Jean Baudrillard SOSIOLOG PERANCIS

Jean Baudrillard, sosiolog Perancis yang terkenal karena nama buruknya, kritikus budaya, dan ahli teori postmodernitas, dilahirkan pada tahun 1929 di sebelah utara kota Reims. Seorang anak pegawai sipil dan cucu lelaki dari seorang petani, Baudrillard adalah mantan guru sosiologi di sebuah universitas, dan figur intelektual terkemuka pada saat itu. Disertasi untuk meraih gelar doktor di bidang sosiologi dikerjakan bersama-sama dengan Henri Lefebvre. Ia kemudian menjadi asisten pada bulan September 1966 di Universitas Nanterre Paris. Ia bekerjasama dengan Roland Barthes, dalam analisa semiotik dalam kebudayaan, dalam pertamanya Obyek Sistem (1968). Ia adalah juga dipengaruhi oleh Marshall McLuhan yang memperlihatkan pentingnya media massa dalam pandangan kaum sosiologis. Karena dipengaruhi oleh semangat pemberontakan mahasiswa di Universitas Nanterre (1968), ia bekerja sama dengan suatu jurnal yaitu Utopie, yang dipengaruhi oleh anarcho-situationism, teori media dan Marxisme struktural, di mana ia menerbitkan sejumlah artikel teoritis pada suasana kemakmuran kapitalis, dan kritik teknologi.

Pemikiran Baudrillard dipengaruhi oleh pemikiran filsuf lain yang memiliki pemikiran tentang objectivity and linguistic-sociological interface (Mauss), Surrealism and Eroticism (Bataille), Psychoanalysis dan Freud, dan terutama Marxisme. Lalu ia menjadi seorang yang dikagumi sebagai seorang yang mengerti akan keadaan yang datang pada kondisi posmodernisme.

Pada tahun 1983, karya Simulations (1983) diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris. Dalam buku yang segera menjadi klasik ini, Baudrillard mengintrodusasi sebuah karakter khas kebudayaan masyarakat Barat dewasa ini. Menurutnya, kebudayaan Barat dewasa ini merupakan sebuah representasi dari dunia simulasi, yakni dunia yang terbentuk dari hubungan berbagai tanda dan kode secara acak tanpa referensi relasional yang jelas. Hubungan ini melibatkan tanda real (fakta) yang tercipta melalui proses produksi serta tanda semu (citra) yang tercipta melalui proses reproduksi.

Dalam kebudayaan simulasi, kedua tanda tersebut saling menumpuk dan berjalin kelindan membentuk satu kesatuan. Tidak dapat lagi dikenali mana yang asli dan real atau mana yang palsu dan semu. Semuanya menjadi bagian realitas yang dijalani dan dihidupi masyarakat Barat dewasa ini. Kesatuan inilah yang disebut Baudrillard sebagai simulacra atau simulacrum, sebuah dunia yang terbangun dari sengkarut nilai, fakta, tanda, citra dan kode. Realitas tak lagi punya referensi, kecuali simulacra itu sendiri.

Dengan menganalisis masyarakat dan kebudayaan Amerika, Baudrillard menyatakan bahwa dalam wacana simulasi realitas yang sesungguhnya (fakta) tidak hanya bercampur dengan realitas semu (citra), namun bahkan telah dikalahkan oleh citra. Lebih jauh, citra lebih dipercaya daripada fakta. Inilah era hiper-realitas, di mana realitas asli dikalahkan oleh realitas buatan.

  • Hiper-realitas

Hiper-realitas adalah dunia realitas yang bersifat artifisial atau superfisial yang tercipta lewat bantuan teknologi simulasi dan pencitraan, yang mengambil alih dunia realitas yang alamiah. Hiper-realitas merupakan model-model realitas, yang tidak ada referensinya pada realitas. Hiper-realitas tidak memiliki rujukan atau referensi pada realitas- sebagaimana umumnya dunia representasi atau pertandaan—realitas –sebagaimana umumnya dunia representasi atau pertandaan— melainkan merujuk pada dirinya sendiri (self-reference).

Hiper-realitas sebagai salah satu bentuk dari apa yang disebut modernitas radikal (radical modernity) yaitu modernisasi yang merealisasikan segala sesuatu yang (selama dianggap) bersifat utopis. Hiper-realitas adalah sebuah dunia yang di dalamnya terjadi “…proses mendorong sistem atau konsep atau argumen menuju titik ekstrem, di mana orang mendorongnya lebih jauh lagi, sampai pada satu titik setiap sistem, konsep, atau argumen tersebut telah kehilangan logika.

