. Makhluk ini memang kecil akan tetapi kekecilan mereka tidak membuat mereka sombong apatalah hidup individualis atau menyendiri.
Semut tidak mengenal perbedaan apalagi kelas-kelas sosial maupun kasta-kasat yang ada. semut hanya mengenal 2 prinsip yakni persatuan dan persamaan jika makhluk kecil ini meningalkan dua prinsip tersebut timbul marabahaya mengancam salah satu dari mereka.
komunitas semut dalam membangun peradaban yang kuat dan terorganisir dengan baik semut harus menghilangkan ego dan kepentinga bisa kita lihat dari semut tidak ada mengenal golongan, kelompok, keluarga apatah lagi agama yang ada dalam jiwa dan raga mereka adalah sikap saling membantu.
Salah satu kebiasaan unik semut adalah membawa makanan ke sarangnya. Terkadang makanan yang besar ia bawa secara gotong royong sampai ke sarangnya. Dan untuk makanan yang kecil, mereka bawa sendiri-sendiri ke sarangnya tanpa mampir dulu di jalan untuk menikmatinya sendiri terlebih dahulu, Saluh satu pelajar yang bisa kita petik dari kebiasaan diatas yakni sifat kegotong royongan mereka yang begitu tinggi. sifat kesetiakawanan mereka yang luar biasa, sifat kejujuran yang mereka tanamkan, belas kasihan diantara sesama.
semut tidak membedakan mana agama, suku, budaya, parpol, organisasi, bapak, ibu, kakek, nenek, adek, kakak, dalam membangun peradabanya. Ada hikmah yang bisa kita ambil dari kebiasaan semut seperti ini. Pelajaran untuk tidak mengganggu orang lain terlebih orang yang tidak memiliki kuasa, baik itu miskin, cacat, jelek atau pun ketidak sempurnaan yang lainnya.
Perbedaan agama, budaya, etnis, suku, agama jangan dijadikan benteng-benteng perpecahan dan perpisahan. Perbedaan merupakan anugrah yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Saling bahu membahu, bantu membantu, tolong menolong, tegakan persatuan dan kesatuan yang kita kenal dengan semboyan Bhineka tungal Ika (Berbeda-beda tetap satu jua) membangun bangsa ini bersama-sama menuju bangsa yang madani, sejahtera adil dan makmur.
sumber: https://blogeraan.blogspot.co.id/2010/06/belajarlah-dari-semut.html