Candi Selogriyo adalah sebuah candi berlatar belakang Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi pada masa Kerajaan Mataram Kuna. Candi Selogriyo berada di lereng timur kumpulan tiga bukit, yakni Bukit Condong, Giyanti, dan Malang, dengan ketinggian 740 mdpl. Secara administratif, candi ini berada di Desa Candisari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.
Lokasi candi Selogriyo memang terpencil. Untuk mencapai ke candi harus melalui medan yang sulit. Hanya ada dua pilihan, jalan kaki atau naik kendaraan beroda dua sejauh 2 km. Selepas pertigaan dari jalan besar, kita akan bertemu dengan jalan sempit beraspal yang menanjak. Sebuah perkampungan kecil yang masih kental dengan suasana pedesaannya. Diakhir perkampungan ini, kita akan disambut jalan berkonblok. Jalannya semakin menyempit dan licin, terutama setelah hujan turun. Jalan ini tidak terlalu panjang. Dan jalan setapak berkontur tanah akan mengantar kita sampai ke lokasi candi Selogriyo. Jalan yang harus dilalui sangat menantang. Di kanan dan kiri jalan adalah jurang berupa petak-petak sawah.
Sepintas kilas, memang sangat menyeramkan, tapi jerih payah itu akan terbayar lunas setelah kita melakoninya. Pemandangan alam indah akan menemani perjalanan kita. Hamparan bukit-bukit berselimut kabut menjadi latar belakangnya. Ada tiga buah bukit besar: bukit Condong, bukit Giyanti, dan bukit Malang. Sementara hamparan sawah dengan terasiring menjadi penghias setiap jengkal jalan yang kita lalui. Penduduk desa yang ramah akan kita jumpai sepanjang perjalanan menuju ke Selogriyo.
Setelah melalui jalan yang cukup sulit, sebuah gerbang menyambut kedatangan kita. Jalan berundak akan menghantar kita sampai ke kompleks candi. Pohon yang tinggi dan rindang membuat jalan akan teduh, sehingga dengan nyaman kita dapat melewatinya. Jalan berundak ini cukup membuat nafas terengah-tengah. Namun, semua itu akan hilang lenyap setelah kita melihat bagian puncak candi ini. Candi kecil yang berdiri kokoh di tengah hamparan rumput yang menghijau. Inilah candi Selogriyo. Candi Selogriyo berlatar belakang agama Hindu dan menghadap ke arah timur. Walau begitu candi ini tidak memiliki candi perwara. Candi ini pernah longsor pada tahun 1998. Hal ini disebabkan letak candi yang berada di atas bukit dan dikelilingi oleh lereng-lereng bukit lain. Karena itu candi ini dipindahkan posisinya biar nantinya tidak longsor lagi. Proses rekonstruksi ulang itu selesai pada tahun 2005.
Di empat sisi dinding candi terdapat lima relung tempat arca-arca perwujudan dewa. Namun di relung ini kini tinggal arca tanpa kepala. Arca-arca itu adalah Durga Mahesasura, Ganesya, Agastya, Nandiswara, dan Mahakala. Puncaknya berbentuk buah yang disebut Amalaka. Sayangnya, arca-arca ini telah rusak. Semua arca ini tidak memiliki kepala. Dinding candi pun tidak luptu dari ulang tangan-tangan jahil. Pahatan-pahatan tulisan menghiasi hampir semua sisi candi. Namun karena kejailan tangan-tangan tidak bertanggung jawab, pahatan-pahatan ini mulai hinlang.
Untuk dapat berkunjung ke candi ini, kita hanya membayar sebesar 3000 rupiah per orang. Biaya yang sangat terjangkau untuk menikmati sebuah mahakarya besar. Candi ini dikelola oleh masyarakat sekitar yang dipantau langsung dari pusat. Karena candi ini termasuk dalam salah satu warisan budaya Indonesia. Sehingga saat kita berkunjung, kita harus mengisi buku tamu.
https://id.wikipedia.org
https://www.kompasiana.com