Rumah Ilmu Beruputasi Konservasi Budaya Jawa
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa yang mengunggulkan atau mengagungkan tata krama dan solah bawa dalam kehidupannya. Sesuai dengan tataran tingkatan serta aspeknya masing-masing. Misalnya dalam berbicara atau yang biasa dikenal undha-usuking basa yang selalu ditanamkan tindakannya di dalam berkehidupan. Salah satu yang menjadi ciri khas masyarakat Jawa terkenal dengan andhab ashor yang lebih meninggikan atau menghormati orang lain . Begitu pula halnya dalam mencari ilmu, juga ada tatanan yang membedakan dari yang lainnya, dimana masyarakat Jawa zaman dahulu sangat senang atau gandrung dengan urusan berguru ilmu yang rela berkorban melakukan apa saja agar berhasil. Baik ilmu umum, rohani maupun kanuragan dengan melakukan pertapaan yang penuh dengan tantangan. Pada era modern saat ini untuk mencari ilmu, sudah jarang sekali dijumpai kegiatan seperti bertapa, memang wajar. Karena dalam era saat ini jika kita ingin berguru ilmu maka kita akan mengeyam yang namanya bangku Pendidikan, baik formal maupun non formal. Dalam sistem dunia pendidikan masyarakat Jawa, dapat diingat dan di kenal tiga prinsip pendidikan, yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu yang pertama ING NGARSA SUNG TULADHA yang artinya “di depan, seseorang harus bisa memberi teladan atau contoh”. Lalu yang kedua adalah ING MADYA MANGUN KARSA yang artinya “ditengah -tengah atau diantara seseorang bisa menciptakan prakarsa dan ide”. Kemudian yang ketiga adalah TUT WURI HANDAYANI yang artinya “dari belakang seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan”.
Dimana ketiga prinsip tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan masyarakat Jawa pada umunya. Penerapan tersebut yang paling penting dalam penyampaian pertama prinsip pendidikan tersebut adalah dalam lingkungan, baik keluarga maupun di sekolah atau lembaga pendidikan. Rumah merupakan tempat pertama dan utama dimana kita di tanamkan karakter moral maupun spiritual, untuk mendukung kita dalam berkehidupan utamanya dalam proses pembelajaran mencari ilmu. Karena sekolah atau lembaga pendidikan merupakan rumah ke dua bagi siswa maupun mahasiswa. Akan tetapi seiring berjalannya waktu budaya dan pola tingkah laku masyarakat Jawa yang penuh keharmonisan, keselarasan dan toleransi saat ini mulai luntur dengan berbagai macam virus global yang menyerang generasi penerusnya termasuk pula dalam lembaga pendidikan. Bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal apa itu tatanan Jawa, yang sangat memiliki semangat juang untuk mendapatkan dan meraih apa yang mereka inginkan, dengan usaha dan kerja keras. Maka alangkah baiknya apabila lembaga Pendidikan Tinggi di tingkat Universitas seperti Universitas kebanggan bersama UNNES, yang telah melestarikan arifnya budaya Jawa dapat pula menambah dan mengentalkannya dengan menciptakan suwasana nyaman, penuh dengan ajaran luhurnya budaya Jawa sebagai jati diri bangsa yang ditanamkan pada para mahasiwanya agar menjadi generasi yang berkualitas serta berakhlak tertata. Apalagi UNNES merupakan kampus konservasi yang tidak hanya mengkonservasi lingkungan tetapi juga budaya. Utamanya adalah budaya Jawa.
Hal yang dapat kita lakukan untuk memperkenalkan dan menanamkan budaya berpendidikan dan tatanan berkehidupan Jawa adalah dengan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari dimana saja dan kapan saja. Seperti memperkenalkan tulisan aksara Jawa pada nama-nama tempat dan papan pengumuman di lingkungan kampus, membiasakan bertutur kata yang sopan sesuai jenjang usia dan bertegur sapa sesuai aturan unggah –ungguh bahasa, dengan demikian akan terbiasa dan mengenallah mahasiswa dengan apa itu budaya tata krama berkehidupan sebagai orang Jawa yang baik. Ingatlah. Jangan hanya mengejar ilmu tanpa memperhatikan untuk melestarikan dan meninggalnya budaya sendiri untuk suatu kata modernisasi, tetapi kita juga harus modern dan tetap mencintai serta menjunjung tinggi budaya Jawa sebagai budaya tanah kelahiran sendiri. Dengan begitu kehidupan kita akan tertata secara otomatis,dapat hidup selaras dan berdampingan dengan alam seisinya termasuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Menjadi manusia yang berbudaya dan manusia yang bermartabat. Sehingga dapat benar-benar mewujudkan Universitas Negeri Semarang sebagai Rumah Ilmu yang Bereputasi Konservasi Budaya.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.
One thought on “Rumah Ilmu Beruputasi Konservasi Budaya Jawa # 2”
Comments are closed.