Budaya di suatu tempat dapat dipetakan berdasarkan kriterian tertentu, misalkan berdasarkan persamaan dialek, persamaan religi, persamaan kesenian, dan lain sebagainya. Pemetaan budaya di Indonesia bisa dilakukan untuk memudahkan dalam mengetahui lokasi dan penyebaran budaya yang ada di Indonesia.Beberapa contoh pemetaan masyarakat pengguna dialek di nusantara antara lain:
Dialek Banyumasan
Dialek ini sering disebut Bahasa Ngapak Ngapak yaitu kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Bahkan beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya karena bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuno (Kawi). Jumlah penutur dialek ini antara 12–15 juta orang.
Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Seorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokkan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan lain-lain) dan kelompok bahasa Jawa bagian timur.
Kelompok bahasa Jawa bagian barat berbeda dengan bahasa Sunda. Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran ’a’ tetap diucapkan ’a’ bukan ’o’. Jika di Solo orang makan sego’ (nasi), di wilayah Banyumasan orang makan ’sega’. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf ’k’ yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.
Perkembangan bahasa Banyumasan antara lain sebagai berikut:
a. Abad ke-9 – 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa Kuno.
b. Abad ke-13 – 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
c. Abad ke-16 – 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru.
d. Abad ke-20 – sekarang, sebagai salah satu dialek bahasa Jawa modern.
Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa. Terdapat empat sub-dialek utama dalam bahasa Banyumasan, yaitu Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon – Indramayu (Cirebonan) dan Banten Utara.
- Wilayah Utara
Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain Tanjung, Ketanggungan, Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal.
- Wilayah Selatan
Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain Bumiayu, Karang Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Purwokerto, Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purwareja, Kebumen serta Gombong.
- Cirebon Indramayu
Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara administratif, wilayah ini termasuk dalam Provinsi Jawa Barat.
- Banten Utara
Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Banten.
Tradisi Lisan
Tradisi lisan dapat juga menggunakan simbol-simbol yang unik, misalnya penggunaan Simbol wayang dalam penyampaian tradisi lisan di Jawa. Tradisi lisan banyak terdapat di masyarakat lokal.
Tradisi lisan diwariskan secara turun temurun, dan tidak hanya sebagai pengisi waktu tapi juga sebagai penyalur sikap dan pandangan, refleksi angan-angan kelompok. Juga sebagai wasiat bagi generasi selanjutnya sehingga tradisi lisan bisa dijadikaan sebagai dijadikan sebagai pedoman hidup.
Tradisi lisan identik dengan faktor:
1. Pengisi waktu luang.
2. Penyalur sikap dan pandangan.
3. Refleksi angan-angan kelompok.
4. Sebagai wasiat bagi generasi selanjutnya
5. Bekal hidup karena dari alamnya terdapat aturan-aturan sosial sebagai pedoman hidup.
Aspek-aspek yang terkandung dalam tradisi lisan; aspek sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, peribahasa, nyanyian dan mantra.
Menurut Bascon fungsi tradisi lisan adalah:
1. Sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai pencerminan angan-angan suatu masyarakat yang kolektif
2. Sebagai alat pengesahan pranta-pranta dan lembaga-lembaga kebudayaan,
3. Sebagai alat pendidik anak,
4. Sebagai alat pemaksa/pengawas agar norma-norma sosial dapat dipatuhi.
Ciri-Ciri Tradisi Lisan
1. Pesan-pesan disampaikan secara lisan (ucapan, nyanyian maupun musik).
2. Tradisi lisan berasal dari generasi sebelumnya.
Jenis-Jenis tradisi lisan :
1.Petuah mempunyai makna tertentu disampaikan secara berulang-ulang berisi tentang nasehat-nasehat
2. Kisah perorangan/kelompok yaitu kisah kejadian disekitar kehidupan kelompok. Biasanya ada unsur magis religius sebagai mana mereka percaya.
3. Cerita kepahlawanan: biasanya berpusat pada tokoh-tokoh tertentu.
4. Dongeng : cerita yang tidak mempunyai fakta yang nyata dan tidak hanya menghibur tapi ada juga petuah, biasanya disampaikan dalam keluarga yang belum bisa baca tulis.
Pemetaan budaya bahasa dialek dan tardisi lisan di suatu daerah dan nusantara memiliki manfaat seperti memudahkan dalam mengetahui leetak masyarakat pengguna dialek tertentu dan penutur tradisi lisan di daerah tertentu dan di nusantara. isalnya, dengan pemetaan budaya dapat diketahui dengan mudah lokasi persebaran trasisi lisan dan dialek yang ada di wilayah Jawa Tengah yang memiliki dialek Jawa bagian tengah dan memiliki tradisi lisan wayang. Seperti yang telah diuraikan dalam materi pertama, masyarakat yang memiliki bahasa dialek yang sama biasanya memiliki tradisi lisan yang sama. Hasil pemetaan akan menunjukkan mana saja bagian daerah di Jawa Tengah yang memiliki kesamaan dialek dan tradisi lisan wayang.
https://nashakardiani.blogspot.co.id/2013/05/tradisi-lisan.html ( diunduh pada Rabu, 15 Desember 2015 pukul 15.23)
https://www.materisma.com/2014/03/penjelasan-hubungan-bahasa-dan-dialek.html ( diunduh pada Rabu, 15 Desember 2015 pukul 15.14)
Recent Comments