Baudrillard, hiper-realitas tidak diproduksi tetapi “ia siap selalu direproduksi, “dimana yang nyata tidak sekadar dapat direproduksi, namun selalu dan selalu direproduksi. Artinya hiper-realitas adalah sebuah simulasi yang lebih nyata dari yang nyata, dan lebih cantik dari yang cantik, lebih benar dari yang benar. Dalam dunia hiper-realitas tidak ada cara mendapatkan sesuatu dari sumbernya, mendapatkan realitas yang asli. Contoh: pornografi, Baudrillard memandang pornografi “lebih seksual daripada seks”. Lebih tepat dan ekstremnya: “hari ini realitas itu sendiri adalah hiper-realitas”, artinya tidak ada lagi yang lebih realitas dan semua yang kita alami adalah hiper-realitas. Hiper-realitas menghapuskan perbedaan antara yang nyata (real) dan yang imajiner. Hiper-realitas menjadi sebuah kondisi di mana khayalan menggantikan realitas nyata itu sendiri dan menurut Baudrillard inilah potret hidup manusia pada masa posmodern. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simulasi berbeda dan representasi.

  • Simulakra

Simulacrum (simulacra—jamak) adalah sebuah duplikasi dari duplikasi yang aslinya tidak pernah ada sehingga perbedaan antara duplikasi dan asli menjadi kabur.

Dalam Oxford Advanced Learner’s, simulakra diartikan sebagai:

1)  Sesuatu yang tampak atau dibuat tampak seperti sesuatu yang lain;

2) Salinan (copy). Dalam Collins Thesaurus, kata salinan bersinonim dengan archetype, counterfeit, duplicate, facsimile, forgery, image, imitation, likeness, model, pattern, photocopy, photostat, print, replica, replication, representation, reproduction, transcription, dan Xerox.

Sedangkan Baudrillard dalam menjelaskan simulakrum menggunakan beberapa sinonim kata salinan dalam menjelaskan simulakrum menggunakan beberapa sinonim kata salinan dalam berbagai tulisannya dengan counterfeit, duplicate, facsimile, model, reproduction, dan Xerox. Akan tetapi, Baudrillard mengemukakan simulakrum bukan kata lain dari simulasi. Meskipun semua simulakrum adalah simulasi, tetapi tidak semua simulakrum adalah simulasi. Simulasi adalah simulakrum dalam bentuknya yang sangat khusus. Baudrillard menjelaskan ada tiga order penampakan (appearance), yaitu counterfeit, production, dan simulation. Dua order pertama, yaitu counterfeit dan production yang dimaknai secara eksplisit sebagai simulakrum, yaitu ketika sesuatu meniru, mengkopi, menduplikasi, atau mereproduksi sesuatu yang lain sebagai modelnya. Sedangkan simulasi adalah simulakrum dalam pengertian khusus, yang disebutnya simulakrum sejati (pure simulacrum) dalam pengertian bahwa sesuatu tidak menduplikasi sesuatu yang lain sebagai model rujukannya, tetapi menduplikasi dirinya sendiri.

  • Simulasi

Gagasan simulasi Baudrillard tidak bisa terlepas dari terminologi simulacrum (plural: simulacra) yang berarti tanda, citra, dan model. Menurut Baudrillard, simulasi merupakan tahap terakhir dari perkembangan simulakrum (tanda).

Simulasi (simulation) adalah proses penciptaan bentuk nyata melalui model-model yang tidak mempunyai asal-usul atau referensi realitasnya sehingga memampukan manusia membuat yang supernatural, ilusi, fantasi, dan khayali menjadi tampak nyata.

Simulasi adalah penciptaan model-model realitas tanpa referensi realitas sesungguhnya. Baudrillard memandang era simulasi dan hiper-realitas sebagai bagian dari rangkaian fase citraan yang berturut-turut:

  1. citraan adalah refleksi dasar realitas
  2. ia menutupi dan menyelewengkan dasar realitas
  3. ia menutupi ketidakadaan dasar realitas
  4. ia melahirkan ketidakberhubungan pada berbagai realitas apa pun;

ia adalah kemurnian simulakrum itu sendiri

Secara sistematis, Baudrillard dalam bukunya Simulations menjelaskan bahwa saat ini kita hidup di “zaman simulasi”. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa “keaslian” dan dunia kultural yang cepat lenyap itu (pertukaran simbolis, berahi) menjadikannya cenderung menyukai pesona dunia. Tetapi dunia simulasi sebagai hilangnya pesona secara mutlak dan ……….. memalukan.

Menurut Baudrillard (1983) bahwa yang disebut realitas tidak lagi stabil dan tidak dapat dilacak dengan konsep saintifik tradisional. Masyarakat semakin “tersimulasi”, tertipu dalam citra dan wacana yang secara cepat dan keras menggantikan pengalaman manusia atas realitas.

Iklan adalah salah satu kendaraan utama simulasi (Goldman dan Papson, 1995). Simulasi juga cenderung memikirkan hidup untuk mereka sendiri, melebih-lebihkan “kenyataan” atas sesuatu yang mereka ingin jabarkan.

Kehidupan posmodern menurut Baudrillard ditandai oleh simulasi; “kita hidup di abad simulasi” dan menurut Baudrillard merupakan cara lain untuk melukiskan kehidupan posmodern. Simulasi adalah realitas kedua (second reality) yang bereferensi pada diri sendiri (simulacrum of simulacrum). Simulasi tidak mempunyai relasi langsung dengan dunia realitas yang sesungguhnya, padahal ia adalah realitas buatan (artificial reality). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa simulasi berbeda dari representasi.

  • Representasi

Representasi mengandaikan adanya relasi tak terpisahkan (unseparated relation) antara tanda dan realitas yang menjadi rujukannya. Representasi adalah simbol atau tanda yang berfungsi sebagai presentasi dari sebuah realitas. Representasi mempresentasikan kembali realitas dalam rupa yang lain, sedangkan simulasi mempresentasikan rupa yang lain sebagai realitas. Dalam representasi sebuah objek berfungsi sebagai tanda (sign) sedangkan dalam simulasi tanda berfungsi sebagai objek. Dalam simulasi, tidak ada lagi penceritaan kembali sebuah realitas. Simulasi membentuk kamuflase realitas untuk dijadikan sebagai yang riil-faktual.

  • Tanda, Penanda, dan Petanda

Dulu tanda dikaitkan dengan objek, tetapi sekarang keterkaitan itu sudah dihapus, tanda tidak lagi menunjukkan realitas. Yang sekarang kita pahami adalah sama sekali “permainan penanda-penanda”. Tanda hanya berhubungan dengan tanda yang lain, dan maknanya ditemukan dalam hubungan itu. Tanda-tanda sekarang bebas, bisa saja, sama sekali tidak menentukan, dan sama sekali relativistis.

  • Tanda (sign) adalah unsur dasar dalam semiotik dan komunikasi, segala sesuatu yang mengandung makna. Tanda mempunyai dua unsur, yaitu penanda (bentuk) dan petanda (makna).
  • Penanda (signifier) adalah citraan atau kesan mental dari sesuatu yang bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan, atau benda.
  • Petanda (signified) konsep abstrak atau makna yang dihasilkan oleh tanda.
  • Pertandaan (signification) hubungan antara penanda dan petanda, yaitu cara tertentu sebuah citraan mental berhubungan dengan sebuah makna.
  • Kode

Kita bergerak dari suatu masyarakat yang didominasi oleh tanda dan kode yang diasosiasikan dengan komoditas-komoditas ke suatu masyarakat yang didominasi oleh tanda-tanda dan kode-kode secara lebih umum. Kita bergerak ke arah “universal pembentukan suatu sistem tanda yang abstrak dan bisa dijadikan contoh” (Baudrillard, 1983: 65). Kode tidak lagi merujuk kembali pada berbagai “realitas” yang subjektif atau objektif, tetapi logika itu sendiri.

  • Citra (image)

Citra adalah sesuatu yang tampak oleh indra tetapi tidak memiliki eksistensi substansial. Realitas yang dihasilkan teknologi baru ini telah mengalahkan realitas yang sesungguhnya dan menjadi model acuan yang baru bagi masyarakat. Citra lebih meyakinkan daripada fakta. Oleh karena itu, dalam masyarakat simulasi yang diproduksi bukanlah komoditas melainkan citra (image) atau harapan dari komoditas tersebut. Iklan pemutih kulit misalnya, dicitrakan akan memutihkan kulit dalam waktu yang relatif singkat sehingga orang yang menggunakannya berharap akan lebih putih kulitnya daripada yang ditunjukkan dalam iklan.

  • Referendum

Referendum (referenda) adalah satu-satunya alat kontrol pada dunia baru. Ketika tidak ada lagi kebenaran dan tidak ada lagi petunjuk maka mita hidup dalam zaman referendum. Referenda dan tes secara lebih umum adalah simulasi yang sempurna karena seperti yang diuraikan sebelumnya jawabannya ditunjukkan terlebih dahulu oleh pertanyaan-pertanyaan.

Masyarakat dikontrol dengan referenda (menurut Baudrillard sebuah referenda adalah sejenis ultimatum), artinya mereka harus merespons cara-cara yang ditetapkan sebelumnya oleh orang yang mengonstruknya.

  • Proposisi
  • Masyarakat posmodern berkutat di seputar simulasi dan permainan citra dan tanda, yang menandakan situasi di mana kode, model, dan tanda adalah bentuk-bentuk pengaturan dari catatan sosial baru yang diatur simulasi. Tidak ada yang nyata yang ada hanyalah simulasi.
  • Hiper-realitas tidak diproduksi tetapi “ia siap selalu direproduksi”. (Tegasnya, hiper-realitas adalah sebuah simulasi yang lebih nyata dari yang nyata, lebih cantik dari yang cantik, dan lebih benar dari yang benar).
  • Dunia hiper-realitas tanda sekarang ini tidak lagi merujuk pada segala sesuatu, perbedaan antara yang nyata dan yang imajiner tidak ada lagi, realitas telah terkontaminasi oleh simulakrum dan menciptakan histeria.

Daftar Pustaka:

Ritzer, George. 2003. Teori Sosial Posmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyanto, Bagong dan M. Khusna Amal. 2010. Anatomi Dan Perkembangan Teori Sosial. Malang dan Yogyakarta: Aditya Media.

12 thoughts on “Jean Baudrillard SOSIOLOG PERANCIS”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: